Mohon tunggu...
Andika Ardiansyah Pratama
Andika Ardiansyah Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akademi Televisi Indonesia

Creator on Youtube

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bersama Sementara

7 Juni 2023   15:51 Diperbarui: 7 Juni 2023   15:53 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa lama ketika kita melaksanakan atas dasar cinta atau lebih spesifik suka, hanya beberapa malam menikmati waktu bersama teman-teman yang baru saya kenal kurang satu tahun, tertawa selama perjalanan membuat saya mengerti bahwa simple sekali untuk bahagia, tanpa rasa sedih meninggalkan yang disini, demi sekedar bersua dengan yang disana, beberapa bagian kehidupan terekam memory untuk sekedar pengingat, dari sejuta memory ada setitik memory yang merupakan pengalaman untuk saya sendiri atau teman-teman lainnya, mari kita mulai bervakansi.

Gelap malam Ibukota mengawali vakansi kali ini, perjalanan dari rumah menuju titik kumpul menghabiskan waktu satu jam, disaat yang lain masih santai dirumah, saya sudah harus menuju titik koordinat, rasanya berat sekali memikul tas, padahal isinya Cuma baju, celana, camera, tripod, sendal, charger, dan power bank. Ternyata banyak juga jika dijabarkan, setelah sampai di titik koordinat, saya tak melihat sosok yang satu kelas dengan saya, artinya apa? Iya, saya terlalu cepat untuk sampai, maklum rumah saya lumayan jauh, karena yang biasa terlambat justru orang yang dekat titik pertemuan.

Setelah menunggu, akhirnya satu per satu mulai berdatangan, karena belum makan kita memanggil tukang bakso yang secara spontan lewat, ketika sedang menikmati tiba-tiba ada yang menepuk Pundak kanan saya, alih-alih berfikir akan dihipnotis, saya sudah tau kalo ini perbuatan teman saya, setelah menengok benar saja tanpa mengeluarkan satu kata pun, beliau hanya tersenyum.

Tertera di jadwal jam 8 merupakan waktu terakhir karena bis akan berangkat pada pukul itu, ketika memasuki bis, layaknya anak tk semua berebut tempat duduk, taukan siapa yang akan mengalah? Iya, betul Wanita, mereka diminta pindah ke minibus atau bisa dibilang mobil hayes, ekspetasi saya ketika perjalanan bisa tertidur, bangun ketika sampai, alih-alih tertidur justru saya terbawa suasa dan deep talk bersama teman, bagaimana bisa tidur juga jika teman lainnya memutar music dj remix yang membuat bis ogah diam, tidak perlu menyalahkan ini merupakan perjalanan yang harus dinikmati.

Ac bis yang bocor atau entah dari mana air jatuh dari dinding atas bis membangunkan saya yang tertidur lelap, tak tau kenapa bisa tidur padahal sebelumnya sedang ngobrol, tak lama bis berhenti di rest area, saat turun saya langsung tertawa melihat wajah teman, kedinginan dan ngantuk, pemberhentiaan ini menjadi titik terakhir sebelum sampai tujuan pertama “Eling Bening”, tahun lalu juga pernah kesini tetapi untuk perpisahan sekolah, setelah sampai saya langsung menyiapkan alat seperti camera dan lensa.

Dengan pemandangan dua gunung yang indah, membuat saya berekspetasi akan saya foto ketika matahari muncul ditengah gunung tersebut, tak lama… seperti patah ternyata matahari terbit di sebelah kiri tidak dapat view gunung, mencari angle foto sunrise seperti mencari nasi uduk di Yogyakarta, dengan arahan pebimbing kita naik ke rooftop untuk memotret sunrise, sekiranya cukup berfoto disana, saya duduk menikmati sunrise yang begitu indah sambil menahan kantuk karna hanya tidur 4 sampai 5 jam.

Satu hal yang saya tunggu adalah makan, karena sejak malam hanya makan bakso. Turun dan sarapan di lereng bukit dengan view hijau, menambah kenikmatan. Setelah duduk santai diiringi alunan musik dangdut yang kebetulan penyanyi-nya ikut, panasnya ambarawa tak menyusutkan semangat kawan-kawan untuk mendapatkan nilai, destinasi selanjutnya ialah “Museum Kereta Api Ambarawa”, desain kereta api jaman dahulu keliatan suatu benda yang sangat authentic, selain berfoto saya juga membaca beberapa benda yang memiliki cerita khusus.

Seperti baterai yang low, energi yang terkuras lumayan banyak padahal baru dua tempat saya kunjungi, tak hampir jam 12 kita sudah meninggalkan tempat tersebut, melipir sejenak untuk solat jum’at, tanpa sadar tiba-tiba kita sudah sampai di hotel, men-charge sedikit energi untuk menikmati sunset di Rawa Pening, tempat ini salah satu hal yang saya tunggu sejak di umumkannya kota tujuan vakansi.

Ketika menginjak tanah kering dekat Rawa Pening, langsung terlihat di hadapan, danau cantik dengan landscape yang indah, membuat saya tak akan menyiakan moment tersebut, menyapa nelayan untuk sekedar minta izin memotret, sambil dalam hati takut ditolak, untungnya nelayan disana baik-baik, hampir magrib saya berfikir untuk menikmati kumandang azan magrib di tengah danau, ketika waktunya saya mendapat pengalaman baru mendengarkan kumandang azan di tengah danau, perasaan saya amaze. Karena di temani suara kicau burung yang terbang untuk pulang.

Meninggalkan danau hampir pukul 7 malam, semua yang biasanya bersuara atau bernyanyi, hanya diam seperti ada hal yang membuatnya takut, tak jauh dari hotel ketika perjalanan pulang, saya melihat public space yang ramai orang, mungkin karena kulinernya atau sekedar menikmati malam minggu bersama pasangan, nama public tersebut adalah Alun-alun Bandungan. Setelah makan malam saya mengajak teman-teman untuk nongkrong di angkringan dekat alun-alun.

