Di malam sunyi, ayah merenung,
Sesal terpahat dalam bisikan hati yang terdalam.
Waktu berjalan, membawa sejuta cerita,
Sesal menghampiri, di detik-detik yang terlewati.
Pada hari-hari yang lalu, terhanyut dalam kesibukan,
Ayah menyadari, seringkali waktu terlupakan.
Ketika mata anak melihat dunia,
Ayah sibuk bekerja, mengejar bayangan masa depan.
Sesal menyelinap, seperti bayangan yang tak pernah pergi,
Ayah merenung, apakah dirinya cukup hadir.
Dalam langkahnya yang cepat, kadang cinta terlupa,
Sesal menggelayut, di antara alur waktu yang terlewatkan.
Oh, sang ayah, di antara tangisan dan tawa,
Sesal datang, sebagai pelajaran yang mahal.
Mungkin waktu tak bisa diputar kembali,
Namun ayah berjanji, untuk lebih banyak tersenyum.
Di setiap detik, sang ayah berpesan,
Sesal bukanlah akhir, melainkan awal yang baru.
Dalam keheningan, ia berdoa dan bertekad,
Agar cinta tak lagi terlupakan, dan waktu tak lagi terbuang percuma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H