Ada sentimen pada diri saya sendiri bahwa ketiga kubu pada pilpres 2024 ini sama saja.Â
Anies Baswedan sebagai calon presiden pengajuannya mengenai pemilihan pasangan cawapresnya bukan hanya ditolak pilihannya, tetapi tidak ditolak untuk didiskusikan, dan kemudian ditentukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Ganjar Pranowo muncul ke permukaan mencari publik dengan membatalkan partisipasi Indonesia pada FIFA World Cup hanya untuk mencuri perhatian sebelum pesta demokrasi dimulai.
Prabowo Subianto memilih cawapresnya yang, bagi publik, haknya untuk maju tersebut tidak beretika dan sangat tidak tepat momennya, karena kemungkinan ada unsur KKN di dalamnya.
Lupakan soal Jokowi! Ini adalah pertarungan 3 kubu.
Lalu siapa yang akan saya pribadi pilih dari ketiga calon ini?
Apakah dari sosoknya? Apakah rekam jejaknya? Apakah kemampuannya dan kebisaannya? Apakah visi-misi dan program kerjanya?
Saya merasa harus mempertimbangkan satu faktor lagi, yaitu nilai-nilai yang dibawakan.
Apa sebenarnya yang membedakan ketiga kubu ini dari segi nilai-nilai yang dianut?
Walaupun dengan kekuasaan seseorang bisa berubah, tetapi itu urusan nanti. Publik bisa membaca hal tersebut dan tidak setuju jika memang muncul kekhilafan.
Terlepas dari itu... Nilai.
Anies Baswedan membawa semangat keadilan sosial pada setiap program kerjanya. Artinya kesetaraan. Artinya semuanya diuntungkan. Keseimbangan.
Prabowo Subianto membawa semangat kemandirian Indonesia sebagai sebuah negara. Ada keinginan untuk menjadikan Indonesia menjadi wajah yang tegar di kancah internasional.
Ganjar Pranowo membawa semangat akselerasi dan perbaikan, melalui teknologi dan yang pada akhirnya, berbicara soal melanjutkan sistem yang sudah ada, hanya saja oleh aktor/presiden yang berbeda.
Susah untuk melepaskan penyeleksian seperti ini memang, karena sosok ketiganya yang dinilai tidak berintegritas.
Membingungkan, karena apakah yang mereka bawa ini akan terlaksana?
Namun kembali ke topik tadi: Melalui ketiga nilai-nilai tersebut, kira-kira apa yang Indonesia sedang butuhkan sekarang? Terlepas dari apa yang masyarakat sedang inginkan?
Menurut saya, lupakan soal ambisi kita untuk menguasai medan peperangan di kancah internasional. Selesaikan dulu masalah internal yang ada di dalam negara sendiri.
Kesetaraan, perbaikan, atau kemandirian?
Jika melihat apa yang dibawa oleh Jokowi dulu pada tahun 2014, dia membawa semangat pragmatisme. Menurutku hal itu berjalan, tetapi tidak terlalu baik. Banyak aspek yang akhirnya menjadi korbannya.
Maka dari itu, pertimbangkanlah juga nilai yang dianut ketiga orang ini, seperti karbohidrat yang menjadi bagian penting dari isi sebuah piring.
Sebelum melihat kembali apa hal lain yang ada di dalam menu, termasuk rekam jejaknya, kebisaannya, program kerjanya, visi-misinya, sosoknya, serta integritasnya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H