Mohon tunggu...
Andi Muhammad Husein Mazhahiri
Andi Muhammad Husein Mazhahiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - tidak tampan tapi suka mandi dan suka kamu

love of my life

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa Itu Teologi Presepsi?

28 Juni 2021   03:11 Diperbarui: 30 Juni 2021   02:07 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Persepsi

Pada awalnya, pembahasan persepsi hanya berkaitan dengan hal-hal yang ilmiah saja yang bersifat luaran, permukaan sensasi fisik atau bentuk ilmiah yang masuk pada jiwa kemudian mempengaruhi aspek tertentu pada manusia seperti kondisi psikologi, pengertian ini bisa dijumpai pada pembahasan persepsi di Yunani.

            Namun dalam pandangan Mulla Sadra, persepsi diartikan sebagai Idrak yang diartikan sebagai abstraksi. Kata Idrak dalam bahasa arab berasal dari kata Adraka-yudriku yang memiliki arti capaian atau pengetahuan. pengetahuan yang dimaksud adalah pemahaman manusia yang tidak terbatas pada hal-hal material atau ilmiah saja, melainkan persepsi manusia mencakupi hal-hal yang lebih luas dari aspek materialnya yaitu pengetahuan tentang jiwa. Artinya Idrak atau abstraksi disini berkaitan dengan capaian manusia yang melampaui aspek materialnya yang memiliki nilai akut, dengan kata lain Mulla Sadra menawarkan konsep persepsi atau pengetahuan yang lebih tinggi melebihi aspek ilmiahnya yaitu filosofis (Micro Cosmic).

            Dalam pandangannya Mulla Sadra juga membagi pengertian  persepsi  dalam berbagai tingkatan masing-masing seperti perolehan, capaian, kedatangan, penangkapan, penggenggaman, pemahaman dan kecerdasan dari semua pengertian diatas semuanya pengetahuan.

            Persepsi dalam pandangan New Sadrian adalah perjumpaan dan kedatangan, artinya locus perjumpaan persepsi sebenarnya bukan perjumpaan di alam fisik, melainkan perjumpaan akal, maka seluruh pengetahuan manusia harus memiliki koneksi terhadap hal-hal Transinden (Maknawiyyat) agar sampai pada titik kesempurnaannya.

            Dalam pandangan Mulla Sadra, jiwa dipahami sebagai potensialitas atau jiwa manusia berpotensi menjadi aktual dari apa yang ditujunya sesuai dengan tingkatan pengetahuannya. Maka pengetahuan merupakan potensi untuk menuju aktualitasnya, sejauh mana pengetahuan kita itulah yang menentukan titik aktualitasnya. Jiwa manusia memiliki dua karakter yaitu filosofis dan psikologi, karakter psikologis diperoleh dari hubungan ilmiah antara indera dengan imajinasi atau Bahasa lainnya bentuk ilmiah adalah potensi dalam kaitannya dengan pengetahuan manusia untuk menuju aktualitasnya pada sisi Filosofisnya.

            Oleh karena itu pengetahuan kita harus sampai pada pengetahuan folosofis (akal) agar pengetahuan manusia sampai pada titik aktualitas tertingginya yaitu kesucian (mustafad) agar pengetahuan menjaga manusia dalam semua aspek kehidupannya, artinya akal mengantarkan manusia pada kestabilan persepsinya karena kesadaran manusia butuh pada akal untuk menemukan kestabilannya, contoh, manusia menyadari kematian bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, tetapi bagaimana manusia berjalan menuju kematiannya itulah kinerja akal.

            Maka sekalipun bentuk filosofis perlu dibawa pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu akal, akal harus diantar pada aktualitas sejatinya, pada tingkatan ini keberadaan tidak lagi berkaitan dengan potensi, keberadaan bisa kita pahami tidak butuh pada gambaran atau forma dan materi tetapi lebih dari itu bahwa keberadaan itu eksis, ada merupakan aktualitas atau acuan. Artinya objek pemahaman tertinggi adalah akal dalam persepsi tentang keberadaan. Maka ada sebagai wujud itu aktif, jika akal kita sampai pada titik aktualnya pasti akal kita menjadi aktif tak terbatas. Olehnya bentuk tidak bisa mebatasi keberadaan (wujud).  

Tingkatan Persepsi

            Pada pembahasan sebelumnya, kita ketahui bahwa kesadaran manusia belum stabil karena ketiadaan pengetahuan maka pengetahuan harus mengantarkan pada titik kestabilannya karena locus persepsi adalah kestabilan, dengan kata lain persepsi sendiri adalah kestabilan.

            Tingkatan persepsi hubungannya dengan persepsi membicarakan perjalanan jiwa sesuai tingkatan atau fakultasnya yaitu persepsi indera, imajinasi dan akal. Pikiran manusia sebagai potensi artinya pengetahuan manusia berbicara kebaruan dari apa yang ditangkapnya, selalu ada spektrum baru yang belum pernah dibahas sebelumnya. Oleh karena mencapai otentisitas pengetahuan menjadi sangat penting hingga pada puncaknya pengetahuan menyingkap segala sesuatu secara otentik. Otentisitas persepsi ada pada tingkatan akal, karena akallah yang menjadikan seluruh pengetahuan kita menjadi stabil, artinya tingkatan persepsi indera dan imaji masih bergantung pada akal untuk menemukan titik kestabilannya, agar tidak terjebak pada hal-hal psikologis seperti yang telah dipaparkan di atas. Berikut ulasan mengenai tingkatan persepsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun