Mohon tunggu...
Aldo
Aldo Mohon Tunggu... Lainnya - Detektif informasi, pemintal cerita, dan pemuja mise-en-scène

Everyone says that words can hurt. But have they ever been hurt by the deafening silence? It lingers like the awkward echo after a bad joke, leaving you wondering if you've been forgotten, ostracized, or simply become so utterly uninteresting that even crickets find your company unbearable.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tiongkok Bukanlah Kekuatan Regional Asia

13 Maret 2024   14:06 Diperbarui: 13 Maret 2024   14:27 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil PLA di Depan Balai Agung Rakyat, Beijing (Yin Hon Chow via CNBC)

Di balik statistik militer yang mengesankan, terdapat keraguan besar lain tentang kualitas personil PLA. Banyak analis mempertanyakan efektivitas pelatihan PLA. Fokusnya selama ini lebih kepada doktrin perang tradisional dan propaganda, bukan pada pelatihan tempur modern yang realistis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang kesiapan PLA dalam menghadapi konflik bersenjata modern. Meskipun Tiongkok telah mengalami kemajuan pesat dalam pengembangan teknologi militer, PLA masih tertinggal dari negara-negara maju dalam beberapa bidang penting, seperti sistem pertahanan udara, teknologi maritim, ataupun pertahanan dengan pesawat 'siluman'. PLA masih mengandalkan sistem pertahanan udara era Soviet yang sudah usang, dan belum memiliki sistem yang mampu menangkal rudal balistik hipersonik. Angkatan Laut PLA meskipun sudah memiliki jumlah kapal yang besar, tetapi teknologi maritimnya masih jauh tertinggal dari Angkatan Laut Amerika Serikat. PLA memiliki beberapa pesawat tempur siluman, tetapi teknologinya masih belum secanggih F-35 Amerika Serikat. 

Keberhasilan PLA dalam pertempuran modern juga masih belum terbukti, jauh berbeda dengan negara-negara dominan lainnya, seperti AS dan Rusia. Lebih lanjut, krisis populasi dan menyusutnya generasi muda yang produktif semakin memperburuk upaya Tiongkok untuk menjadi hegemoni regional dan global. Bom waktu demografis Tiongkok dapat sangat menghambat kekuatan ekonomi dan militer Tiongkok dalam jangka panjang.

Diplomasi yang Cacat: Gagal Memenangkan Tetangga dan Dunia

Diplomasi Tiongkok yang diwarnai dengan berbagai aspek yang tidak bersahabat, seperti "serigala pejuang" dan "jebakan utang", telah gagal secara mencolok dalam upaya untuk memenangkan hati dan pikiran negara-negara lain di kawasan Asia. Meskipun Tiongkok telah mencoba memperluas pengaruhnya melalui berbagai inisiatif, termasuk "Belt and Road Initiative" (BRI), upaya ini sering kali dianggap sebagai strategi yang lebih menguntungkan bagi Tiongkok sendiri daripada bagi negara-negara mitra. Meskipun BRI telah memberikan manfaat ekonomi bagi beberapa negara, banyak yang melihatnya sebagai bentuk jebakan utang yang dapat menempatkan negara-negara penerima dalam ketergantungan yang tidak sehat. 

Selain itu, kebijakan ini seringkali disoroti sebagai upaya neo-kolonialisme yang berpotensi merugikan negara-negara yang menerima bantuan tersebut. Sikap Tiongkok yang arogan dan tidak bersahabat terhadap negara-negara tetangga semakin memperburuk citranya di mata dunia. Pelanggaran wilayah udara dan maritim negara lain, bersamaan dengan pendekatan yang cenderung dominan dalam menangani konflik, telah menimbulkan ketegangan yang merugikan bagi stabilitas regional. Meskipun Tiongkok mungkin mencoba untuk menegaskan kehadirannya di panggung global, tindakan-tindakan semacam ini justru memperburuk persepsi terhadap negara tersebut dan menyulitkan upaya-upaya diplomasi yang lebih luas. Sebagai akibatnya, Tiongkok mungkin menemui tantangan yang semakin besar dalam membangun hubungan yang kokoh dan saling menguntungkan dengan negara-negara lain di kawasan dan di seluruh dunia.

Dengan demikian, Tiongkok masih memiliki jalan panjang untuk mencapai hegemoni regional. Tantangan terkait dengan kualitas SDM dan diplomasi yang cacat menjadi batu sandungan yang perlu diatasi. Jika Tiongkok ingin menjadi pemimpin yang diakui dan dihormati di kawasan Asia, mereka perlu mengubah pendekatannya dan fokus pada pembangunan yang berkelanjutan, kerjasama yang saling menguntungkan, dan diplomasi yang lebih halus. 

Pentingnya memperbaiki kualitas SDM tidak dapat dipandang remeh. Meskipun Tiongkok telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, masih terdapat kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, serta memperbaiki sistem kesehatan dan kesejahteraan sosial. Hanya dengan memiliki SDM yang berkualitas, Tiongkok dapat memastikan keberlanjutan dan daya saingnya di pasar global yang semakin kompetitif. 

Di samping itu, sikap yang terlalu dominan dan kurangnya diplomasi Tiongkok yang seringkali merugikan negara mitra dalam menangani konflik menyulitkan upaya-upaya diplomasi yang lebih luas. Untuk memenangkan hati dan pikiran negara-negara lain di kawasan, Tiongkok perlu mengubah pendekatannya menjadi lebih lunak berorientasi pada solusi. Hanya dengan demikian, Tiongkok dapat membentuk hubungan yang kuat dan harmonis dengan negara-negara tetangganya serta memperkuat posisinya di panggung internasional secara keseluruhan dan menjadi kekuatan regional utama di kawasan Asia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun