Di Indonesia, ada sebuah cokelat yang sangat terkenal. Namanya Red King, sebuah produk asli buatan dalam negeri yang telah menguasai pasar dengan banyaknya pabrik yang tersebar di berbagai daerah. Rasanya yang lezat serta harganya yang terjangkau membuat cokelat ini digemari oleh berbagai kalangan. Namun, ada yang berbeda dengan Mira. Dia tidak pernah bisa menikmati cokelat Red King. Bukan karena dia tidak suka cokelat---dia hanya tidak bisa menyukai yang satu ini. Setiap melihatnya, ada perasaan mual yang langsung menyergap, seolah ada sesuatu yang jahat tersembunyi di balik lapisan manisnya.
Sebaliknya, Rara, sahabat Mira, sangat menyukai cokelat itu. Bagi Rara, Red King adalah camilan sempurna untuk menemani waktu-waktu luangnya. Mira sering heran melihat bagaimana Rara bisa begitu menikmati cokelat yang baginya justru terasa mengerikan.
Suatu hari, saat mereka berdua sedang berbelanja di sebuah minimarket, Mira bergegas mencari mi rebus pedas favoritnya. Tapi, mi itu sudah habis---terjual laris seperti biasanya. Mira, yang cenderung tak suka mengganti pilihannya, memutuskan untuk tidak membeli mi apa pun. Dia pun berjalan menuju tempat Rara yang sedang asyik memilih camilan manis di rak yang penuh dengan berbagai macam makanan. Mira mendekat dengan langkah yang mulai terasa berat saat matanya menangkap sekilas kemasan cokelat Red King yang mencolok di antara camilan-camilan lainnya.
Saat mata Mira tertuju pada Rara yang tengah sibuk mengambil cokelat Red King, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Sebuah ketakutan yang tak terjelaskan merayap ke seluruh tubuhnya, membuatnya tersentak mundur. Bukan hanya Rara yang ia lihat di sana, melainkan juga sosok menyeramkan yang berdiri di samping sahabatnya itu. Sosok itu jangkung dan kurus, tubuhnya hampir dua kali lipat lebih tinggi dari Rara yang saat itu sedang membungkuk. Kulit kepalanya botak dan keriput, menciptakan kesan yang semakin menyeramkan. Saat sosok itu menoleh ke arah Mira, dia tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-giginya yang jarang-jarang dan tampak mengerikan.
"Udah belum, Ra?! Cepetan dong!" seru Mira dengan nada cemas yang tak bisa ia sembunyikan. Tanpa menunggu jawaban, dia segera melangkah cepat menjauh, meninggalkan Rara yang mendadak merasa jengkel karena Mira seakan memburunya tanpa alasan.
"Iya, sebentar," balas Rara, sedikit kesal. Tanpa menyadari apa yang baru saja dilihat Mira, dia meraih satu-satunya cokelat Red King rasa favoritnya yang terselip di antara varian rasa lainnya, lalu melangkah santai menuju kasir, tidak menyadari bahwa Mira masih memandangi tempat itu dengan perasaan tak nyaman yang tak hilang-hilang.
"Kamu kenapa sih, suka banget sama cokelat itu?" tanya Mira, suaranya terdengar setengah penasaran, setengah terganggu. Sambil berbicara, dia mengunyah keripik kentang pedas favoritnya---camilan yang memang selalu menjadi pilihannya karena kesukaannya pada rasa asin dan pedas.
"Semua orang juga suka, Mir. Justru aneh kalau kamu gak suka," jawab Rara, tak kalah asyiknya menikmati cokelat Red King. Setiap gigitan tampak begitu dinikmatinya, bahkan sampai pipinya belepotan dengan sisa cokelat. "Mau coba?" Rara tiba-tiba menyodorkan potongan cokelat itu ke arah Mira, senyum lebar di wajahnya.
Mira memandang cokelat itu dengan ragu, lalu---seperti sebuah ilusi yang menghantamnya tanpa peringatan---dia melihat sesuatu yang mengerikan. Di ujung gigitan cokelat itu, muncul bayangan samar sebuah wajah yang tengah berteriak kesakitan, seolah-olah wajah itu terukir di dalam cokelat. Bukan kebetulan, ukiran itu begitu detail dan menyeramkan, hampir seperti benar-benar hidup. Lalu, sebuah suara yang lemah dan mengerikan terdengar di telinganya, "Tolong... tolong..."
Suara itu begitu nyata, seolah datang langsung dari potongan cokelat yang disodorkan Rara. Mira merasakan bulu kuduknya meremang, ketakutan langsung merambat ke seluruh tubuhnya.
"Apaan sih! Ga mau!" Mira cepat-cepat menolak, menjauhkan diri dari cokelat itu dengan ekspresi jijik.
