Mohon tunggu...
Andi Panjianum
Andi Panjianum Mohon Tunggu... Guru - bejuang atau terbuang

Nama saya Andi Panjianum, saya lahir di desa Tanjung Tebat sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan pada tanggal 08 November 1986. saya pernah belajar SD 34 Tanjung Tebat, SMP Negeri 5 lahat , SMA 2 Lahat dan kuliah di Universitas Bengkulu dengan jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. sekarang saya adalah seorang guru PNS di SMP Negeri 1 Penukal yang terletak di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gum-Gum

6 Agustus 2020   00:22 Diperbarui: 6 Agustus 2020   00:55 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah desa bernama Air Itam. Desa tersebut terletak di tepian Sungai Penukal yang bermuara jauh ke Sungai Musi. Desa ini sangat subur. Dan masyarakat air itam memanfaatkanya untuk menanam karet. Sungai yang melewati desa itu sangat kaya akan ikan. 

Keunikan air bantanghari/sungai inilah yang menjadi asal penamaan air itam. keunikan airnya dapat di lihat dengan nyata ketika air sungai dilihat dengan mata telanjang dengan jarak pandang kejahuan maka air akan tampak terlihat berwarna hitam pekat. 

Namun, saat kita mendekati dan memegang air yang megaliri sungai tersebut ternyata tidak akan mengotori tangan dan tidak akan merusak warna setiap pakaian yang di cuci dengan air sungai ini.

Desa ini terletak di dataran rendah. Saat musim hujan desa ini akan mengalami banjir. Banjir ini karena masuknya air musi kedalam sungai penukal. Saat banjir datang sebenarnya saat itulah harapan datang. Saat air surut ikan akan terkurung di dalam suwak-suwak dalam dan ini akan menjadi berkah untuk masyarakat air itam karena musim ikan akan tiba. 

Banyak jenis ikan yang akan masuk kedalam suwak-suwak tersebut, di antaranya ikan baung, lais, buntal  dan sebarau. Apabila musim ikan datang, hampir setiap rumah membuat tempat pemanggangan ikan. Mereka menggolah ikan-ikan segar itu menjadi ikan salai. Apabila sudah disalai, ikan tersebut bisa tahan berbulan-bulan.

Saat air surut dan ikan sudah diambil suwak-suwak tersebut ditanami padi oleh penduduk. Meraka memanfaatkan suwak-suwak untuk mulai menanam padi dan saat musim hujan tiba maka padi padi tersebut sudah selesai di panen. Padi tersebut disimpan untuk persediaan makan sampai dengan musim tanam tahun depan.

Akan tetapi di desa Air Itam ada hal yang mencekam saat waktu magrib telah tiba. Setelah azan akan terdengar suara Gum beberapa kali, kata penduduk Air Itam itu adalah suara Gum-Gum Antu Besok.

Saat petang tiba itulah hal yang selalu ditakuti di desa ini. Suara ibu-ibu melengking dan seperti sautan ayam berkokok memanggil anaknya untuk pulang karena mereka selalu takut dengan Gum Gum Antu Besok. Orang tua di desa ini sangat melarang anak-anak keluar rumah waktu magrib.

Kata tetua di desa Air Itam, Gum Gum Antu Besok adalah hantu perempuan berambut panjang, kulitnya putih, parasnya cantik dan jika berjalan selalu memegang telinga kanannya. Saat azan magrib tiba maka saatnya Gum Gum Antu Besak keluar dari persembunyianya. Biasanya Gum-Gum Antu Besok pada siang hari bersembunyi. 

Tempat persembunyianya di pohon-pohon yang besar. Terutama pohon Rengas besar yang ada di tepian sungai. Orang Air Itam menamainya Gum-Gum Antu Besok karena setiap kali ia keluar dari persembunyianya maka akan terdengar suara Gum yang menyerupai suara mariam. Suara Gum-Gum ini sangat jelas terdengar beberapa kali sampai akhirnya suara itu menghilang.

Menurut cerita Gum-Gum Antu Besok sering menculik anak kecil yang masih berada di luar rumah saat magrib tiba. Meraka akan memanggil anak kecil tersebut dan mengajaknya untuk pergi.

Gum-Gum Antu Besok tidak pernah menyakiti anak-anak yang diajaknya pergi. Gum-Gum Antu Besok akan memberikan makan, minuman dan mengajak anak tersebut bermain. Dan biasanya Gum-Gum Antu Besok juga akan mengembalikan anak tersebut dimana tempat pertama kali ia mengajaknya.

Selain mengajak anak kecil pergi Gum-Gum Antu Besok juga sering masuk ke dalam kelambu. Ia akan datang apabila ada anak-anak yang tidur lewat dari jam sembilan malam. Dan sudah menjadi kebiasan di desa Air Itam bahwa anak-anak akan tidur di bawah jam sembilan malam.

Ada satu keluarga yang tinggal di desa Air Itam. Mat Godek namanya, tubuhnya kekar karena bermata pencaharian sebagai pencari ikan. Istrinya bernama Lasni dan anaknya bernama Pakuroni. Pakuroni adalah anak semata wayang mereka. 

Sebenarnya Lasni sudah 4 kali mengandung tapi hanya Pakuroni yang masih hidup, dan maksud mereka memberi nama Pakuroni. Dengan harapan bisa terikat seperti paku yang tertancap di dinding dan tidak akan lepas lagi.

Sore ini waktu magrib telah lewat tetapi Pakuroni belum juga pulang. Mat Godek sudah mondar-mandir di dalam rumah, sedangkan istrinya Lasni sudah beberapa kali menangis. Beberapa tetangga sudah ada yang datang ke rumah mereka. Beberapa penduduk yang lain mulai menyiapkan lampu petromak dan menebang bambu untuk membuat obor.

Lampu petromak dan obor tersebut tak lain untuk mencari Pakuroni. Tapi pencarian tersebut belum dilakukan. Ada tetangga mereka melihat Pakuroni di depan rumah mereka sesudah azan magrib. Karena sebelum azan tersebut ia memasukan anak kambing milikinya dan tak sengaja melihat Pakuroni.

Lasni mulai mencari di dalam rumah, ia lihat di bawah katil (tempat tidur), di belakang pintu, di gubuk penyimpanan padi di belakang rumah, bahkan di atas pelapon rumah. Namun Pakuroni belum juga ditemukan. Saat di dalam rumah tidak diketemukan. Seluruh laki-laki dewasa mulai berkumpul di rumah Mat Godek. Mereka ingin membantu Mat Godek mencari keberadan Pakuroni.

Dengan suara yang serak Mat Godek meminta tolong kepada semua yang datang untuk mencari anaknya yang hilang.

Lampu petromak dihidupkan bagitu juga dengan obor mulai diberikan sumbunya. Setelah semuaya siap. Mereka memulai pencarian. Pembawa lampu petromak telah berjalan di bagian depan. Laki-laki dewasa desa air itam mulai mengikuti kemana pembawa lampu itu berjalan. Sedangkan beberapa orang lagi berjalan dengan di bantu obor.  Tempat pertama tujuan pencarian mereka adalah ke arah selatan desa menuju pemakaman puyang.

Setelah sampai di pemakaman puyang. Para pencari mulai melihat di semak-semak yang mengelilingi kuburan payang. Semua pohon-pohon kecil di dekat kuburan di goyang-goyang. Tapi dalam pencarian ini semua laki-laki yang pergi hanya membawa lampu petromak dan obor serta tongkat dan tak boleh membawah senjata tajam.

Setelah tidak ditemukan di kuburan puyang tersebut maka pencarian dilakukan di hutan-hutan di dekat desa. Setiap bertemu dengan pondok maka pondok tersebut akan didatangi dengan harapan ada Pakuroni.

Para pencari tak boleh membawa Lading (Golok). Karena, Lading itu bisa melukai Pakuroni. Mereka percaya apabila Pakuroni ini diambil Gum Gum Antu Besok maka ia bisa saja berada di balik daun ilalang atau berpegang pada pohon-pohon kecil di tepi jalan dan semak-semak. 

Maka jika membawa lading para pencari takut saat membersihkan jalan pencarian terpotong tumbuhan tempat Gum-Gum Antu Besok menyembunyikan Pakuroni. 

Pencarian terus dilakukan telah berapa hutan dan semak yang sudah dikelilingi tapi tak ada satu pun tanda tentang jejak Pakuroni.

