Maka berapa uang gedungnya? Atau apakah sekolahannya sudah punya gedung yang megah? Jangan-jangan belum punya gedung? Atau mungkin tidak perlu gedung megah magrong-magrong? Kalau seumpama memang ada uang gedung?Â
Apakah akan tetap dinamai uang gedung atau dinamai infaq pembangunan supaya lebih Islami sehingga tidak ada yang protes mengenai biayanya? Maklum saja, lha wong namanya saja infaq, ya diusahakan harus ikhlas. Terus kalau namanya infaq, apa boleh infaq itu pakai uang dari hutang? Saya pikir agak aneh, masak mau infaq harus hutang dulu? terus kalau memang ada infaq pembangunan itu, bagaimana nasib orang miskin yang tidak bisa membayar atau bahkan mencicil? Apakah tidak bisa masuk ke sekolah Beliau?
Tiba-tiba sesuatu dipikiran saya protes. "Lhoh, masak Nabi Muhammad milih-milih murid sih?!"
Kemudian siswa yang sudah masuk, ikut kegiatan pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) dan sebulan kemudian bayar spp. Nah ini, kira-kira di sekolah beliau SPP-nya berapa ya? Terus kalau anak yang nunggak SPP sampai saat ulangan tiba? Apa juga akan diminta menggunakan kartu sementara? Kalau anak ini nunggak terus dan kemudian lulus tapi belum lunas SPP-nya, apa bisa ambil ijazah?
Kemudian saat KBM, kalau ada siswa yang nakal dan jadi langganan penunggu ruang BK apakah akan diberi poin dan kelak kalau melebihi poin akan dikeluarkan? Atau seperti apa model guru BK-nya? Seperti sahabat Abu Bakar? Sahabat Ali? Atau sahabat Umar? A
tau mungkin siapapun guru BK yang direkrut tetap saja harus menerapkan disiplin positif dan tidak boleh plak-plek sama siswa? Maklum saja, jaman sekarang banyak guru yang plak-plek akhirnya dilaporkan ke komnas HAM dan kemudian klarifikasi minta maaf.Â
Apalagi kan sudah ada program sekolah ramah anak? Semua aturannya harus patuh pada konvensi hak-hak anak. Guru dan TUnya juga harus dilatih mengenai hak-hak anak. Tapi kalau memang terpaksa sampai ada yang dikeluarkan, karena anak ini memang nakal puol, guru-guru sampai angkat tangan sehingga dinilai oleh sekolah bahwa anak ini pantas dikeluarkan. Apakah keputusannya akan dikeluarkan karena kenakalannya?
Tiba-tiba sesuatu dipikiran saya protes. "Lhoh, masak Nabi Muhammad milih-milih murid sih?!" Masak Nabi Muhammad milih-milih murid yang sudah sopan-sopan. Bukannya Beliau diutus untuk memperbaiki akhlak?
Terus demi menjaga nama baik dan citra sekolah, serta menjaga hubungan baik dengan dinas pendidikan setempat, apa sekolah beliau akan mengikuti yang sedang diterapkan baru-baru ini, misalnya menggunakan kurikulum merdeka, sekolah penggerak, guru penggerak, sekolah adiwiyata, sehingga siswanya memiliki profil pelajar Pancasila?Â
Apakah Nabi Muhammad akan ikut program itu semua demi menunjang mutu, akreditasi dan citra sekolah? Atau justru semua itu tidak perlu? Karena yang namanya lembaga pendidikan atau sekolah, itu ya secara otomatis harus begitu itu.
 Merdeka dan bahagia siswa dan gurunya. Asri dan lestari lingkungannya. Terus berinovasi, bergerak dan menggerakkan. Menjadi rahmatan lil 'alamin. Atau kalau ketinggian ya bermanfaat bagi lingkungan dan orang-orang disekitarnya.