Selain itu generasi milenial juga akan memandang sinis, karena melanggar prinsip dalam hal mengikutsertakan anak muda atau tokoh baru untuk berkontribusi menyejahterakan bangsa. Generasi ini sudah sepatutnya menaruh harapan kehadiran wajah-wajah baru sebagai pemimpin mereka.
2024, Pemimpin Untuk Kaum Milenial
Survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) diperkuat oleh hasil survei Litbang Kompas, menunjukkan bahwa hak suara pemilu 2024 didominasi oleh generasi milenial. Sekitar 60% jumlah suara dari mereka akan menjadi target empuk dari para calon pemimpin nasional yang ikut berkompetisi.
Menjadi tantangan baru bagi para calon pemimpin negara untuk mempersiapkan agenda politik berupa visi-misi yang mampu menyentuh pikiran mereka. Salah satu tantangan di masa sekarang adalah penanaman urgensi multikulturalisme. Generasi yang berada di usia produktif itu tentu tidak ingin menjadi korban selanjutnya dari politik identitas dan polarisasi yang dihasilkan. Mereka butuh sosok yang mampu mengakomodasi multikulturalisme ke tingkat yang dikatakan seorang filosof Prancis, Emmanuel Levinas yaitu The Face of the other.
Menurut Levinas (dalam artikel karya Biyanto (2020)), penampakan wajah bukanlah bagian dari aku, bukan juga diukur atas keinginan aku dan menganggap yang lain berbeda dari aku. Tapi menyatukan hubungan aku dengan yang lain menjadi satu kesatuan tanpa kekerasan. Adanya yang lain menghadirkan kedamaian dan kultur positif untuk kehidupan. Pemimpin masa depan Indonesia diharapkan mampu meramu multikulturalisme yang dihubungkan lewat rasa empati dan nir-kepentingan.
Karakter lain yang harus dimiliki oleh penerus Jokowi sebagai Presiden adalah menjadi teladan yang baik. Kepemimpinan untuk kaum milenial khususnya wajib menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Karena generasi muda yang mulai terlibat dalam urusan pembangunan negeri tidak akan mengambil jauh-jauh sosok teladannya. Dengan melihat sikap pemimpinnya sudah memberi pengaruh terhadap dirinya. Tidak hanya membangun sikap baik, tapi juga efektifitas pembangunan ikut meningkat dengan adanya antusiasme dari pengaruh pemimpin.
Rasa tanggung jawab juga jadi karakteristik selanjutnya bagi penerus Jokowi. Terakhir, Presiden dari partai politik PDI-P tersebut ikut andil dalam menuntaskan tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan, Malang. Pemimpin seharusnya menjadi sosok pendengar yang baik, fokus membimbing dalam menawarkan solusi. Tentunya di era berkemajuan saat ini, dibutuhkan solusi out of the box dari pandangan jauh ke depan dan pengetahuan yang luas.
Masih banyak sebenarnya karakteristik bagi seorang calon pemimpin bangsa ini di masa mendatang. Beberapa poin tadi sudah termasuk keywords dalam merencanakan revolusi mental bangsa dan negara, khususnya dalam memimpin kaum milenial di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H