Moms pernah gak sih adu argumen dengan orang tua, tetangga, atau mertua tentang mana yang boleh dan gak boleh buat anak? Terkadang kita sudah mengupayakan yang terbaik untuk anak, tetapi malah dipatahkan dengan perkataan 'udahlah gak apa-apa sedikit aja' atau 'gak boleh begitu!'.Â
Moms milenial pasti tahu banget keadaan rumah yang seperti ini. Pilihannya antara anak sangat dibebaskan atau anak sangat dikekang. Di satu sisi, moms percaya hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan kepada anak. Di sisi lain, orang tua, tetangga, bahkan mertua percaya bahwa hal tersebut merupakan cara terbaik untuk membuat anak merasa bahagia. Kalau begini, siapa yang benar dan siapa yang salah, sih?
Perbedaan pola asuh orang tua milenial dengan orang tua non milenial (generasi X)
Teknologi memberikan dampak pada pergeseran nilai-nilai individu dan keluarga tentang prinsip-prinsip hidup serta nilai-nilai keluarga, termasuk pergeseran peran gender antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal), meskipun secara biologis mempunyai perbedaan (Puspitawati, 2012).Â
Orang tua milenial kebanyakan melakukan pembagian peran dalam pengasuhan dan pendidikan anak secara merata.Â
Tak hanya ibu, tetapi ayah juga berkontribusi secara langsung dalam proses tumbuh kembang anak, seperti menemani anak belajar dan bermain, mengurus aktivitas anak (makan, mandi, tidur, dan urusan toilet), serta memperhatikan kesehatan anak.Â
Hal ini cukup berbeda dengan orang tua generasi X (nonmilenial) yang seringkali menumpukkan beban pengasuhan anak hanya kepada ibu. Sementara itu, ayah hanya fokus bekerja untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Pola pengasuhan anak terdiri dari tiga dimensi, yaitu kehangatan, kontrol perilaku, dan dukungan otonomi. Menurut Baumrind dalam Prinze et al. (2009), warm atau kehangatan mengacu pada jauhnya penumbuhan individualitas oleh orang tua, pengaturan diri, dukungan, dan menyetujui permintaan khusus dari anaknya.Â
Selain itu, behavioral control atau kontrol perilaku merujuk pada tuntutan orang tua atas kedewasaan anak, pengawasan, serta kedisiplinan. Selanjutnya, autonomy support atau dukungan otonomi mencakup dukungan dari orang tua agar anak aktif mengeksplorasi. Tiga pola asuh ini banyak dilakukan oleh para orang tua milenial.
Satu hal yang menarik lainnya ialah pola pendekatan. Di era digital ini, kolaborasi dengan anak menjadi tren bagi orang tua milenial. Ketika anak melakukan kesalahan, orang tua milenial tidak semata-mata memarahi anak, tetapi mereka memberikan penjelasan terkait kesalahan yang telah dilakukan anak.Â
Orang tua milenial juga sudah mulai menghapus sistem hierarkis dan menganggap anak sebagai teman berlandaskan pemikiran "Orang tua tidak selalu benar dan anak tidak selalu salah". Dengan pendekatan ini, anak lebih terbuka dan berani untuk menyampaikan argumen, keinginan, komplain, serta pemikirannya.
Berbeda dengan orang tua milenial, pendekatan dengan dasar nilai kedisiplinan dan kepatuhan menjadi hal yang sangat penting bagi orang tua generasi X . Maka dari itu, tak jarang mereka mendidik anak dengan cara yang keras. Dulu, orang tua nonmilenial cukup sering untuk menghukum anak-anaknya dengan hukuman fisik apabila anak tidak mematuhi perintah atau melanggar peraturan/kesepakatan.
Peraturan memang menjadi aspek krusial dalam pengasuhan anak. Namun, saat ini orang tua milenial tidak mudah melarang. Ada kalanya mereka memperbolehkan anaknya melakukan sesuatu dan mengambil keputusan secara mandiri. Akan tetapi, hal tersebut diiringi syarat.Â
Misalnya, anak ingin bermain tanah dan kotor-kotoran. Orang tua milenial memperbolehkannya dengan syarat cuci tangan dan membersihkan badan setelah bermain. Contoh lainnya, anak diberi kebebasan memilih, biasanya mengenai jurusan di perguruan tinggi.Â
Orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya dengan syarat Ia harus mampu bertanggung jawab akan pilihannya. Namun, orang tua milenial biasanya tetap mendampingi anaknya jika suatu saat mereka menghadapi masalah atau memiliki kesulitan sebagai risiko atas pilihan yang telah mereka buat.
Perubahan pola asuh orang tua milenial dan nonmilenial semakin terlihat dalam pengetahuan  pengembangan informasi  Dalam hal pendidikan, generasi milenial memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.Â
Pada buku profil generasi milenial yang ditulis oleh Badan Pusat Statistik (2018), generasi milenial adalah generasi yang mencapai target pemerintah, yakni mengenyam bangku sekolah rata-rata selama 10 tahun atau setara dengan kelas satu SMA dan angka melek huruf hampir 100 persen. Oleh karena itu, orang tua generasi milenial lebih terbuka terhadap sumber informasi dan teknologi.Â
Saat ini, akses pengetahuan dan informasi juga sangat mudah didapatkan.Â
Orang tua milenial dapat mempelajari berbagai hal terkait pengasuhan dari berbagai sumber dan tidak mudah menerima informasi berdasarkan "katanya". Seperti yang banyak diketahui, cara dan gaya pengasuhan seringkali diturunkan turun temurun dari generasi selanjutnya.Â
Orang tua akan belajar mengurus anak dari orang tuanya dulu. Akan tetapi, seiring perubahan zaman, orang tua perlu menyesuaikan pola pengasuhan dengan kebutuhan anak sehingga mereka tidak mengasuh anak hanya berdasarkan mitos dan kebiasaan orang tua dulu.
Semua perbedaan pengasuhan yang dilakukan oleh generasi milenial tak luput dari lima dimensi kepribadian menurut Prinze et al. (2009), yaitu dimensi kepribadian extraversion, openness to experience, agreeableness, emotional stability, dan conscientiousness.Â
Beberapa kriteria dari dimensi kepribadian tersebut yakni, mengutamakan perasaan anak, sikap mudah percaya dan mau bekerja sama, memiliki obsesi yang besar, intelek, dan kestabilan emosi.
Nah, pola pengasuhan yang orang tua milenial maupun nonmilenial lakukan cukup berbeda ya, moms. Ada banyak faktor yang memengaruhi, termasuk perkembangan teknologi. Walaupun pola pengasuhan milenial tampak lebih baik, orang tua tetap perlu mempelajari pola pengasuhan nonmilenial layaknya kedisiplinan dan ketegasan.Â
Apa pun pola asuh yang orang tua terapkan, orang tua harus membangun ikatan yang kuat dan konsisten terhadap anak. Poinnya, anak perlu didengarkan, diperhatikan, serta diberikan kasih sayang.Â
Apalagi, anak membutuhkan support system yang solid karena mereka akan tumbuh dewasa. Harapannya, seluruh kebutuhan fisik, psikis, dan sosial anak dapat terpenuhi dari orang tua selaku lingkup paling dekat. Semoga, moms bisa menerapkan pola pengasuhan paling baik kepada anak, ya!
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Retrieved from: https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/9acde-buku-profil-generasi-milenia.pdf
Haq TZ. 2020. Pola asuh orang tua dalam perilaku sosial generasi millenial ditinjau dari neurosains. J Agama, Sos dan Budaya. [diakses 2022 Mar 1]; 3(1):88--108. doi:10.31538/almada.v3i1.609. Retrieved from: https://e-journal.ikhac.ac.id/index.php/almada/article/view/609
Prinzie P, Stams, GJJ, Dekovi M, Reijntjes AH, Belsky J. 2009. "The relations between parents" Big Five personality factors and parenting: A meta-analytic review. Journal of personality and social psychology. [diakses 2022 Mar 6]; 97(2): 351. doi: 10.1037/a0015823
Puspitawati H. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press. Bogor.
Penulis:
Aliza Syahla Kamila_I2401201048
Alya Fauzia_I2401201032
Amira Zahra Novitasari_I2401201097
Amiratul Fathin_I2401201083
Andini Azhari_I2401201059
Dr. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si
Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA
Dr. Ir. Istiqlaliyah, M.Si
Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc
Dr. Ir. Irni Rahmayani Johan, SP, MM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H