Tapi ada satu tema permasalahan penting yang membuat Rusia naik pitam, yaitu adanya tuntutan agar Ukraina bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATO.
Salah satu misi besar Rusia yang melatarbelakangi terjadinya operasi militer di Ukraina adalah NATO. Aliansi Militer yang dibentuk pada 4 April 1949 itu dianggap telah melampaui wilayah kekuasannya hingga menyentuh perbatasan pelabuhan militer Rusia. Jika benar Ukraina resmi menjadi anggota NATO, maka secara tidak langsung negara tersebut tergabung dalam golongan UE.
Rusia khawatir kepentingan ekonomi mereka di Ukraina akan dimanfaatkan oleh NATO. Belum lagi adanya hubungan yang terjalin antara pasukan NATO dengan negara Eropa Timur lainnya seperti, Polandia, serta negara-negara balkan.
Oleh karena itu, Putin dan kolega terus memperkuat kebijakan intervensinya di Ukraina dalam beberapa tahun terakhir.
Pelabuhan Sevastopol di pesisir Barat Daya Semenanjung Krimea juga menjadi alasan untuk Rusia perlu berhati-hati terhadap langkah NATO di Ukraina.
Sevastopol lahir dari kesepakatan Persahabatan, Kerja Sama dan Kemitraan oleh Moskow dan Kiev pada tahun 1997. Yakni di mana Rusia mengakui status pelabuhan itu sebagai bagian dari Ukraina, sementara Ukraina memberikan hak izin kepada Rusia untuk mempertahankan pangkalan ankatan laut dan memberikan ruang Armada Laut Hitam di Krimea hingga 2017.
Apabila NATO berhasil memperoleh kepentingan kekuasaannya di wilayah Ukraina, maka akan memberi dampak buruk di pangakalan militer Rusia di Sevastopol.
Tidak heran, jika pasukan militer dikerahkan Putin untuk tetap bertahan di pelabuhan Sevastopol guna memberi tekanan politik kepada Ukraina agar tetap berposisi netral.
Meskipun opsi tersebut tidak akan berlangsung lama, Presiden Putin perlu menjaga momentum itu guna mempertahankan teori neorealisme yang sedang dibangun.
Suka atau tidak, aliran dari Kenneth Waltz dalam bukunya "Theory of International Politics" itu memberikan ulasan secara nyata mengapa jalan perang harus dilakukan oleh sebuah negara adidaya yang merasa terpojokkan.
Menurut Neorealisme, perang terjadi bukan hanya karena negara menginginkannya, tetapi juga ada faktor tekanan struktural. Kekuasaan bukanlah tujuannya, tapi lebih kepada keamanan nasional.