mengetuk wajah jendela, turun
sebagai sekerumun air yang garam,Â
menggaram dada. Yang karam di terdalam.Â
Aku melihat bias itu
di sepasang mata, tampak bagai gerutu
malam kepada waktu yang tak tersentuh,Â
tetapi dekat bukan milikmu utuh.Â
Kepadanya kaujatuh percaya
atau jatuh percayakau kepadanya,Â
belum kutemukan jawab
di antara gelap. Malam dan kopi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!