Mohon tunggu...
Andini Parameswari
Andini Parameswari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Antropologi Budaya, Universitas Gadjah Mada. Staff Bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Penelitian Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca DIY Periode 2021-2025.

Seorang gadis yang gemar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Budaya Masyarakat dalam Bayang-Bayang Digitalisasi

27 Januari 2025   17:50 Diperbarui: 29 Januari 2025   16:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dunia dalam Digitalisasi. (Sumber:pixabay.com)

Internet tidak sekedar ruang pengetahuan yang memberdayakan, tetapi juga menjadi ruang dengan sarat mempertanyakan keabsahan keyakinan, nilai, dan paraktik kehidupan. 

Di dunia digital pengetahuan diproduksi sembarangan, tidak tervalidasi akan tetapi berpengaruh jangka panjang. Distrupsi teknologi membuat perubahan dalam kehidupan masyarakat. Dunia yang ditranformasikan dengan virtualitas akan mengubah sisi aktual kehidupan.

Internet memasifkan proses blended culture terutama dislokasi kebudayaan, dalam artian budaya tidak ada di tempatnya. Masyarakat tidak perlu datang langsung ke lokasi untuk melihat suatu kebudayaan. 

Risiko nyata yang dihadapi dengan adanya proses blended culture adalah terjadinya simbolisasi sehingga menyebabkan pendangkalan. Pendangkalan yang hanya menangkap simbol tanpa mengerti makna.

Pendangkalan hanya menurunkan dimensi fisik atau praktik tanpa adanya unsur filosofis. Budaya masyarakat mengalami misrepresentasi, masyarakat dalam memaknai kebudayaan masyarakat lain tanpa mengerti makna yang sesungguhnya. 

Contoh dari misrepresentasi budaya adalah seseorang yang memakai pakaian batik dengan corak motif tertentu tanpa tahu makna yang sesungguhnya dari corak motif tersebut. 

Kemudian ada pula seseorang yang bertato simbol keagaaman dengan tujuan hanya untuk kesenangan dan keindahan tanpa berpikir bahwa hal tersebut termasuk ke dalam penisataan agama (menghadirkan simbol-simbol krusial tanpa tahu maknanya). Blended culture menyebabkan dislokasi sehingga membuat batas-batas kebudayaan memudar.

Blended culture membuat kehidupan masyarakat termediatisasi, media yang menggantikan sisi kemanusiaaan (emosional). Realitas kehidupan digantikan menjadi realitas yang diinginkan dan dipilihkan oleh media, bukan realitas empirik lagi. Blended culture mengusung sebuah ideologi yang membuka ruang masyarakat terkait budaya, sosial, dan politik. 

Ketika teknologi semakin berkembang masyarakat dihadapkan pada kebutuhan atau pilihan-pilihan idelogi yang berbeda. Teknologi hadir dengan konsep dunia tanpa batas dan tidak terbatas. Hadirnya ruang tanpa batas bagi masyarakat disebut ruang virtual.

Ilustrasi Penggunakan Teknologi yang Semakin Masif. (Sumber:pixabay.com)
Ilustrasi Penggunakan Teknologi yang Semakin Masif. (Sumber:pixabay.com)

Resiko keterbukaan di ruang virtual membuat masyarakat kehilangan kemurnian dan keaslian sifatnya disebabkan telah terbawa beragam hal yang berpotensi menjadi hoaks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun