Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hi-Tech vs Hi-Touch

17 Mei 2023   04:01 Diperbarui: 17 Mei 2023   04:21 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  Sebulan yang lalu beredar sebuah video yang memperlihatkan seorang wanita di China mengamuk dan menghancurkan robot AI (Artificial Intelligence) di sebuah rumah sakit di China. Menurut berita,  wanita itu mengamuk gara-gara tidak terima tenaga kesehatan digantikan oleh robot, sehingga membuatnya marah besar.

Dikutip dari akun Instagram @drmuslimkasim, di rumah sakit tersebut semua janji untuk pemeriksaan medis dilakukan melalui robot, akibatnya sangat minim jumlah tenaga kesehatan yang membantu pasien secara langsung.

 Artificial Intelligence atau yang biasa dikenal dengan AI merupakan suatu inovasi di dunia teknologi yang bertujuan membantu segala aktivitas manusia di bumi ini . Perkembangan AI pada era 5.0 ini sangatlah pesat dan cepat. Beberapa negara bahkan berinvestasi besar untuk teknologi AI, dengan negara investasi terbesar adalah China senilai 17 milyar USD.

Salah satu contoh lain penerapan AI di China ialah penggunaan headband atau sensor kepala dan penggunaan kamera pengawas pada siswa di sekolah. Headband tersebut berguna untuk memantau fokus dari siswa dengan indikator warna sebagai acuan. Merah berarti fokus, biru berarti ada gangguan. Kamera pengawas untuk mengawasi gerak-gerik murid mulai dari menyimak guru dan menjawab pertanyaan. Hasil rekaman headband dan kamera pengawas siswa langsung dikirim kepada orang tua.

AI atau kecerdasan buatan merupakan suatu sistem komputer dengan kemampuan berpikir layaknya manusia untuk melakukan berbagai pekerjaan. Hadirnya teknologi ini, membuat muncul banyak spekulasi bahwa kedepannya, semua pekerjaan manusia akan digantikan oleh robot AI seperti contohnya robot rumah sakit dan sensor canggih sekolah di China. Apakah benar demikian?

Sekitar dua minggu yang lalu, sayup-sayup saya mendengar rekan guru wali kelas saya sedang menasehati salah seorang murid kami yang bersikap kurang sopan terhadap salah satu guru mata pelajarannya.

Saya tertegun, saya tidak seperti mendengarkan percakapan antara guru dan murid yang kaku. Mereka lebih tepatnya seperti ayah dan anak.

Ayah yang menegur anaknya saat melakukan kesalahan dan ingin anaknya terarah masuk ke kembali ke rel yang benar.  

Murid kami kemudian menangis, menyesal, dan meminta maaf kepada guru yang bersangkutan.

Hubungan hangat pun kembali terjalin antara rekan wali kelas dan murid kami setelah permasalahan diselesaikan.

Lain hari, ada salah satu murid kami yang sedang sakit. Anak ini tinggal jauh dari orang tuanya. Kedua orang tuanya tinggal di luar kota, sementara dia kost di kota kami sendirian. 

Saya masih ingat, betapa rekan wali kelas saya ikut kebingungan berusaha mencari tahu sakit apa yang anak ini derita dan mencari informasi obat yang bisa diberikan sebagai pertolongan pertama. Tidak berhenti di situ, rekan saya juga aktif mencari informasi alternatif dokter mana yang bisa menjadi rujukan untuk mengantar murid kami selain dia juga tetap menghubungi orang tuanya. Wow. Pikir saya. 

Lebih dari sekedar guru, itu adalah naluri orang tua untuk menolong anaknya.    

Rekan-rekan guru saya di kelas kecil juga tidak pernah berhenti membuat saya berdecak kagum. Membimbing anak-anak peralihan dari masa bermain di usia TK ke masa belajar di SD sama sekali bukan hal yang mudah.Anak-anak yang kadang rewel menangis, mood belajar naik turun, bahkan toilet training yang masih perlu dituntaskan.

Dengan sabar dan telaten, seperti layaknya ibu dan ayah. Mereka sabar menenangkan anak yang menangis, menyikapi mood naik turun belajar anak dengan terus berinovasi menciptakan suasana kelas menyenangkan, dan bahkan tidak segan turun tangan langsung membantu saat ada anak-anak yang membutuhkan bantuan toilet training.

 Perkembangan robot AI yang begitu pesat dan maju membuat saya berpikir apakah nantinya profesi guru akan digantikan robot di masa depan.

 Filosofis pendidikan dari Ki Hajar Dewantara adalah bahwa guru itu "menuntun" dan "menghamba pada anak". 

Menuntun anak didiknya selalu di jalur yang benar dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman.

Menghamba bukan tunduk pada anak. Namun menghamba karena anak didik sebagai pusatnya. Melayani dengan hati dan memahami bahwa tiap anak itu punya keunikan kecerdasan masing-masing yang tidak bisa menjadi bahan perbandingan satu sama lain. Kewajiban guru lah untuk ikut menggali keunikan itu dan menyesuaikan cara ajar, metode penilaian sesuai kebutuhan per individu.

 Dua hal tersebut di atas yang saya yakin sebuah robot AI secanggih apapun tidak bisa lakukan.

  Robot AI mungkin bisa melakukan salah satu tugas guru untuk transferring knowledge dengan sangat cepat, tepat, dan akurat.

  Namun, peran guru untuk menuntun dan "menghamba pada anak" dengan hati, rasa, simpati, dan empati tak bisa tergantikan  oleh robot.

 Guru yang tak hanya sekedar transfer ilmu, tapi juga sebagai orang tua yang bertanggung menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Robot memang Hi-Tech tapi tidak bisa menggantikan Hi-Touch yang sangat dibutuhkan untuk kehangatan hati dan empati guru sebagai orang tua dan rumah yang nyaman bagi anak didiknya.

Salam hangat saya untuk seluruh rekan guru di Indonesia! Tetap semangat mencerdaskan anak bangsa, ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun