Implementasi Teori dalam Peristiwa G30S/PKI
- Kontrol Informasi:
 Militer, yang dipimpin oleh Soeharto, mengontrol informasi yang disebarkan kepada publik. Mereka memastikan bahwa narasi yang dominan adalah bahwa PKI bertanggung jawab atas percobaan kudeta, dan Nasution, sebagai korban, menjadi figur sentral dalam narasi tersebut.
- Mobilisasi Sentimen Publik:
 Melalui kontrol media, militer berhasil memobilisasi sentimen anti-PKI di kalangan masyarakat. Kematian Ade Irma Suryani Nasution, putri Jenderal Nasution, digunakan untuk menggalang simpati dan kemarahan publik terhadap PKI.
- Penggunaan Simbolisme:
 Jenderal Nasution dan peristiwa di rumahnya menjadi simbol perjuangan melawan komunisme. Penggunaan simbolisme ini memperkuat legitimasi tindakan keras militer terhadap PKI dan pendukungnya.
- Narasi Kekuatan dan Ketahanan:
 Cerita tentang bagaimana Nasution berhasil melarikan diri meskipun terluka menciptakan narasi tentang ketahanan dan kekuatan militer dalam menghadapi ancaman terhadap negara. Ini memperkuat posisi militer dalam struktur kekuasaan Indonesia pada masa itu.
Dengan analisis ini, kita dapat melihat bagaimana komunikasi dan interaksi sosial mempengaruhi persepsi publik dan tindakan pemerintah selama dan setelah peristiwa G30S/PKI. Jenderal A.H. Nasution menjadi figur sentral dalam narasi yang dikendalikan oleh militer untuk membentuk opini publik dan memobilisasi dukungan terhadap tindakan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H