Banyak kebenaran yang diagungkan telah dipalsukan. Berbagai ide dan gagasan menjadi milik bersama dan belum tervalidasi kebenarannya.Â
Realitas yang terjadi dalam dunia virtual bukanlah realitas yang sesungguhnya. Pengguna dunia virtual kemungkinan kehilangan kontrol atas informasi pribadi.Â
Dunia virtual cenderung menghilangkan otentisitas dan menyuarakan "pembenaran-pembenaran". Teknologi yang semakin masif mendistruktif melahirkan dunia prostus dimana kebenaran tidak lagi tunggal. Bermunculan kebenaran-kebenaran lain yang harus didiskusikan, diperdebatkan, dan perang data untuk mencari kesepakatan kebenaran.
Ketika teknologi menggantikan kehidupan sehari-hari, maka menghilangkan "rasa" Â dalam hubungan personal. Teknologi memberikan proses individualisasi karena dalam teknologi dan digitalisasi setiap orang menginginkan presisi.Â
Dalam teknologi masa kini, ada proses dehumanisasi (memberhentikan proses humanisasi). Digitalisasi mengubah kebudayaan masyarakat ke dalam ruang virtual tanpa batas.Â
Mengaburkan nilai-nilai yang sudah mapan sehingga dibutuhkan selection terhadap kebutuhan setiap orang dalam interaksi di dunia virtual. Dalam dunia digitalisasi masyarakat juga terekspos dengan kebudayaan yang berbeda.Â
Teknologi memberikan ruang pertukaran kebudayaan, sehingga seperti yang dikatakan dibutuhkan kemempuan untuk memilih sesuai kebutuhan. Kesalahan dalam memilih tontonan atau konten dalam dunia virtual akan memunculkan kerumitan (complexity of culture).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI