Banten Lama, sebuah kota yang terletak pada Provinsi paling barat Pulau Jawa ini menyimpan banyak cerita. Sejarah mencetak bahwa Banten Lama pernah berada pada puncak kejayaan di bawah pemerintahan Abu Fath Abdul Fatah atau Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1651-1682.
Kejayaan Banten Lama ditandai oleh kejayaan perdagangan laut hingga mengirim duta besar ke Inggris. Bahkan pada saat itu Banten mampu membangun kotanya bergaya Eropa dan mempekerjakan orang Eropa. Maka bisa dilihat bentuk bangunan-bangunannya kental sekali dengan gaya khas Eropa.
Banten Lama merupakan ibukota Kesultanan Banten yang dibentuk tahun 1526 atas dasar perluasan kekuasan dari Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak ke pesisir barat pulau Jawa. Sunan Gunung Jati bersama Maulana Hasanudin (puteranya) membangun kerajaan ini dan menjadikannya kuat.
Bukan kali pertama saya mengunjungi Banten Lama. Sebelumnya, saya pernah napak tilas kejayaan Banten Lama bersama belasan orang Belanda yang sengaja pergi ke Pulau Jawa untuk mengetahui cerita nenek moyangnya dimana Belanda menjajah Indonesia hingga 3,5 abad.
Pada waktu itu saya bertanya-tanya mengapa kawasan Banten Lama berada diurutan pertama kunjungan mereka, ternyata pasukan Belanda mendarat pertama kali melalui perairan Banten tahun 1596 dibawah kepemimpinan Cornelis de Houtman.
Setelah perjalanan itu saya berniat ingin kembali lagi ke kawasan Banten Lama untuk mengenang masa-masa kejayaan Banten Lama dan mempelajari lebih lengkap cerita sejarahnya. Beruntung, 12-14 Oktober 2018 saya menjadi bagian dari Pesona Cagar Budaya Indonesia di kawasan Banten Lama yang diselenggarakan oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Berwisata sejarah dan budaya sangat menarik bagi saya karena selalu menyimpan cerita menarik hingga pelajaran hidup yang bisa diambil. Seperti Banten Lama, hingga saat ini masih menyimpan sejuta misteri, namun keempat tempat yang kami kunjungi mampu menjadi potret kuat kejayaan Banten masa lalu.
Keraton Surosowan
Maulana Hasanudin membangun Keraton Surosowan sebagai tanda kekuatan Banten pada tahun 1522-1526. Selain itu, dibangun pula alun-alun kota, pasar dan masjid agung.
Keraton Surosowan memiliki pengairan yang baik. Pada area keraton terdapat kolam pemandian puteri Raja yang bernama Bale Kambang Rara Denok. Ada pula beberapa pancuran yang disebut pancuran Mas. Keraton Surosowan runtuh akibat perang saudara sejak masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Belanda berhasil membujuk Sultan Haji yang tak lain putera dari Sultan Ageng Tirtayasa untuk merebut kekuasaan.
Belanda membumihanguskan Keraton Surosowan tahun 1808 karena Sultan Banten menolak perintah dari Daendeles untuk memindahkan ibukota ke Anyer. Kesultanan Banten resmi dihapuskan oleh Belanda pada tahun 1813.
Keraton KaibonÂ
Kaibon berasal dari kata Keibuan dibangun untuk Ibu Sultan Syafiudin yaitu Ratu Aisyah. Keraton Kaibon memiliki gaya arsitektur berbeda dari biasanya yaitu dibuat selayaknya rumah tempat tinggal untuk Ratu. Kaibon memiliki ciri khas keislaman ditandai dengan masjid keraton yang dibangun begitu megah pada waktu itu yang berada di area depan keraton.
Sama halnya dengan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon dibumihanguskan Belanda tapi tidak sepenuhnya rata dengan tanah. Masih banyak ruang yang bisa membuktikan kejayaan Kesultanan Banten pada masanya.
Benteng SpeelwijkÂ
Didirikan tahun 1682 yang dirancang oleh Hendrik Lucazs Cardeel dengan mengambil nama dari Cornelis Jansz Speelman sebagai Jenderal pertama di Banten ini menunjukkan Belanda mulai membangun kekuatan di kawasan Banten Lama. Sultan Haji yang sudah terpengaruh oleh Belanda dengan senang hati Belanda membangun benteng ini.
Seperti halnya benteng pertahanan pada umumnya, Speelwijk memiliki gardu pandang yang menghadap ke lepas pantai, ruang bawah tanah untuk menyimpan barang-barang dan amunisi hingga penjara sementara sebelum diadili di Batavia. Terdapat juga castile untuk mereka beribadah.
 Benteng Speelwijk juga terdapat makam orang-orang Belanda (kerkhoff) termasuk Komandan Hugo Pieter Faure (1718-1763) panglima perang yang memiliki prasasti makam terbesar di sini.
Vihara tertua di Banten ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati sebagai hadiah untuk Puteri Ong Tien yang dinikahinya. Awalnya Vihara Avalokitesvara berdiri di Desa Dermayon dekat dengan Masjid Agung Banten namun dipindahkan ke kawasan Pamarican hingga saat ini.
Apabila Anda berkunjung ke Benteng Speelwijk, Anda cukup berjalan kaki menyebarangi jembatan untuk menuju ke Vihara Avalokitesvara.
Pada tahun 1883, Vihara Avalokitesvara menjadi tempat berlindung masyarakat Banten dari bencana gunung Krakatau yang dahsyat. Di area samping kanan vihara terdapat cerita perjalanan berdirinya Vihara Avalokitesvara.
 Selain 4 tempat di atas, ada juga Pelabuhan Karangatu yang merupakan pelabuhan besar pada masanya. Banyak pedagang singgah dan melakukan kegiatan perdagangan di pelabuhan ini. Ada juga Pelabuhan Pabean yang menjadi pelabuhan bersandar para pelaut luar negeri untuk selanjutnya melakukan pelayaran nusantara. Benda-benda yang tersisa pada pelabuhan ini disimpan rapi di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.
Banten Lama Pesona Cagar Budaya Indonesia Yang Wajib Dilestarikan
Letak yang tidak jauh dari Jakarta seharusnya bisa menjadi salah satu alternatif traveling yang bisa dilakukan ketika akhir pekan. Banten Lama begitu mempesona dengan wisata sejarah dan budayanya. Selain kawasan Banten Lama, Provinsi Banten memiliki Kota Serang, Desa Adat Baduy, Pantai Anyer, Taman Nasional Ujung Kulon dan sebagainya.
Bangunan-bangunan yang termasuk cagar budaya adalah bukti sejarah masa lampau. Melalui bangunan-bangunan inilah menunjukkan bahwa kita ini adalah bangsa yang besar dan kuat. Sudah seharusnya kita jaga bersama.
Provinsi Banten menjadi menarik untuk dikunjungi karena di sini lahir berbagai macam etnis yang menghadirkan keindahan harmonisasi kehidupan. Berkunjung ke Banten Lama saya jamin akan menjadi liburan menyenangkan dengan suasana berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H