Ciri terakhir dan biasanya sering terlewat adalah pentigraf tidak memiliki dialog. Dialog yang dimaksud di sini merupakan dialog yang membutuhkan percakapan dua arah sehingga perlu adanya paragraf khusus dalam penyelesaiannya. Namun, yang perlu ditekankan adalah penempatan sudut pandang cerita yang tepat. Dalam pentigraf, hanya menggunakan satu sudut pandang saja. Hal ini juga berlaku untuk penulisan kutipan atau dialog dalam pentigraf. Supaya tidak kebingungan, mari kita simak bersama contoh pentigraf di bawah ini!
CONTOH PENTIGRAF
Masih Belum Berharga
Karya: Andini Rahmawati
“Di mana kamu simpan benda itu?” tanya Burhan kepada bocah kecil yang tampak ketakutan. Kakinya gemetar. Tangannya berair mengepal kuat. Badannya basah diguyur keringat dan hujan. Suara badai hujan dan petir tipis berhasil menembus rumah Burhan dan adiknya.
Diulangnya pertanyaan itu, “Di mana benda itu?”. Keadaan tetap sama. Burhan dan adiknya hanya tertegun. Saling menatap mata masing-masing. Pandangan mereka sayu. Lalu, langkah kaki Burhan memecahkan keheningan, ia mencari ke seluruh sudut rumah, tapi tak ada hasilnya.
Benda itu berharga bagi Burhan. Ia mencintai benda itu lebih dari ia mencintai dirinya sendiri. Kelak mungkin juga berharga bagi adiknya. Tapi adiknya masih tiga tahun. Masih terlalu dini untuk tahu apa itu ‘berharga’. Ia belum tahu benda berharga. Belum tahu yang ia hilangkan adalah abu ibunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H