Mohon tunggu...
Andipati 2001
Andipati 2001 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Suka nulis artikel random, cerpen dan puisi https://www.instagram.com/Andipati17/

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Berselimut Salambo

30 Agustus 2024   17:03 Diperbarui: 30 Agustus 2024   17:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kusno!? Bikin Mbak kaget saja," Rindu mengelus dadanya pelan. "Kenapa, No?"

"Ada nasi tidak Mbak? Kusno dan Bapak dari kemarin belum makan," tatapan Kusno, anak berumur sepuluh tahun itu sangat mengiris hati Rindu. Rindu menggigit bibir pelan, beras di rumahnya pun mulai menipis. Jika ia terus-terusan memberikan nasi pada Kusno, lalu bagaimana dengan dia dan ibunya? Sudah begitu ayahnya juga belum pulang dari kota.

"Nanti Mbak ke sana ya, kamu tunggu saja di rumah," akhirnya Rindu menyerah dengan perasaannya. Sudah seminggu ini Kusno meminta makan pada Rindu. Ibunya Kusno sudah pergi sebulan lalu setelah mengetahui bapaknya terkena penyakit misterius dan tidak bisa pergi ke ladang lagi. Yang paling menyakitkan adalah ibunya itu pergi karena diserbu warga karena tengah melakukan tindakan yang tak senonoh dengan tetangganya. Mereka berdua pun diusir warga.

Rindu melenguh pelan, malam ini ia harus berpuasa lagi. Keadaan memang sedang susah. Kata orang-orang, di kota sana sedang terjadi kekacauan yang mengguncang negara. Rindu dan warga desa mana peduli, hidup di sini saja sudah susah, mana sempat memikirkan urusan negara. Biar orang kota dan orang pintar saja yang mengurusi! Tapi kekacauan negara berdampak besar bagi Rindu, sekarang apa-apa itu mahal, beras pun susah didapat. Bahkan sudah sejak lima tahun lalu, warga desa kesulitan memakan daging.

Rindu mengambil obornya dan berjalan dengan hati-hati menuruni jalanan berbatu di desanya, ia menyapa beberapa orang yang ia kenal. Suara serangga malam, suara deras arus air dari sungai yang tak jauh dari desa, dan suara burung susul menyusul mengiringi Rindu berjalan. Setelah sampai, rupanya Kusno sudah duduk-duduk di teras rumah kayunya.

"Bapak kamu bagaimana kabarnya?" tanya Rindu setelah memberikan bungkusan nasi dan lauk ke Kusno yang disambut dengan mata berbinar.

"Bapak aneh, Mbak," kata Kusno pelan.

"Aneh? Aneh kenapa?"

"Masa Kaki bapak ada empat, matanya ada enam, dan pantatnya hijau," kata Kusno dengan serius yang disambut tertawa kecil oleh Rindu.

"Kamu ini ada-ada saja, ya sudah Mbak pulang dulu," Kusno memang dikenal anak yang imajinatif. Dia sering mengarang cerita untuk mendapatkan perhatian.

selengkapnya bisa ke wattpad!! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun