Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hi-Tech vs Hi-Touch

17 Mei 2023   04:01 Diperbarui: 17 Mei 2023   04:21 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya masih ingat, betapa rekan wali kelas saya ikut kebingungan berusaha mencari tahu sakit apa yang anak ini derita dan mencari informasi obat yang bisa diberikan sebagai pertolongan pertama. Tidak berhenti di situ, rekan saya juga aktif mencari informasi alternatif dokter mana yang bisa menjadi rujukan untuk mengantar murid kami selain dia juga tetap menghubungi orang tuanya. Wow. Pikir saya. 

Lebih dari sekedar guru, itu adalah naluri orang tua untuk menolong anaknya.    

Rekan-rekan guru saya di kelas kecil juga tidak pernah berhenti membuat saya berdecak kagum. Membimbing anak-anak peralihan dari masa bermain di usia TK ke masa belajar di SD sama sekali bukan hal yang mudah.Anak-anak yang kadang rewel menangis, mood belajar naik turun, bahkan toilet training yang masih perlu dituntaskan.

Dengan sabar dan telaten, seperti layaknya ibu dan ayah. Mereka sabar menenangkan anak yang menangis, menyikapi mood naik turun belajar anak dengan terus berinovasi menciptakan suasana kelas menyenangkan, dan bahkan tidak segan turun tangan langsung membantu saat ada anak-anak yang membutuhkan bantuan toilet training.

 Perkembangan robot AI yang begitu pesat dan maju membuat saya berpikir apakah nantinya profesi guru akan digantikan robot di masa depan.

 Filosofis pendidikan dari Ki Hajar Dewantara adalah bahwa guru itu "menuntun" dan "menghamba pada anak". 

Menuntun anak didiknya selalu di jalur yang benar dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman.

Menghamba bukan tunduk pada anak. Namun menghamba karena anak didik sebagai pusatnya. Melayani dengan hati dan memahami bahwa tiap anak itu punya keunikan kecerdasan masing-masing yang tidak bisa menjadi bahan perbandingan satu sama lain. Kewajiban guru lah untuk ikut menggali keunikan itu dan menyesuaikan cara ajar, metode penilaian sesuai kebutuhan per individu.

 Dua hal tersebut di atas yang saya yakin sebuah robot AI secanggih apapun tidak bisa lakukan.

  Robot AI mungkin bisa melakukan salah satu tugas guru untuk transferring knowledge dengan sangat cepat, tepat, dan akurat.

  Namun, peran guru untuk menuntun dan "menghamba pada anak" dengan hati, rasa, simpati, dan empati tak bisa tergantikan  oleh robot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun