Mohon tunggu...
Andipati 2001
Andipati 2001 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Suka nulis artikel random, cerpen dan puisi https://www.instagram.com/Andipati17/

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Karang Jati

25 Agustus 2024   14:01 Diperbarui: 25 Agustus 2024   14:02 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arhan terperanjat, menyadari bahwa makanan yang dibawanya memang tumpah saat motor itu tergelincir. "Astaga," pikirannya mulai kacau, segala sesuatunya terasa semakin tidak terkendali. Makin bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

"Ke rumah saya saja, Mas. Tak jauh dari sini. Lebih baik sampean istirahat dulu. Nanti pagi, saya hubungi teman untuk bantuin motor sampean," tawar si bapak dengan nada bersahabat. Arhan ragu sejenak, tetapi keheningan dan kesepian yang mencekam di sekitarnya membuatnya merasa tak punya pilihan lain. Dengan hati yang masih dipenuhi keraguan, dia mengikuti si bapak sembari menuntun motornya yang mogok. Ingin rasanya ia memarahi motornya yang suka jajan oli itu karena di saat seperti ini justru motornya tidak bisa diandalkan.

Benar saja, rumah yang umum di daerah Cirebon itu memang tak jauh dari tempat Arhan terjatuh. Sederhana, terbuat dari beton yang belum ditembok. Rumah sederhana namun terawat itu berdiri sendiri di tengah hutan yang seolah tak berujung. Tak ada rumah lain yang terlihat, hanya kegelapan yang menyelimuti segala penjuru. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan dedaunan yang hampir tak bergerak, seolah enggan bersuara di tengah malam.

Arhan berniat menghubungi customernya untuk memberi tahu situasinya, tetapi ponselnya menunjukkan bahwa tak ada sinyal sama sekali. Seolah teknologi tak berdaya di tempat ini. Bapak itu, yang tampak sangat baik hati, sempat masuk ke dalam rumah, meninggalkan Arhan di teras yang dikelilingi oleh keheningan malam. Tak lama kemudian, dia kembali dengan nampan yang berisi secangkir kopi hangat dan beberapa camilan. "Maleman di sini aja, Mas. Saya temani. Santai saja, ini kopinya," katanya, sambil menyodorkan kopi itu kepada Arhan dengan senyum yang entah kenapa membuat Arhan sedikit lebih tenang. Senyum itu membawa rasa nyaman yang tak bisa dijelaskan, membuat Arhan mulai merasa lebih rileks.

"Terima kasih, Pak," si bapak itu hanya tersenyum mengangguk sebagai jawaban.

Mereka mulai mengobrol ringan, topik-topik sederhana yang perlahan mencairkan ketegangan yang tadi sempat menguasai diri Arhan. Suasana terasa lebih hangat.

"Sampean jatuh di tempat ini kok bisa, Mas?" tanya si bapak setelah beberapa saat. Arhan hanya menggeleng, tak tahu harus menjelaskan apa. "Memangnya sampean mau ke mana?" lanjut si bapak dengan nada penasaran.

"Kondangsari, Pak," jawab Arhan, mencoba kembali ke tujuan awalnya sambil menyeruput kopinya. Dia mulai merasa nyaman dalam percakapan itu, rasa takut yang tadi mencengkeramnya mulai mengendur.

"Jauh pisan (banget), Mas," bapak itu terlihat sangat terkejut, lebih dari yang Arhan bayangkan. Reaksinya membuat Arhan heran.

"Ini sudah sampai mana, sih, Pak? Gak ada sinyal, saya gak tahu jalan," keluh Arhan sambil tersenyum kecut, berusaha mencari humor di tengah situasi yang tak menentu.

"Wesss, gampang soal itu, Mas. Nanti pagi saya tunjukkan jalannya. Jalan ke sini itu ribet, Mas, penuh kelak-kelok. Nanti malah tambah kesasar kalau nyoba jalan sendiri," bapak itu tertawa kecil, terkekeh dengan suara yang terdengar jujur. Arhan hanya tersenyum canggung, mencoba mengikuti alur pembicaraan yang perlahan membuatnya merasa lebih tenang. Mereka kembali mengobrol, topik beralih dari satu hal ke hal lainnya, sampai akhirnya suasana menjadi lebih hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun