Mohon tunggu...
Andini Zahrah Fitria
Andini Zahrah Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Gizi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belenggu Gawai bagi Anak di Era Digitalisasi

4 Desember 2024   13:37 Diperbarui: 4 Desember 2024   13:37 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Data Pribadi)

Saat ini, perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri. Hampir setiap aspek kehidupan manusia membutuhkan teknologi, baik dari bidang industri, pendidikan, hingga sosial. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan gawai bisa menjadi pisau bermata dua bagi pemakainya. Penggunaan gawai bisa memberikan dampak positif maupun negatif tergantung dari bagaimana cara kita memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada.

Di Indonesia, rata-rata durasi yang dihabiskan seseorang berada di depan gawai semakin meningkat sejak adanya Covid-19 pada tahun 2020 lalu. Hal ini berdasarkan laporan State of Mobile 2024 dari Data.ai, laporan tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2020 tercatat rata-rata warga Indonesia menggunakan gawai selama 5,63 jam per hari. 

Kemudian, pada tahun 2021, rata-rata durasi penggunaan perangkat mobile warga Indonesia naik menjadi 5,99 jam per hari. 

Angkanya kembali meningkat hingga level tertinggi dalam empat tahun terakhir, yaitu pada tahun 2022 dengan durasi rata-rata mencapai 6,14 jam per hari. Namun, rata-rata durasi penggunaan gawai turun menjadi 6,05 jam per hari pada tahun 2023. Meski begitu, tetap harus kita waspadai karena Indonesia masih menjadi negara dengan waktu penggunaan gawai yang melampaui rata-rata 6 jam per hari. 

Hal itu menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah negara Cina, India, dan Amerika.

Di lain sisi, berdasarkan data BPS, jumlah pengguna gawai untuk anak usia dini di Indonesia sebanyak 33,44%, dengan rincian 25,5% pengguna anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% anak berusia 5-6 tahun. 

Ditambah dengan survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang menyatakan bahwa lebih dari 71,3% anak usia sekolah telah memiliki gawai. Dari kumpulan data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna gawai di Indonesia yang melampaui rata-rata waktu normal adalah anak dengan usia sekolah.

Adapun faktor yang memengaruhi hal diatas, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ditimbulkan dari dalam diri seorang anak. Menghabiskan banyak waktu dengan gawai bisa merangsang otak untuk mengeluarkan hormon dopamin secara berlebihan. Hormon dopamin adalah hormon yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia. 

Keberadaan hormon ini tidak memberikan dampak negatif apabila jumlah yang diproduksi tidak berlebihan. Sebab, kadar dopamin yang berlebih bisa berpengaruh pada kerja otak dalam mengatur suasana hati dan emosi yang berujung pada timbulnya perasaan “euforia”. Jika hal ini terjadi terus-menerus maka bisa menyebabkan kecanduan pada anak.

Adapun faktor yang kedua yaitu faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan sekitar. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengawasi aktivitas yang dilakukan anak. Namun, tidak sedikit orang tua yang kurang membatasi interaksi anak dengan gawai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun