Mohon tunggu...
#savegazaforhumanity
#savegazaforhumanity Mohon Tunggu... -

i trust my faith,Allah,Rasulullah and Kitabullah,a person who seek for justice,stand for freedom and humanity

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecurangan Awal Kebinasaan

6 Februari 2015   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:43 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah yang terpikir di benak kita pertama kali ketika mendengar kata 'menyontek' atau 'ngepek'? Sebagian besar pasti akan membayangkan suasana ruang ujian,dengan bangku berjajar yang masing masing diisi oleh satu orang dan kemudian salah satu orang sedang membaca kertas contekan yang sebelumnya telah melalui 'proses' yang panjang.Dimulai dari saling berbisik atau kasak kusuk,dilanjutkan dengan melihat keadaan sekitar,kemudian proses 'transfer' contekan yang dapat dilakukan dengan ribuan cara dan makna sampai proses resolusi atau penyelesaian,yaitu si pelaku mendapatkan jawaban yang diinginkan.

Kemudian setelah pengumuman yang ditampilkan dengan sebuah hasil yang tertera dengan angka atau huruf,ada kepuasan tersendiri karena dapat melewati ujian yang dianggap sulit,mungkin juga kemudian ia akan berkata "Ah padahal aku tidak belajar,nyatanya aku bisa lulus".

Adakah yang lebih parah setelah hal tersebut,mari kita tengok kisah lanjutannya,setelah menyelesaikan tes tersebut,yang lebih dikenal dengan tes Calon Pegawai Negeri,ia akhirnya bekerja di sebuah perusahaan milik negara.Ia akhirnya mendapat tempat di bagian minyak dan gas,singkat cerita dia akhirnya mengurus seluk beluk penanaman modal dan lalu lintas perdagangan yang berkaitan dengan minyak dan gas.

Dan pada suatu hari ada sebuah proyek yang mempertemukannya dengan dua konglomerat,konglomerat A dan B.Di saat seperti ini naluri 'nyontek' dia muncul kembali.Dia menyuruh dua tender besar itu untuk saling berlomba menentukan penawaran yang paling besar.Diliriknya penawaran mana yang paling besar,singkat cerita akhirnya konglomerat B yang terpilih,gelontoran uang mengalir ke kas pribadi orang tersebut,tanpa tahu apakah proyek akan merugikan negara atau tidak.

Sungguh ironis,namun itulah sesuatu yang kerap terjadi di bangsa ini,sesuatu hal yang dianggap remeh dimasa kecil namun disaat menjadi orang besar justru hal yang 'remeh' tersebut menimbulkan dampak yang sangat besar.Mafia pajak,mafia migas,mafia emas,dll adalah sedikit dari banyak contoh yang menunjukkan besarnya ketidakjujuran dan kecilnya nurani para orang orang besar.

Lalu apa hubungannya dengan menyontek? Mari kita telaah lebih mendalam

Pengertian menyontek atau menjiplak atau ngepek menurut Purwadarminta sebagai suatu kegiatan mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Cheating (menyontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang ada.

Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat dari Bower (1964) yang mendefinisikan “cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve academic success or avoid academic failure),” maksudnya “menyontek” adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Pendapat Bower ini juga senada dengan Deighton (1971) yang menyatakan “Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods.” Maksudnya, cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari pihak luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas ujian di kelas ataupun take home test.

Dalam perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional.

Dalam tingkatan yang lebih intelek, sering kita dengar plagiat karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain, menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya dalam ujian sebagai karyanya sendiri.

Ternyata praktik “menyontek” banyak macamnya, dimulai dari bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang canggih. Teknik “menyontek” tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin canggih pula bentuk ”menyontek” yang bakal menyertainya. Bervariasi dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai “menyontek” maka sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar pernah melakukan ”menyontek” meskipun mungkin wujudnya sangat sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat ditolerir.

Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai kepada yang mungkin dapat ditolerir, ”menyontek” tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran, perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan “menyontek” dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik-trik yang tidak jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik terutama yang terkait dengan evaluasi/ujian hasil belajar.

Dan dampak yang lebih besar dari seorang pencontek adalah timbulnya karakter tidak jujur dan budaya instan.Tidak perlu bekerja keras,cukup dengan mengelabui 'penjaga' maka akan tercipta usaha yang penuh dengan bumbu bumbu kecurangan dan hal tersebut jika dibiarkan maka akan menjadi karakter yang mendarah daging.Seperti dalam kisah yang telah disebutkan diatas.'Penjaga' yang dimaksud bukanlah hanya pengawas ruang ujian,melainkan aparatur negara dan rakyat.

Masihkah kita akan terjebak dalam lingkaran setan ini? Akan jadi apakah bangsa ini jika kaum kaum terpelajar mempunyai karakter tidak jujur dan membuminya budaya instan? Satu satunya cara untuk menanggulanginya adalah kembali lagi kepada diri sendiri,perbaiki segala perbuatan kita,ingatlah bahwa ada penjaga yang selalu mengawasi setiap helaan nafas kita,yakinlah bahwa Tuhan selalu menilai kita setiap detik dan setelah berusaha untuk memperbaiki diri sendiri,cobalah untuk merubah orang lain,niscaya sedikit demi sedikit ketidakjujuran akan hilang dar muka bumi dan bumi akan menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali.

Sebagai penutup,mari kita simak seuntai kalimat dari orang yang ditulis di dalam buku karya Michael H.Hart sebagai figur paling sukses sepanjang masa

"Jujurlah kalian selalu, karena sesungguhnya kejujuran itu mengantarkanmu pada kebaikan; dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkanmu menuju surga. Sedang dusta hanya akan mengantarkanmu pada keburukan dan dosa; dan sesungguhnya dosa itu mengantarkanmu menuju neraka." - HR. Bukhori & Muslim
(Nabi Muhammad SAW)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun