Persepsi Inderawi
      Pada tingkatan ini bentuk objek persepsi ada di alam materi atau hal-hal aksiden, yang mempersepsi menemukan wujud-wujud di alam material, pada posisi ini indera menangkap atribut-atribut dari alam material ini (luaran), indera tidak mampu memahami secara riil dari apa yang ditangkap karena hakikat kemateriannya yang sangat kompleks sedangkan indera hanya menangkap luarannya saja.
Persepsi Imajinasi (Khayali)
      Pada tingkatan ini imajinasi mempersepsi dari apa yang ditangkap oleh indera, namun imajinasi mampu memperluas atau mengabstraksikan objek-objek indera sekalipun objeknya terlepas dari indera, misalnya kita melihat sapi berkepala satu tapi inajinasi kita mampu memperluas itu menjadi sapi berkepala lima misalnya, atau kata lainnya imajinasi mampu memahami suatu objek tanpa perlu mensyaratkan kehadiran objek tersebut bagi indera.
Persepsi Akal
      Persepsi ini merupakan tingkatan tertinggi, dalam istilahnya dikenl dengan (Ta'aqqul), pada tingkatan ini akal menjadi tumpuan dari persepsi indera dan imajinasi untuk menemukan titik kestabilannya, jiwa manusia secara potensialitas tidak lepas dari hal-hal psikologis dalam hubungannya dengan alam, maka akal turun untuk menstabilkan jiwa kita karena akal satu-satunya jalan untuk menemukan kestabilan, artinya jiwa sebagai potensi pada aktualitasnya disebut akal, namun aktualitas jiwa tidak diperoleh tanpa adanya perbuatan, perbuatan yang dimaksud adalah realitas alam, artinya perbuatan adalah akal aktif yang mengantarkan manusia pada puncak kestabilannya (kebahagiaan), disinilah perbuatan tidak lagi berkaitan dengan kehampaan dan kegelisah. Berarti ada dua ranah jiwa dalam aktualitasnya yaitu akal aktualitas dari jiwa dan akal adalah jiwa dalam bentuk perbuatan.
Tingkatan Wujud
      Tingkatan wujud tergantung pada tingkatan persepsi manusia inderawi, imajinasi dan akal atau tingkatan persepsi yang mebentuk adanya wujud artinya tingkata persepsi adalah wujud itu sendiri baik indera, inajinasi dan akal pada semua tingkatannya memiliki realitas wujud, namun wujud disini tidak diartikan sebagai Being (menjadi), wujud tidak bisa diartikan sebagai menjadi, seperti meja menjadi kursi karena meja bukanlah wujud (eksistensi) tetapi aksiden, lebih tepatnya disebut wujud yang mengalir, atau wujud yang memiliki potensi berubah (mumkinul wujud). Adapun wujud tetap (wajibul wujud) wajib adanya dan tidak berpotensi menjadi yang lain, artinya wujud ini berada di luar pengetahuan persepsi manusia karena pengetahuan manusia memiliki potensi untuk berubah.
      Tingkatan wujud selaras dengan tingkatan persepsi artinya tingkatan wujud berkaitan dengan tingkatan eksistensinya wujud fisik, wujud imajinasi dan eksistensi akal, ketiganya maujud dan memiliki acuan masing-masing. Maka indera, imajinasi dan akal semuanya memiliki sumber dengan realitas alamnya masing-masing, manusia mampu hidup di tiga ala mini oleh karena itu ada tiga fakultas alam dalam diri manusia, siapapun yang mampu menggunakan ketiganya dengan baik itulah insan kamil, namun tumpuannya pada pengetahuan. wujud sangat terkait dengan pengetahuan karena tingkatan pengetahuan menentukan tingkatan wujud artinya sesuai dengan apa yang dicapai oleh manusia sampai pada tingkatan tertingginya yaitu akal.
      Dalam pandangan Mulla Sadra tingkatan persepsi inderawi dinilai kurang persepsi jiwa cukup dan persepsi akal sempurna, karena setiap naik tingkatan persepsinya semakin tinggi. Pada tingkatan wujud akal pengetahuan sudah tidak terikat oleh materi dan forma, akal berada di luar itu dan substantif.
Kehadiran (huduri)