mengetuk wajah jendela, turun
sebagai sekerumun air yang garam,Â
menggaram dada. Yang karam di terdalam.Â
Aku melihat bias itu
di sepasang mata, tampak bagai gerutu
malam kepada waktu yang tak tersentuh,Â
tetapi dekat bukan milikmu utuh.Â
Kepadanya kaujatuh percaya
atau jatuh percayakau kepadanya,Â
belum kutemukan jawab
di antara gelap. Malam dan kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!