Rara hanya mengangkat bahu, tidak menyadari apa yang dialami Mira. Tanpa berpikir panjang, dia melanjutkan makannya, membiarkan cokelat Red King itu lenyap di mulutnya seolah tak ada yang aneh sama sekali.
Rara adalah sahabat sejati Mira, teman yang selalu ada di sisinya sejak mereka pertama kali bertemu di SMP. Persahabatan mereka bermula saat Mira, dengan penuh perhatian, menemani Rara yang terbaring lemah akibat demam di sebuah tenda, sementara teman-teman yang lain sibuk menikmati pemandangan air terjun yang indah. Sejak saat itu, Rara selalu merasa nyaman dan aman bersama Mira, sehingga mereka menjadi tak terpisahkan hingga sekarang.
Kedekatan mereka bukan hanya soal rutinitas sehari-hari, tetapi juga dalam momen-momen spesial. Mereka sering merayakan ulang tahun bersama, saling memberikan kejutan yang sudah menjadi tradisi di antara mereka. Kadang Rara yang diam-diam menyiapkan sesuatu yang istimewa untuk Mira, dan di lain waktu giliran Mira yang merencanakan kejutan untuk Rara. Hari ini pun, tanpa sepengetahuan Mira, Rara dengan semangat menyembunyikan sebuah kotak kue ulang tahun di balik punggungnya, siap untuk memberi kejutan pada sahabatnya.
"Tara!!!!" Rara berseru riang saat Mira membuka pintu kosannya. Di hadapannya, Rara berdiri dengan senyum lebar, memegang sebuah kotak kue yang dihiasi dengan cokelat lumer yang sudah dibekukan.
Namun, alih-alih teriak terkejut bahagia, Mira malah menjerit ketakutan. "Aaaaaaa!!!!" Teriakannya menggema di lorong kos, dan tanpa sengaja dia mundur selangkah, menjauh dari Rara. Mata Mira melebar, wajahnya pucat ketika melihat apa yang dibawa Rara.
Rara, yang masih diliputi kegembiraan karena berpikir bahwa Mira terkejut dengan kejutan yang ia siapkan, tidak menyadari kegelisahan yang melanda sahabatnya itu. Baginya, reaksi Mira adalah bagian dari kejutan yang sukses, tanpa sedikit pun menyadari ketakutan yang tersembunyi di balik mata Mira.
"Kaget ya?" Rara masih tak bisa menyembunyikan keceriaan di wajahnya, seolah keberhasilannya mengejutkan Mira adalah momen terbaik dalam hidupnya. "Tiup ini dulu nih," lanjutnya sambil menyodorkan korek gas yang menyala kecil di hadapan Mira. "Maaf ya, gak pakai lilin, tadi katanya abis!" seru Rara sambil tertawa riang, jelas merasa puas dengan kejutan sederhananya.
"Eh? Apa? Iya, aduh..." Mira tergagap, pikirannya kacau. Bagaimana mungkin Rara tidak melihatnya? Mira berusaha menenangkan diri, tetapi pandangannya terus tertuju pada kue cokelat di tangan Rara, di mana dua wajah mengerikan muncul di permukaannya. Wajah-wajah itu tampak kesakitan, ekspresi mereka seperti memohon, mata mereka penuh penderitaan.
"Tolong... tolong... Mira, tolong... sakit..."
Cek selengkapnya di Karyakarsa!!!
link Karyakarsa buat support gue: https://karyakarsa.com/Andipati19/cokelat-iblis
#cerita #horor #indonesia #cinta #movie #puisi #filmbioskop #jakarta #drama #sajak #photooftheday #surabaya #nonton #rindu #jualfilmpalembang #bali #infofilm #katahati #copyfilm #enak #action #ceritacinta #sumateraselatan #malang #series #papua #palembang #music #layarkaca #katakata
tag: cerita horor, cerita horor viral, cerita horor jawa, kisah horor,horor, cerita horor twitter, cerita sedih, cerita misteri, cerita hantu, cerita horror, cerita horor bus, cerita horor nyata, cerita horor pocong, cerita horor tiktok, cerita horor gunung, cerita horor bandung, cerita horor lampung, cerita horor bus hantu, cerita horor bus malam, cerita horor sopir bus, film horor, cerita horor mahasiswa, cerita horor saat mudik, cerita horor jawa tengah, horror, horror film, best horror,horror movie,horor, short horror film, horror short, horror short film, horror channel, horror video, horror shorts, horror full movie, horror story,short horror, alter short horror films, alter horror, short horror movie, horror short video, film horor, free horror short, watch alter horror, alter horror films, alter horror shorts, horror movies, best horror movie, new horror movies, film horor indonesia, horror short films
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H