Sebagai pecinta kopi yang masih amatiran, mengunjungi sebuah kedai kopi masihlah jarang. Alasannya ya karena menikmati kopi bagi saya lebih asyik sendiri. Setidaknya itu yang terbiasa saya  lakukan. Makanya saya memilih ngopisetengahgelas.com untuk menamai blog pribadi. Meski isinya gado-gado.
Nyeduh kopi di pagi hari sebagai pengganti sarapan, duduk di balkon menikmati suasana dan udara pagi yang masih seger. Tepat saat matahari baru memanaskan dirinya. Tentu sambil scrolling medsos, beranda youtube dan berita terkini. Mungkin begitu cara menikmati kopi pagi khas milenial, menurutku.
Apakah dengan begitu saya menolak ngopi bareng di luar?! Tentu tidak. Beda lah menikmati kopi sendiri dan rame-rame itu. Kontrasnya adalah menikmati kopi sendiri itu emang buat me time dan kontemplasi diri, atau temen ngejob di samping laptop.Â
Sementara ngopi ramaian ya ngopi untuk bersosialisasi, ngumpul bareng temen dan berdiskusi perihal apapun termasuk referensi kopi yang disukai.
So, ketika tempo hari dapet undangan dari Kompasiana Tangsel atau Ketapels untuk mengunjungi sebuah kedai kopi atau Cafe di bilangan Gaplek Tangsel ya ayuuk aja. Inilah saatnya ngopi bersosialisasi versi gue.Â
Lalu apa yang saya dapet? Lets go! Nikmatnya seduhan kopi khas Bali di Balico Cafe.
Sejarah Balico Cafe
Kedai kopi tersebut bernama Balico Cafe. Nama Balico secara ga langsung memang Bali Coffee dikarenakan background founder dan asal usul cafe ini emang dari Bali.Â
Maka tidak heran mulai dari desain tempatnya ada unsur Balinya. Di antaranya kain kotak-kotak hitam putih yang diikat dan membungkus di tiang. Ataupun warna hitam putih pada mejanya.
Balico Cafe ini sering juga disebut Rumah Salaka, diambil dari nama yayasan hindu di Bali.Â
Namun alasan yang paling utama karena memang Balico Cafe ini selain ownernya orang Bali yang mana  pasokan amunisi kopinya memang didatangkan langsung dari Bali. Sejarah Balico Cafe ini juga tak jauh-jauh dari ownernya yaitu Ibak, sapaan akrabnya.