Waktu telah menunjukan jam satu malam, ada seorang utusan yang datang dan mengatakan belum ada tanda-tanda di mana Pakuroni sekarang ini. Mendengar kabar tersebut Lasni menangis sejadi jadinya, ia membayangkan betapa malangnya nasibnya. Ia membayangkan telah berapa kali ia mengandung dan melahirkan tapi hanya Pakuroni yang masih hidup dan sekarang anaknya tersebut tak tau ke mana. 

Waktu terus berjalan sampai jam 4 pagi Pakuroni belum juga ditemukan. Sedangkan Mat Godek masih duduk di tangga rumah. Sudah berapa kali Mat Godek menerima pesan dari rombongan pencari bahwa Pakuroni belum juga ditemukan.

Subuh ini bukan hanya Lasni yang menangis sejadi-jadinya, beberapa keluarga Lasni dan Mat Godek juga menangis meraung-raung di dalam rumah. Karena hampir semalaman pencarian Pakuroni belum mendapatkan hasil apa-apa. Kadang tangisan ini juga diiringi dengan alunan Senjang tentang kesedihan yang isinya bisa membuat pendengarnya ikut menangis.

Saat matahari mulai bersinar. Waktu malam telah berlalu Mat Godek ingin turun dari rumahnya. Dan tanpa sengaja Terompah (sendal) Mat Godek terjatuh ke bawah tangga. 

Mat Godek turun tangga dan handak mengambil sendal tersebut. Tetapi batapa terkejutnya Mat Godek, karena yang didapatkanya adalah ada seorang anak yang tidur di bawah tangga tersebut. Dan setelah dilihat dengan jelas anak tersebut tak lain adalah Pakuroni anaknya.

Mat Godek langsung memanggil istrinya Lasni yang masih menangis di dalam rumah. Mendengar jeritan panggilan suaminya Lasni berlari menuruni tangga rumahnya. Saat sampai di bawah ia telah mendapati suaminya mengangkat Pakuroni.

Melihat Pakuroni, Lasni bukan berhenti menagis tetapi tangisannya bertambah nyaring. Bahkan tetangga di sekitar rumah langsung keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi dengan Lasni. Tetangga pun langsung berlari menghampiri Lasni. 

"Anakku pulang, anakku pulang, anakku pulang," kata Lasni. Lasni langsung mengambil Pakuroni dari pangkuan suaminya dan membawahnya ke rumah.

Mat Godek langsung ke rumah tetua desa untuk datang ke rumah mereka. Tak lain agar tetua desa itu memberikan jampi-jampi pada tiga buah Jeruk Nipis yang akan digunakan Pakuroni untuk mandi. Jampi-jampi ini dipercaya untuk mengusir roh halus yang telah mempengaruhi Pakuroni sehingga ia lupa pulang ke rumah.

Saat Pakuroni sudah mandi dan makan. Mat Godek bertanya dengan Pakuroni. Mat Godek ingin tau mengapa anaknya bisa berada di bawah tangga rumahnya.

Pakuroni mengakui, sore kemarin ia mandi di batanghari sampai lupa waktu. Ia yakin ibunya pasti marah lagi denganya, seperti setiap kali dia belum pulang saat waktu magrib. Dan bahkan bukan hanya dimarahi. Ibunya pun kadang menghukum bahkan membenjing (jewer telinga) hingga berapa kali. Pakuroni sangat takut. Ketakutan tersebut membuatnya tidak mau pulang ke rumah.

Karena takut dimarahi ibunya karena pulang sudah lewat waktu magrib, maka ia duduk dan sembunyi di bawah tangga rumahnya. Dalam pikiran Pakuroni, asal masih berada di lingkungan rumah maka ia sudah merasa aman.

Mandengar pengakuan tersebut. Lasni menangis lagi. Ia ingat memang itu semua pernah dilakukanya, tapi bukan karena ia tidak menyayangi anaknya. Itu karena semata-mata karena ia takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dengan Pakuroni.

Lasni menyadari cara mendidiknya tersebut adalah salah dan membuat anaknya tidak berani untuk pulang ke rumah.

Lasni berjanji tidak akan menghukum anaknya lagi saat anaknya belum pulang ke rumah saat waktu magrib tiba tanpa bertanya sebabnya dahulu dengan anaknya dan Pakuroni kemudian berjanji dengan Ayah ibunya akan pulang ke rumah sebelum waktu magrib. Dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Akhinya Pakuroni memeluk ayah dan ibunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun