Saya menganggap metode yang saja sajikan sudah paling tepat untuk anak dan efektif sesuai dengan alokasi waktu pembelajaran
Belajar harusnya menyenangkan, membahagiakan, dan memerdekakan anak, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Â
Proses Pembelajaran yang mencerminkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Konteks Sosial Budaya di kelas
Sesuai dengan konteks sosial budaya masyarakat sub-urban Kabupaten Tangerang sebagai penyangga ibukota, masyarakatnya lekat dengan keragaman dan pendatang. Toleransi dan keterbukaan sudah bukan hal yang asing dalam keseharian. Â Hal ini dapat diadaptasi dalam proses pembelajaran dengan menerapkan 4 kata ajaib di kelas, yaitu: tolong, terima kasih, maaf, dan permisi. Penerapan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) di kelas juga sesuai dengan sifat keterbukaan penduduk lokal Kabupaten Tangerang. Dengan demikian diharapkan dapat mempertebal budi pekerti siswa
Agar mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, pembelajaran di kelas harus segera berubah. Jika sebelumnya pembelajaran terfokus pada guru, kini pembelajaran harus lebih berpusat pada siswa. Â Di awal pembelajaran, ada kesepakatan kelas yang disepakati kedua belah pihak baik guru maupun siswa. Biasanya tata tertib atau aturan datang dari guru saja. Kini siswa juga mesti dilibatkan dalam hal ini agar suasana kelas menyenangkan, serius tapi santai, seru tetapi tetap fokus. Refleksi belajar juga dibiasakan di akhir pembelajaran.
Untuk menyesuaikan dengan kodrat zaman, pembelajaran juga mesti beradaptasi dengan perkembangan zaman. Gawai dan teknologi pembelajaran dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaannya dalam kegiatan belajar mengajar dapat dicontohkan berikut ini. Penggunaan google form, drive, dan email untuk pengumpulan tugas; penggunaan aplikasi seperti e-PUSNAS, KBBI V, Canva, ChatGPT untuk menjelajah materi; penggunaan aplikasi pemungutan suara dan memilih kelompok seperti Wheel of Names, Random Picker; Â Penggunaan quizizz, googleform untuk pembuatan soal; serta penggunaan Jamboard dan Padlet untuk refleksi pembelajaran.
Semoga dengan perubahan yang dijalankan, tujuan pendidikan yang diidam-idamkan agar anak mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapat tercapai. Kita bisa menjadi pendidik yang bahagia dan memerdekakan. Hingga kelak setelah lulus, anak-anak rindu rasanya saat-saat belajar di sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H