Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan, yaitu: (1) Individu lawan masyarakat (individual vs community), (2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), (3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan (4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Setelah mengetahui dilema etika yang dihadapi, terdapat 3 prinsip pengambilan keputusan yang bisa dipakai, yaitu: (1) Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang (Berpikir Berbasis Hasil AKhir/End-Based Thinking). (2) Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan (Berpikir Berbasis Peraturan/Rule-Based Thinking). Dan (3) Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda (Berpikir Berbasis rasa peduli/Care-Based Thinking).
Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat dilakukan, yaitu: (1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, (2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut, (3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut, (4) melakukan pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi, dan uji panutan, (5) melakukan pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan empat paradigma), (6) melakukan prinsip resolusi (gunakan tiga prinsip), (7) menginvestigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain), (8) membuat keputusan, dan (9) melihat lagi keputusan dan refleksikan.
Seorang pemimpin pembelajaran dapat memberikan kontribusi positif asalkan tertanam cara pandang yang berlandaskan terhadap nilai-nilai kebajikan universal, segala aksinya bermuara kepada keberpihakan terhadap murid, dan mengandung tanggung jawab penuh atas segala konsekuensi hasil keputusannya.Â
Apabila nilai-nilai ini dipedomani secara sungguh-sungguh maka apapun aksi sebagai hasil pengambilan keputusan yang dicapai pastinya akan selalu berdampak positif terhadap lingkungan dan proses pembelajaran murid.
Internalisasi Nilai
Bapak pendidikan kita, KHD mengingatkan kita sebagai guru harus mengupayakan filosofi Pratap Triloka, tentu saja kita pasti hafal dengan sangat baik yaitu Ing Ngarso sung Tulodo (guru harus menjadi teladan/inspirasi), Ing Madyo Mangun Karso (garu mampu menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (guru sanggup memberi dorongan/semangat).
Filosofi inilah yang menjadi panduan guru sebagai pemimpin pelajaran dalam setiap keputusannya. Apakah hasilnya menjadi baik sehingga pantas dijadikan teladan bagi murid atau rekan sejawat, apakah hasilnya dapat memantik prakarsa baik pada momen berikutnya atau memunculkan ide kreatif lainnya, dan apakah hasilnya bisa menjadi motivasi positif baik bagi muridnya atau rekan sejawat.
Sikap mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid merupakan internalisasi nilai seorang guru yang menjadi pemimpin pembelajaran. Lima nilai tersebut merupakan titik tumpu guru dalam membuat keputusan terbaik.