Mohon tunggu...
Andini Diniyah
Andini Diniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

sedang berkuliah di UIN KHAS JEMBER

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Kognitivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran

31 Maret 2024   20:15 Diperbarui: 31 Maret 2024   20:18 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun definisi representasi simbolik yang kedua mengacu pada kemampuan siswa untuk berpikir secara intutif. Pandangan ini sesuai dengan apa yang dikatakan Dewey tentang sugesti dan pengujian, pembentukan gagasan dari hasil refleksi. Tahapan ini sering dipahami sebagai tahap dimana siswa mampu mewujudkan benda-benda ke dalam bentuk visual. Hal inilah yang menjadi inti dari simbol ini, yang betumpu pada kemampuan siswa dalam menyampaikan makna yang bermakna. Oleh karena itu, Bruner menyebut tahap simbolik ini sebagai hubungan timbal balik atau timbal balik, menekankan pada aspek intutif dalam menjaga struktur pemikiran dan mencapai pemikiran percara diri. Tahap representasi simbolik mengacu pada proses dimana siswa berada pada tahap internalisasi pengetahuan untuk dapat mengabstraksikannya ke dalam bentuk konkrit. Seperti halnya dalam psikologi, tahap simbolik adalah tahap dimana subjek atau siswa meamsuki tahap intenalisasi struktur sosial yang  dipahami sebagai kebenaran kebijaksanaan konvensional. Pada tahap ini pula pemahaman dan pengetahuan yang absurd pada tahap sebelumnya dihilangkan dengan cara menyimbolkan pengetahuan menjadi fakta konkrit.

Lebih lanjut, perkembangan kognitivisme Bruner menggambarkan dua tipe dasar proses perolehan pengetahuan kognitif manusia. Kedua tipe ini dijelaskan dalam bukunya The Relevance of Education (1973) dalam pengertian dua kategori utama dalam membentuk imajinasi siswa. Yang pertama berdasarkan identitas dan yang kedua berkaitan dengan kesetaraan. Yang pertama adalah menangkap kesamaan paradigma yang digunakan atau diklasifikasikannya berdasarkan keragaman rangsangan yang dimodelkan. Klasifikasi kedua didasarkan pada model mental. Selain itu, tipe kedua ini memiliki beberapa elemen dasar yang membentuk jaringan. Pertama, komponen emosional (perilaku). Kedua, fungsional (memasukkan atau melakukan perhitungan dari tugas belajar siswa). Dan ketiga, formalitas (struktur proses pembelajaran).

Dalam bukunya Towards a Theory of Teaching, Brunner menjelaskan bagaimana mewujudkan arah masa depan pendidikan agar dapat memaksimalkan hasil yang dicapai. Diakuinya, dalam proses pembelajaran dalam hal ini siswa mengutamakan pencarian ilmu sejak dini agar dapat mengamalkan ilmu yang diperoleh.

Dalam bukunya Brunner memaparkan secara singkat penyusunan paradigma pembelajaran dengan selalu memerhatikan beberapa faktor :

Pertama, pendidikan bisa dialami. Dalam pandangan Brunner, pendidikan yang direorganisasi bukan system formal untuk menyebarkan pengetahuan kepada masa dalam pengertian yang dipahami. Pendidikan adalah serangkaian pengalaman manajemen yang membangun berdasarkan apa yang telah Anda lakukan dan pelajari. Bagi Brunner, inti dari proses pembelajaran adalah ketaatan yang konsisten terhadap prinsip "dukungan dan dialog".

Kedua, prinsip ini menjadi pola dasar ikatan yang ada dalam lembaga kebudayaan mahasiswa. Kedua, pengetahuan adalah sebuah proses bukan produk. Tujuan pendidikan: selain untuk mentransfer kemampuan akademik, pendidikan juga memegang peranan penting dalam pengembangan karakter siswa. Pembangunan karakter ini akan mencerminkan bagaimana struktur ideologi yang diciptakan oleh lembaga pendidikan dapat menjadi harapan suatu bangsa sekaligus membentuk peradaban manusia. Pandangan ini sedikit berbeda dengan paham pragmatisme yang menganggap tujuan pendidikan bersifat praktis atau efektif. Dengan mengedepankan struktur simbolik dan norma-norma sosial, pandangan ini mengusulkan bahwa serangkaian proses merupakan suatu mata pelajaran tertentu.

Ketiga, pembelajaran adalah pahala tersendiri. Panaroma pendidikan masa kini: seringkali orang tua memberikan apresiasi lebih ketika anaknya mencapai  prestasi akademik. Struktur yang dipilih oleh orang tua ini kemungkinan besar didasarkan pada fakta bahwa keberhasilan pendidikan tertinggi diukur berdasarkan nilai saat ini. Oleh karena itu, Brunner berpendapat bahwa penilaian terhadap proses pembelajaran berada pada aspek pembentukan energi alam yaitu, rasa ingin tahu yang tinggi, keinginan untuk bekerja dengan baik (keinginan untuk berkompeten) dan komitmen yang tinggi terhadap pengembangan karakter. Saya percaya memberikan pemahaman kepada anda.

Keempat, objek adalah gagasan. Metode dan pola pikir itulah yang perlu diperkuat seiring kemajuan kita dalam proses pembelajran. Untuk memahami apa yang Anda pelajari. Anda perlu memahami bagaimana mempersiapkan dan menerapkan paradigma pembelajaran yang efektif untuk semua siswa. Profesor Brunner menekankan bahwa proses berpikir ini dimulai sejak usia dini, memungkinkan siswa untuk memahami, mengembangkan, dan mengolah materi yang diterimanya melalui pemikiran progresif dan transnformatif.

Kelima, mengajarkan penemuan salah satu landasan pembentukan pembelajaran kognitif adalah mengutamakan peran guru dalam menyampaikan isi pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengaktifkan aspek kognitif siswa dengan memberikan insentif yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Di sini guru mempunyai peran penting dalam mengembangkan keterampilan kognitif dan membantu siswa memaksimalkan pemikirannya.

Keenam, tanggung jawab ilmu pengetahuan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, tujuan utama pendidikan adalah pembentukan dan internalisasi nilai-nilai moral dan karakter yang relevan bagi kehidupan sosial masyarakat. Artinya, tugas-tugas yang dilakukan siswa bukan sekedar hasil prediksi lembaga pendidikan, dan siswa juga mempunyai tanggung jawab sosial. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial ini juga dialihkan pada kehidupan siswa di luar lembaga pendidikan, dan siswa juga bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan apa yang telah diperolehnya dari proses pembelajaran.

Menurut Brunner, pembelajaran bermakna hanya dapat terjadi melalui pembelajaran penemuan yang terjadi selama proses pembelajaran. Guru harus menciptakan situasi pembelajaran yang bermasalah, mendorong siswa untuk bertanya, mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari pembelajaran penemuan melibatkan guru yang menyajikan contoh dan siswa mengerjakan contoh dan siswa mengerjakan contoh tersebut sampai mereka dapat menemukan dan bereksperimen sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun