Ledakan pertumbuhan populasi di daerah-daerah perkotaan mengakibatkan banyak terjadi alih fungsi lahan, sehingga ketersediaan lahan untuk pertanian semakin menyempit. Balai Pusat Statistik melaporkan total luas lahan pertanian saat ini 70 juta ha dan hanya 45 juta ha saja yang efektif untuk produksi pertanian.
 Luas lahan pertanian cenderung menurun di setiap tahunnya sebagai akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian. Jika kondisi pertumbuhan populasi tidak sebanding dengan laju produksi bahan pangan akan memicu terjadinya krisis pangan.Â
Ketergantungan antarsuatu kawasan atau daerah terhadap kawasan lain merupakan dampak lain dari semakin menyempitnya lahan pertanian di suatu kawasan atau daerah. Kondisi ini mendorong masyarakat di kawasan perkotaan harus mulai mencoba untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri serta memperbaiki kondisi lingkungan agar terciptanya lingkungan yang berkualitas.
Urban farming merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan krisis lahan pertanian dan ketersediaan bahan pangan. Urban farming atau pertanian perkotaan merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian intensif di kawasan perkotaan dan sekitarnya dengan menggunakan sumber daya alam yang tersedia dan limbah-limbah perkotaan. Pertanian jenis ini meliputi budidaya dan produksi pangan skala kecil, budidaya di lahan sempit, land sharing, dan rooftop gardens.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat di kalangan masyarakat perkotaan menjadikan urban farming populer dan hangat diperbincangkan oleh masyarakat.Â
Microgreens merupakan salah satu implementasi urban farming yang sederhana, murah, dan praktis. Microgreens merupakan suatu metode budidaya tanaman hortikultura dengan memanfaatkan lahan-lahan sempit di pemukiman perkotaan. Â Microgreens merupakan sayuran yang dipanen di usia muda, ketika kotiledon sudah berkembang sempurna dan daun sejati pertama telah muncul, berkisar antara umur 7--21 hari setelah semai. Pemanenan sayuran yang dibudidayakan dengan metode ini dilakukan saat tanaman berukuran 5--10 cm.Â
Sayuran yang dibudidayakan dengan metode ini dikenal berkualitas tinggi, rasa dan tekstur yang lezat, warna yang unik, serta kaya akan nutrisi. Nutrisi yang terkandung dalam microgreens 4--40 kali lebih kaya dibanding dengan tanaman yang dipanen pada usia dewasa.Â
Selain itu, konsentrasi senyawa bioaktif seperti asam askorbat, karotenoid, antioksidan, vitamin, dan mineral yang terkandung pada microgreens didapati lebih banyak dibandingkan pada sayuran yang dipanen pada umur dewasa (Xiao et al., 2012). Microgreens bermanfaat untuk kesehatan dan estetika makanan. Manfaat microgreens bagi kesehatan manusia di antaranya adalah menurunkan risiko terserang penyakit alzheimer, kanker, diabetes melitus, penyakit jantung, dan sebagai peningkat imun tubuh.
Microgreens sebagai alternatif budidaya tanaman hortikultura yang bersifat fleksibel. Budidaya microgreens menyesuaikan ruang, tempat, finansial, dan sumberdaya yang tersedia. Budidaya microgreens dapat dilakukan pada lahan-lahan sempit, rooftop maupun di dalam rumah. Budidaya microgreens di area rumah sebagai upaya dalam menunjang penyedia makanan bergizi untuk keluarga. Selain sebagai penunjang, budidaya microgreens di area rumah dapat dijadikan pendapatan jika dikelola dengan intensif.
Pada budidaya microgreens hanya membutuhkan hal-hal sederhana seperti alat dan bahan yang dapat dengan mudah ditemukan di rumah-rumah, tidak memerlukan tenaga dan waktu yang banyak hingga masa panen, serta tidak memerlukan perawatan yang khusus. Adapun jenis-jenis sayuran yang umum dibudidayakan dengan metode microgreens diantaranya adalah Brassicacea (sawi, pakcoy, brokoli, kembang kol, dan caisim), Asterasea (selada dan sawi putih), Apiaceae (wortel dan seledri), Amaryllidaceae (bawang putih dan bawang merah), dan Amaranthaceae (bit, bayam hijau, dan bayam merah).
Budidaya microgreens dapat dilakukan pada media tanam seperti tanah, tisu, rockwool, cocopeat yang diletakan pada wadah yang dilubangi bagian bawahnya untuk kepentingan aerasi.Â
Penyemaian benih pada media tanam dilanjutkan dengan pemberian air yang cukup agar media tanam lembab. Perawatan microgreens tergolong mudah dan murah, cukup dengan menyemprot media tanam dengan air hingga lembab tanpa perlu tambahan nutrisi lainnya seperti budidaya sayuran dengan metode lain.Â
Penyiraman yang berlebihan pada microgreens dapat menyebabkan tumbuhnya jamur pada benih yang disemai. Â Untuk mempercepat proses perkecambahan, gunakan kain berwarna gelap untuk menutupi benih atau simpan di tempat yang gelap. Setelah benih berkecambah, paparkan pada cahaya matahari yang teduh. Microgreens dapat dipanen dengan mencabut sayuran yang telah tumbuh di media tanam ataupun digunting. Setelah melakukan pemanenan, media tanam dapat digunakan kembali untuk budidaya dengan konsep serupa.
Umumnya microgreens disajikan hanya untuk estetika makanan oleh chef. Selain sebagai penunjang estetika makanan, microgreens dapat disajikan dengan cara ditumis, direbus, dan digoreng. Selain itu, microgreens dapat disajikan secara langsung untuk dijadikan sebagai lalapan dan salad.
Dari hal-hal yang telah dipaparkan di atas, urban farming atau pertanian perkotaan dapat dijadikan alternatif dalam mengatasi keterbatasan lahan pertanian. Sayuran yang ditanam menggunakan metode urban farming umumnya memiliki vitamin dan mineral yang lebih tinggi karena ditanam untuk konsumsi pribadi. Budidaya sayuran untuk konsumsi pribadi dapat menunjang gizi dan memperbaiki lingkungan sekitar.
Referensi:
Fauzi, A., Ichniarsyah, A., & Agustin, H. (2016). Pertanian Perkotaan: Urgensi, Peranan, dan Praktik Terbaik. Jurnal Agroekoteknologi, 10(1), 49--62.
Xiao,Z., Lester, G. E. , Luo, Y., & Wang, Q. (2012). Assessment of Vitamin and Carotenoid Concentrations of Emerging Food Products: Edible Microgreens. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 60(31), 7644--7651.
Yani, A., & Yenisbar, Y. (2023). Pelatihan Tentang Budidaya Microgreen Dan Pemanfaatannya Dalam Pengadaan Sayuran Di Era New Normal Covid-19 Di Desa Bojong Gede, Kecamatan Bojong Gede, Bogor. Jurnal Pengabdian Pasca Unisti, 1(1), 13--30.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H