Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang amanah. Apa itu amanah?
Amanah artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa, amanah dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah juga berarti titipan (al-wadi'ah). Amanah adalah lawan kata dari khianat. Dan amanah terjadi diatas ketaatan, ibadah, al-wadi'ah (titipan), dan ats-tsiqah (kepercayaan). Dengan demikian sikap amanah merupakan sesuatu yang dipercayakan untuk dijaga, dilindungi, dan dilaksanakan. Dalam al-qur'an surah al-ahzab [33]: 72 yang artinya sebagai berikut:
Sesungguhnya kami telah menyampaikan amanah kepada langit, bumi. Dan gunung-gunung semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dipikul amanah itu oleh manusia.Â
Sesungguhnya manusia itu umat zalim dan amat bodoh. Amanah sendiri adalah modal utama untuk terciptanya kondisi damai dan stabilisasi ditengah masyarakat, karena amanah sebagai landasan moral dan etika dalam bermuamalah dan berinteraksi sosial.
Dalam kitab-kitab sejarah perjuangan Rasulullah amanah merupakan salah satu diantara beberapa sifat yang wajib dimiliki oleh para rosul. Bukan hanya amanah.
Nmun juga ada sifat jujur dan dapat dipercaya terutama dalam urusan yang berkaitan dengantugas kerasulan, seperti halnya menerima wahyu, memelihara keutuhannya dan menyampaikan pada manusia, tanpa penambahan atau pengurangan atau penukaran. Mereka para rasul allah juga bersifat amanah dalam arti terpelihara dari hal-hal yang dilarang oleh allah baik lahir maupun batin. [1]Â
Pernahkah terlintas dalam pikiran anda tentang amanah. Bahwasanya amanah yang sedang anda pikul pada hakikatnya adalah tanggung jawab yang berasal dari pilihan anda sendiri. Anda selalu berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkannya. Bahkan tidak jarang segala cara anda lakukan untuk merebutnya.Â
Akan tetapi setelah amanah itu anda dapatkan boleh jadi anda tidak menunaikannya, dan boleh jadi dalam kesempatan lain anda menghianatinyya. Amanah adalah salah satu sifat terpuji rosullah yang harus kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.[2]
Amanah sendiri merupakan unsur yang amat vital dan sangat urgen keberadaannya dalam kelangsungan  roda perekonomian, karena bencana terbesardidalam pasar dewasa ini adalah meluasnya tindakn manipulasi, dusta, batil, khianat.
Bahkan mendzalimi orang dengan perdagangan yang dilakukan, misalnya saja berbohong dalam mempromosikan barang dagangaan, mudah bersumpah, menimbun stok barang demi keuntungan pribadi, mengadakan persekongkolan jahat untuk memperdaya konsumen,Â
Menyembunyikan kerusakan barang, dan lain sebagainya. Dan pada hakikatnya perdagangan yang demikian disibukan oleh laba kecil dari pada laba besar, terpaku pada keberuntungan yang fana dari pada keuntungan yang kekal.Â
Lawan dari kata amanah adalah khianat yang artinya perbuatan tidak setia. Dalam sebuah hadits qudsi, allah berfirman: "aku adalah pihak ketiga dari kedua belah pihak orang yang berserikat (bekerja sama), selama salah satu pihak tidak menghianati pihak lainnya. Jika salah satu berkhianat, maka aku keluar dan berlepas diri dari keduanyya". (HR. Abu Daud).
Dari hadits diatas kita tau bahwa berkhianat adalah salah satu hal yang dilarang oleh islam. Mengapa demikian.....? Â Karna berkhianat merupakan ciri-ciri orang munafik, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr binAsh r.a.Â
"empat perkara, siapa yang terdapat padanya empat perkara ini maka ia adalah munafik murni, dan yang siapa terdapat padanya salah satu darinya maka padanya ada satu ciri kemunafikan: apabila diberi amanah ia berkhianat, apabila bercerita ia berdusta, apabila ia brbuat janji ia berkhianat, dan apabila berdebat ia curang". Â Â
Adapun ciri-ciri penghianat iyalah sebagai berikut:
1. merencanakan sesuatu yang allah SWT tidak ridhai. "mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari allah karena allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridhainnya. Dan allah maha meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. An-nisa' [4]: 108)
2. bersaksi palsu dan tidak menepati nadzar (janji melakukan kebaikan ). Rasulullah saw. Bersabda."sesungguhnya sepeninggal kalian akan datang suatu kaum yang mereka berlaku khianat dan tidak dapat dipercaya. Mereka bersaksi, tetapi persaksian mereka tidak dapat dipersaksikan. Mereka bernadzar, tetapi tidakenepatinya". (HR. Bukhari)
3. terlihat tamak dalam hal sekecil apa pun, kecuali ketika hendak berkhianat, ia bisa menyembunyikan ketamakannya. Ia juga selalu merencanakan tipu daya pada keluarga dan harta orang lain, sebagaimana sabda Rasulullah saw.Â
"seorang yang berlaku khianat adalah seseorang yang tidak bersembunyi ketamakannya walau sekecil apapun, kecuali dia akan menghianatinnya.Dan seseorang yang tidaklah dia menjalani pagi dan sorenya, kecuali dia menipu daya engkau pada keluarga dan hartamu." (HR. Muslim)[3]
Sifat amanah wajib tertanam didalam diri kita masing-masing sebagai manusia, karna adanya sifat amanah lah orang lain percaya dengan semua hal yang kita ucapkan maupun yang kita lakukan.Â
Terlebih lagi seorang pemimpin jika seorang pemimpin tidak memiliki sifat amanah(dapat dpercaya) maka bagaimana mungkin ia bisa men sejahtera kan kehidupan rakyat banyak.Â
Contoh sederhananya seperti seorang guru kepada muridnya. Pada zaman sekarang ini marak sekali terjadi penyalah gunaan jabatan, seperti: seorang guru tidak disiplin masuk kelas, selalu terlambat, menganggap dirinya paling berkuasa, pilih kasih terhadap murid satu dengan yang lainnya, dan yang paling menyedihkan baru-baru ini sering terjadi kasus pelecehan seksual oleh guru terhadap muridnya.Â
Itu adalah salah satu sikap yang sangat tidak terpuji. Seorang guru yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada muridnya malah demikian, itu adalah contoh seorang guru yang tidak amanah.[4]
Maka dari itu sifat nabi muhammad saw yang satu ini patut kita teladani dan diaplikasikan dalam aktivitas kita sehari-hari. Sifat amanah pula lah yang akan menguji tingkat keikhlasan seseorang dalam menjalankan kewajibanya. Keika seseorng sudah tidak amanah yang rugi bukan hanya diri sendiri namun orang lain pun juga merasakannya.
Referensi:
[1] Ahmad Izzan dan Syahrin Tanjung, ekonomi syari'ah ayat-ayat al-quran yang berdimensi ekonomi, hal. 52-54
[2] Amiur Nuddin, darimanakah sumber hatimi, hal. 289-291
[3] Amalia Husna, amanah (terpercaya), (Inti mediana,2009), hal. 7
[4] Sitiatava Rizema Putra, prinsip mengajar berdasar sifat-sifat nabi, (Deva press, 2014), hal. 83-84
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI