Berbeda dengan orang tua milenial, pendekatan dengan dasar nilai kedisiplinan dan kepatuhan menjadi hal yang sangat penting bagi orang tua generasi X . Maka dari itu, tak jarang mereka mendidik anak dengan cara yang keras. Dulu, orang tua nonmilenial cukup sering untuk menghukum anak-anaknya dengan hukuman fisik apabila anak tidak mematuhi perintah atau melanggar peraturan/kesepakatan.
Peraturan memang menjadi aspek krusial dalam pengasuhan anak. Namun, saat ini orang tua milenial tidak mudah melarang. Ada kalanya mereka memperbolehkan anaknya melakukan sesuatu dan mengambil keputusan secara mandiri. Akan tetapi, hal tersebut diiringi syarat.Â
Misalnya, anak ingin bermain tanah dan kotor-kotoran. Orang tua milenial memperbolehkannya dengan syarat cuci tangan dan membersihkan badan setelah bermain. Contoh lainnya, anak diberi kebebasan memilih, biasanya mengenai jurusan di perguruan tinggi.Â
Orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya dengan syarat Ia harus mampu bertanggung jawab akan pilihannya. Namun, orang tua milenial biasanya tetap mendampingi anaknya jika suatu saat mereka menghadapi masalah atau memiliki kesulitan sebagai risiko atas pilihan yang telah mereka buat.
Perubahan pola asuh orang tua milenial dan nonmilenial semakin terlihat dalam pengetahuan  pengembangan informasi  Dalam hal pendidikan, generasi milenial memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya.Â
Pada buku profil generasi milenial yang ditulis oleh Badan Pusat Statistik (2018), generasi milenial adalah generasi yang mencapai target pemerintah, yakni mengenyam bangku sekolah rata-rata selama 10 tahun atau setara dengan kelas satu SMA dan angka melek huruf hampir 100 persen. Oleh karena itu, orang tua generasi milenial lebih terbuka terhadap sumber informasi dan teknologi.Â
Saat ini, akses pengetahuan dan informasi juga sangat mudah didapatkan.Â
Orang tua milenial dapat mempelajari berbagai hal terkait pengasuhan dari berbagai sumber dan tidak mudah menerima informasi berdasarkan "katanya". Seperti yang banyak diketahui, cara dan gaya pengasuhan seringkali diturunkan turun temurun dari generasi selanjutnya.Â
Orang tua akan belajar mengurus anak dari orang tuanya dulu. Akan tetapi, seiring perubahan zaman, orang tua perlu menyesuaikan pola pengasuhan dengan kebutuhan anak sehingga mereka tidak mengasuh anak hanya berdasarkan mitos dan kebiasaan orang tua dulu.
Semua perbedaan pengasuhan yang dilakukan oleh generasi milenial tak luput dari lima dimensi kepribadian menurut Prinze et al. (2009), yaitu dimensi kepribadian extraversion, openness to experience, agreeableness, emotional stability, dan conscientiousness.Â
Beberapa kriteria dari dimensi kepribadian tersebut yakni, mengutamakan perasaan anak, sikap mudah percaya dan mau bekerja sama, memiliki obsesi yang besar, intelek, dan kestabilan emosi.