Duduklah kita di lesehan, karena kita ramai ya… kira-kira ada 4 orang, setelah semua sudah memesan, kita menunggu dan akhirnya datang minuman, lalu teman saya mengira bahwa itu minumnya ternyata belum dibuatkan dan mengambil minuman milik tamu lain, lalu mbanya berbicara seperti nada bt, teman saya ini tidak mengerti apa yang dibicarakannya, sambil bilang “Maksudnya gimana mba” secara spontan kita ber3 tertawa karena kita semua tak ada yang mengerti dan melihat jawaban teman saya tersebut.

Teman yang lain satu per satu mulai datang, sambil saya memulai percakapan tentang “Jadi kita semua nginep di kamar siapa?”. Entah mengapa kita semua menjadi penakut tak ada yang berani tidur berdua saja, kira-kira kita mufakat tak lama sejak obrolan dimulai hanya 2 jam. Kita memutuskan tidur di kamar dzikri, karena kebetulan kamar dia yang besar sekali seperti luas kantin indosiar, malam itu kita tidur layaknya ikan asin yang sedang dijemur karena 1 kasur yang biasanya diperuntukan untuk 2 orang, ini 5 orang dalam 1 kasur.

Pagi hari dibangunkan oleh suara alarm dari salah satu teman ngeselin, kenapa saya bilang dia menyebalkan? bayangkan ia men-set alarm dengan lagu metal, tetapi ia nya tidak bangun-bangun, mungkin dia fikir dengan lagu keras semua akan bangun dan langsung bikin moshpit, kan itu tak akan terjadi, pada akhirnya saya yang bangun dan mematikan suara haram tersebut.

Terbukalah pintu kamar yang langsung menghadap tembok penutup, saya tak pernah merasakan pagi sesejuk ini, hanya diam di teras untuk mengumpulkan nyawa yang sedikit tertinggal di alam tidur, hotel dengan fasilitas yang lumayan terpenuhi membuat saya ingin tinggal lebih lama, tetapi perjalanan akan terus berjalan tak berhenti disini.

Hampir jam 11 kita meninggalkan hotel untuk pergi menuju Kota Lama yang ada di pusat kota Semarang, untuk kedua kalinya tempat sangat authentic karena saya suka dengan vintage, ketika disana saya mempunyai pengalaman baru untuk masuk pertama kali ke Gereja, yaitu Gereja Blenduk.

dokpri
dokpri
Arsitektur di dalam Gereja Blenduk membuat saya suka banget dengan arsitekturnya yang sangat authentic, tak lama saya dan Dzikri pergi ke arah belakang gereja, dan menemukan toko yang berisi barang-barang antik, disana saya menemukan salah satunya ada kamera analog dan lukisan yang dicreate lumayan lama, panasnya Semarang membuat saya memanggil tukang es cream, tak hanya memanggil saya juga membelinya kok.

dokpri
dokpri
Jalan kaki saat disana lumayan banyak daripada tempat-tempat sebelumnya, selain dapat sehatnya kita juga dapet capenya, walaupun terasanya saat duduk lagi di bus, karena sepanjang jalan yang ada disana saya sambil melihat pedagang yang berjual barang bekas atau gen z bilang thrifting, dominasi dengan barang tak sedikit pakaian yang membuat mata kita harus jeli, saat melihat thrifting tersebut.

Sebelumnya senja di danau, kali ini kita menikmati senja sampai waktu magrib di Masjid Agung Semarang, adanya payung besar di pelataran masjid membuat saya flashback saat pergi umrah, di dalam ada al-quran besar yang ditulis menggunakan tangan dan itu keren banget!, seusai magrib saya tidak tau jika Menara depan masjid bisa di naiki, padahal jika saya tau pasti saya akan tetap memilih ke bis karena semua tenaga saya sudah cukup lowbat.

dokpri
dokpri
Malam yang saya ingin rasakan selamanya, malam terakhir di kota Semarang, alih-alih menikmati kota dengan citylight, saya ketika tiba di hotel langsung tidur karena rasanya mata seperti tidak mau terbuka, kali ini tanpa rasa takut semua tidur dengan porsinya masing-masing, saat mata saya tutup, terdengar dua suara RAAAWRRRR, suara Ravy dan Dzikri yang berupaya menganggu tidur saya, karena mereka sedang asyik bermain game.

Terbitnya matahari membangunkan saya, pagi ini terasa berbeda seperti tak semangat hari-hari kebelakang, karena ini hari terakhir sebelum meninggalkan kota yang membuat memory baru untuk saya pribadi, 4 hari tak terasa sudah dijalani di kota ini, pengalaman baru juga saya dapatkan, tak lagi mengenal sifat teman yang belum saya ketahui sebelumnya, langit biru kota Semarang siang itu seperti menemani perjalanan pulang kami.

Rasa selama perjalanan pulang tak terelakan, selain jalan-jalan saya juga banyak belajar dalam vakansi kali ini, tentang bagaimana melakukan pendekatan dengan orang baru, kebersamaan tentang tidur 1 kasur 5 orang juga tak akan terlupakan, sebenarnya kita semua punya pembelajaran sendiri tentang perjalanan ini, seluruh tenaga, waktu, uang yang kita keluarkan dalam vakansi ini terbayarkan, dengan pengalaman lapangan tak hanya sekedar teori.

Sampai tujuan, semua pergi menuju rumah masing-masing sebagai petanda semua telah selesai, begitu juga selesainya cerita 4 hari 3 malam, yang tak terlupakan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun