James Wan kembali membuktikan keahliannya dalam memberikan pengalaman visual yang memukau. Lokasi di lautan Atlantis disajikan dengan detail yang menawan, sementara koreografi pertarungan, terutama pada adegan akhir melawan Black Manta, memberikan aksi yang dinamis dan spektakuler.
Horor, Suspense, dan Perubahan Nasib Karakter
Sentuhan horor dan suspense, yang merupakan ciri khas James Wan, berhasil diselipkan ke dalam film superhero ini. Perubahan nasib karakter Black Manta, meskipun berakhir tragis, memberikan dimensi baru pada naratif film dan mengeksplorasi narasi baru tanpa terlalu terikat pada sumber materi asli.
Kritik terhadap Plot yang Berantakan dan Penggunaan Humor
Salah satu kelemahan film ini terletak pada plot yang terasa berantakan. Naskah yang bergegas dan berfokus pada dua permasalahan besar membuat film kehilangan fokus pada inti cerita. Selain itu, penggunaan humor yang terlalu garing bagi sebagian penonton dapat mengurangi kualitas pengalaman menonton.
Visual yang Terlalu Mencolok dan Produk Placement yang Mengganggu
Meskipun visualnya memukau, terdapat kritik terhadap produk placement yang terlalu mencolok. Penempatan produk yang terang-terangan di beberapa adegan dapat membuat penonton merasa seperti menonton iklan, meskipun hal ini mungkin bervariasi tergantung pada preferensi masing-masing penonton.
Kesimpulan: Selamat Tinggal Era DCU
"Aquaman and the Lost Kingdom" tetap menyajikan daya tarik, walaupun terdapat kekurangan dalam fokus plot dan penggunaan humor. Dengan visual yang memukau, chemistry karakter yang kuat, dan penampilan gemilang Yahya Abdul-Mateen II, film ini menjadi penutup yang layak untuk era DC Extended Universe sebelumnya. Terima kasih kepada James Wan dan timnya yang telah memberikan pengalaman sinematik selama bertahun-tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H