Seiring dengan perkembangan teknologi dan dampaknya, sebuah implikasi nilai, moral, dan kemanusian terabrasi menimbulkan sebuah fenomena yang mengerikan. Fenomena bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah dasar di Indonesia, menjadikan keberlangsungan proses pendidkan di Indonesia dipertanyakan. Apakah bisa pendidikan dasar menjadi sebuah pondasi dasar untuk keberlangsungan pendidikan selanjutnya, jika kaitan watak serta kepribadian anak dalam lingkup pendidikan terpengaruh dalam hal-hal negatif. Bentuk ketimpangan yang sering terjadi di lingungan siswa SD semestinya tidak sepenuhnya di serahkan kepada sekolah, pola asuh dari lingkungan terkecil keluarga adalah hal utama untuk membentuk perilaku anak, untuk bisa bersosialisasi dalam lingkup lingkungan sosial di sekolahnya. Berdasarkan hasil riset Programme For Internasional Students Assesment (PISA, 2018) Indoensia merupakan Negara tertinggi kelima tingkat bullying dari 78 negara dengan jumlah korban 41,1% dengan bentuk perundungan seperti : dihina dan barangnya dicuri, di dorong, mengalami intimidasi, dikucilkan, dan diancam (Ramadhanti,2020). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan, dengan terus bertambahnya jumlah korban perundungan, PR besar bagi orang tua maupun guru dalam menjaga dan membimbing anaknya, supaya sedari dini untuk menanamkan pendidikan karkater dan moral sebagai bekal untuk peserta didik.
Fenomena bullying ini semakin urgent di setiap sekolah, menggerakan strategi penanganan pihak pendidik untuk mengatasi perilaku bullying dan melakukan pencegahan perilaku bullying dengan melakukan sosialisasi anti bullying yang seperti dilakukan oleh SD Negeri KGB 01 yang digerakan oleh mahasiwa dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr Hamka Fakultas, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan mengkaitkan sosialisasi ini dengan Kegiatan Rutin Pramuka, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman siswa tentang dampak negatif bullying serta cara pencegahannya. Melalui berbagai aktivitas pramuka yang berfokus pada kerja sama, empati, dan tanggung jawab siswa, serta diajarkan nilai nilai positif seperti saling menghargai, kejujuran dan persahabatan.
Dalam Sosialisasi Anti Bullying ini dengan tema “Membangun Dunia Tanpa Penindasan” dilakukan tidak hanya sosialisasi tentang bullying dua arah , terdapat pula sesi tanya jawab, pemberian reward snack partisipan sebagi bentuk komitmen anti bullying, serta memberikan pehaman kepada anak-anak tidak hanya tentang pengertian bullying, namun pemaparan bagaimana jenis-jenis bullying, bentuk-bentuk bullying, dampak dari bullying serta membagikan tips cara pencegahan bullying .
Dari pelaksanaan sosialisasi ini dikaitkan dengan kegiatan pramuka di sekolah seperti tali temali, dengan sebuah analogi bahwa dalam kegiatan mengikat simpul yang menjamin kerjasama dan solidaritas layaknya seperti tali temali yang mengikat simpul dengan kuat, Pramuka mengajarkan nilai-nilai kerjasama dan solidaritas. Dalam pencegahan bullying, kerjasama antara siswa, guru, dan orang tua sangat penting serta dihubungkan dengan kegiatan tali temali dapat mengikat hubungan yang kuat dengan teman-teman untuk mencegah bullying.
Dari sosialisasi anti bullying ini diharapkan para siswa dapat belajar untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan sekolah yang bebas dari bullying dan menjadikan kebaikan, kerjasama, dan penghormatan sebagai nilai-nilai yang mereka pegang teguh dalam melakukan hal-hal yang positif kedepannya. Dengan tujuan agar dapat terus berkembang dimana mereka dapat tumbuh dan belajar dengan penuh keyakinan serta semangat yang tinggi. Mengintegrasikan nilai-nilai pramuka dan kampanye pencegahan bullying, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan mendukung bagi semua siswa.
Daftar Pustaka
Dewi, P. Y. A. (2020). Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar. Edukasi: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(1), 39-48.
Hopeman, T. A. (2020). Dampak bullying terhadap sikap sosial anak sekolah dasar (Studi kasus di sekolah Tunas Bangsa Kodya Denpasar). PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, 4(1), 52-63.