Mohon tunggu...
Andi Mulyan
Andi Mulyan Mohon Tunggu... Dosen - CANGADI-SOPEENG SULAWESI SLATAN, ALUMNI S1 UNHAS DAN S2 SOSIOLOGI UNM MAKASSAR

Dosen UNU NTB-PRODI SOSIOLOGI Nomor WA: 085333176177

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Limbah Laut yang Berdampak Ekonomi

28 Desember 2019   10:27 Diperbarui: 28 Desember 2019   10:47 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Adi bahwa kebanyakan konsumen lebih senang memilih gelang akar bahar (urat batu) yang memiliki hiasan berupa batu pada pangkal gelang tersebut. Batu yang dimaksud adalah tempat tumbuhnya akar bahar (urat batu) di dalam laut, dan ketika pohon akar bahar (urat batu) terhanyut oleh arus deras atau proses alam, terkadang batu yang sebagai tempat tumbuhnya pohon akar bahar (urat batu) tersebut masih tetap menempel.

Seorang Adi yang memiliki keahlian dalam mendesain gelang akar bahar (urat batu), ia pun tidak memisahkan batu tersebut dengan akar bahar, namun justru dibiarkan bulatan batu tersebut menempel pada akar tersebut, dan juga justru kelihatan unik ketika sudah menjadi gelang.

Selain gelang akar bahar (urat batu), limbah kulit penyu dari laut menjadi salah satu andalan pengrajin seni dari Pulau Kaung. Namun, para pengrajin Pulau Kaung lebih cenderung mendaur limbah kulit penyu tersebut menjadi gelang dan cincin. Hanya saja bahan untuk kulit penyu agak sulit ditemukan jika dibanding dengan akar bahar (urat atu).

Menurut Adi bahwa untuk mendapatkan kulit penyu, ia pun harus mencari atau menghubungi beberapa nelayan yang sering melaut di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).  Berbeda dengan pohon akar bahar (urat batu), Adi dapat membeli pada nelayan-nelayan yang jangkauan kerjanya hanya di sekitar pulau Sumbawa dan Lombok, ataupun terkadang ia menemukan di tepi pantai yang dibawa oleh arus gelombang.

Harga karya seni yang berbahan limbah laut di Pulau Kaung bervariasi. Namun, khusus untuk gelang akar bahar (urat batu) yang paling digemari oleh konsumen, yang mana harga tersebut tergantung dari kualitas hasil kerja dari para pengrajin.

Untuk gelang akar bahar yang sistem pendaurannya menggunakan mesin dan penghalus yang baik, seperti yang ada di artshop Almarhum Pak Tarsila, yaitu sekitar Rp. 150.000,- hingga Rp. 250.000,- dengan ukuran ujung telunjuk jari.

Untuk ukuran yang dibawahnya dapat ditemukan harga Rp. 50.000,- hingga Rp.75.000,-. Namun pada pengrajin lain dengan ukuran ujung telunjuk jari masih dapat ditemukan harga yang standar yaitu sekitar Rp.50.000,- hingga Rp.100.000,-.

Selain itu, untuk harga gelang yang berbahan limbah kulit penyu yaitu rata-rata Rp. 50.000,-. Demikian juga dengan cincin akar bahar (urat batu) dan cincin kulit penyu dapat ditemukan harga Rp.20.000,-.

Hanya saja yang menjadi suatu kendala yang dihadapi oleh para pengrajin limbah akar bahar (urat batu) dan limbah kulit penyu yaitu terkadang mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan bahan. Ketika angin lagi kencang tentu mempengaruhi aktifitas kerja nelayan dan penyelam.

Hal ini pula mempengaruhi para pengrajin seni mengalami kekurangan jumlah barang yang akan diproduksi. Sebab tempat para pengrajin untuk medapatkan bahan kerajinan seni yang berupa akar bahar (urat batu) dan kulit penyu, itu diperoleh atau dibeli pada nelayan atau penyelam.

Kecuali jika para pengrajin seni tersebut beruntung, yaitu ketika mereka mendapatkan limbah akar bahar (urat batu) dan kulit penyu di tepi pantai yang dibawa oleh arus gelombang.Itulah sebabnya bahwa harga aksesoris yang berupa gelang akar bahar (urat batu) dan kulit penyu memiliki harga yang agak mahal.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun