Sebagian orang akan mengalami ini, introspeksi diri. Ketika banyak waktu yang tersedia untuk diam di rumah, maka seseorang yang telah peka 'rasanya' akan melakukan koreksi diri sendiri. Mengingat apa saja yang telah terjadi pada hidupnya selama ini, apa saja yang telah dia lakukan dalam hidupnya selama ini, dan apa saja yang telah dia terima dan berikan pada hidupnya.Â
Semua akan tergambar jelas. Perenungan bukan berarti meratapi dan menyesali kejadian yang telah lewat. Namun, melakukan pelepasan beban dengan memaafkan diri sendiri dan memberi kesempatan untuknya berubah menjadi baik. Semakin kita melihat ke dalam diri sendiri, semakin sedikit kita akan melakukan hal-hal yang kurang terpuji.
Contoh sederhana, jika tetangga punya BMW maka kita akan banyak bersyukur dengan kita baru bisa menggunakan transportasi umum seperti Transjakarta. Kita terbebas dari pajak kendaraan dan juga dana darurat jika sewaktu-waktu mobilnya kenapa-kenapa. Contoh lainnya, ketika sahabat kita mendapat bonus dari project di kantornya, maka dengan ikhlas kita mengucapkan selamat tanpa minta ditraktir olehnya. Bisa jadi uang bonusnya dia gunakan untuk mengirim orang tuanya yang sedang kurang sehat di kampung.
Kasus lain, ketika seorang kawan memberi undangan pernikahan sedangkan kita sudah single lebih dari 5 tahun maka kita patut bersyukur. Tandanya kita masih diberi kesempatan untuk berbenah diri. Mempersiapkan mental hingga finansial untuk hidup bersama orang lain. Bukan hanya si 'cinta' tapi juga orang tua (keluarga)nya.
Menjaga Pola Hidup
Karena mall dan pusat hiburan lainnya tutup maka kita akan mulai berpikir untuk workout di rumah, makan sayur, membuat smothies, dan mengatur waktu tidur. Mulai juga membongkar kardus, lemari, peti atau tempat penyimpanan barang lainnya dan mulai merapikannya. Saya sendiri memanfaatkan momen karantina ini untuk pindah kamar kos.Â
Mengurangi hampir setengah barang-barang yang selama ini saya simpan entah gunanya untuk apa, merupakan kebahagiaan hakiki. Saya bisa membuang 'sampah' dan sebagian saya bagikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Ternyata selama ini saya menyimpan banyak barang yang saya tidak pakai namun orang lain butuhkan. Oh so sad.
Saya pun mulai menerapkan makan sayur setiap hari. Mengonsumsi buah-buahan. Minum air jahe setiap hari dan olahraga teratur. Hal ini yang selama ini sulit saya lakukan secara teratur. Saya pun menjaga porsi nasi dan cemilan yang saya konsumsi. Mungkin selama ini, ketika bekerja di luar, sedikit-sedikit saya akan membeli minuman kekinian dan makan cemilan yang tak terkontrol.
Kita juga jadi rajin bersih-bersih rumah, cuci tangan bahkan sekarang saya jadi rajin mengepel dan membersihkan jendela kamar.
Memupuk Kembali Rasa Kemanusiaan
Tanpa dipaksakan, banyak orang tergerak hatinya untuk kembali bergotong royong membantu yang terdampak Covid-19 secara ekonomi. Sudah tidak pandang siapa dia, kaya miskin, semua bergerak saling membantu. Terutama bagi mereka para frontliners kita (terima kasih dokter, suster, tenaga medis lainnya, dan petugas kebersihan fasilitas kesehatan).Â