Mohon tunggu...
Andini Yuni Dwi Ariyanti
Andini Yuni Dwi Ariyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gen Z dan MBTI: Sekadar Tren atau Lebih dari Itu?

4 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:06 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi Gen Z, yang sering kali menghadapi tekanan dari sosial dan tuntutan untuk menemukan jati diri mereka dengan MBTI dapat menjadi pemandu mereka. Denagn tes membuat mereka merasa dibantu untuk memahami mengapa mereka bisa bereaksi seperti itu terhadap sistuais tertentu atau mengapa mereka merasa terhubung terhubung lebih baik dengan orang orang tertentu saja.

Namun, satu hal penting untuk diingat bahwa MBTI hanyalah alat, bukan kebenaran yang mutlak. Intropeksi diri yang mendalam tetaplah memerlukan pemahaman dari berbagai perspektif, termasuk interaksi sosial dan pengalaman pribadi.

Hanya sebatas Tren atau Alat Intropeksi Diri

Bagi Gen Z yang cenderung mencari validasi cepat melalui platfrom online, adapun resiko bahwa MBTI semacam “Label permanen”. Banyak Gen Z mungkin terjebak dalam deskripsi tertentu dan membatasi diri untuk berkembang di luar tipe tersebut.

Jadi, dengan ini apakah MBTI bagi Gen Z lebih sekadar dari tren atau alat intropeksi diri? Jawabannya adalah tergantung individu Gen Z sendiri bagaimana mereka menggunakan MBTI. Jika MBTI hanya digunakan untuk sekadar konten hiburam atau sebagai caea cepat untuk mencari validasi di media sosial, maka itu hanya tren sesaat.

Namun, jika Gen Z melihat bahwa MBTI sebagai alat untuk mengekplorasi kepribadian mereka lebih dalam, maka MBTI ini bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat. Dengan pendekatan yang benar, MBTI dapat membantu mereka untuk memahami diri sendiri, atau bahkan merencanakan karier mereka yang lebih sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Dengan ini MBTI dapat menjadi sebagai hiburan atau lelucon saja hingga alat intropeksi diri jika dilakukan pendekatan dengan benar. Namun, satu hal yang penting adalah untuk tidak hanya terjebak dalam label yang diberikan dalam tes MBTI. Dengan pendekatan dan pemahaman yang kritis dibarengin dengan refleksi yang mendalam, MBTI dapat menjadi lebih dari sekadar tren saja. MBTI bisa membantu Gen Z untuk menemukan versi terbaik dari diri mereka did unia yang terus berubah ini.

Apakah menjadi seorang INFJ yang penuh dengan empati atau ENTP si ahli debat? Pada akhirnya yang paling utama adalah bagaimana anda menggunakan pengetahuan ini untuk tumbuh dan berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun