Â
Â
Hafalan Pancasila
Hari pertama sekolah
Aku diantar ibu
Aku merengek karena ditinggal ibu
Aku dibujuk Bu Guru masuk ke kelas
Di dalam kelas aku diajari menghafal Pancasila
Aku dan teman-teman disuruh menirukan
Pancasila, Pancasila
Satu, Satu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Ketuhanan Yang Maha Esa
Dua, Dua
Kemanusiaan yang adil dan beradab, kemanusiaan yang adil dan beradab
Tiga, Tiga
Persatuan Indonesia, persatuan endonesya
Ulangi..
Persatuan Indonesia, persatuan Indonesia
Empat, Empat
Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan, ....
Ayo ditirukan ...
Oh kepanjangan ya? ...
Kerakyatan yang dipimpin, kerakyatan yang dipimpin
oleh khidmat kebijaksanaan, oleh khidmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, dalam permusyawaratan perwakilan
lima, lima
keadilan sosial, keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, bagi seluruh rakyat Indonesia
Ditanya Ibu
Sepulang sekolah aku dijemput ibu
Aku ditanya tadi belajar apa?
Kubilang belajar menghafal Pancasila
Kata Ibu, Aku hebat!
Â
Jadi Ultraman
Hari kedua sekolah
Aku masih diantar ibu ke sekolah
Gembes dikalungkan
Tas gledekan bergambar ultraman
Aku sudah tidak merengek
Karena kata Ibu aku hebat
Aku senang sekali
karena ultraman juga hebat
aku masuk kelas
Ibu guru bertanya cita-cita teman-temanku
Bud, Jo, Ber dan Nai.
Bud ingin jadi polisi, semua tepuk tangan
Jo ingin jadi presiden, semua tepuk tangan
Ber ingin jadi dokter, semua tepuk tangan
Nai ingin jadi guru, semua tepuk tangan
Aku ingin jadi ultraman! semua tertawa
Bu Guru juga ikut menahan tawa
Ditertawakan
Hari ketiga sekolah
Aku memutuskan untuk jadi Ultraman
Ultraman yang hebat berangkat lebih pagi
Ultraman tidak diantar ibu
Ultraman berangkat sendiri
Ultraman bawa gembes dikalungkan
Ultraman pakai tas gledekan
Ultraman pakai sarung batik diikat di leher
Ultraman lihat sekolah sudah ramai
Ultraman lari-lari cari Jo
Ultraman ingat dia tertawa paling keras
Ultraman tidak suka ditertawakan
Ultraman melihat Jo
Ultraman pukul wajah Jo
Ultraman lihat Jo jatuh dan menangis
Ultraman bilang, "Sukurin kamu, Jo!"
Dijemput IbuÂ
Pulang sekolah Ultraman dijemput ibu
Ibu marah karena Ultraman tidak pamit
Ibu Jo datang dengan wajah merah
Ibu Jo marah pada ibu
Wajah Jo jadi biru
Katanya aku nakal
Ibu minta maaf
Ultraman bilang
Ultraman tidak nakal
Ultraman bilang
Jo yang nakal
Ultraman ingin pukul muka Jo lagi
Ibu Jo marah-marah lagi
Ibu minta maaf lagi
Ibu bilang
Sudah! tidak ada ultraman-ultramanan lagi !
Jo meringis
Ultraman Suka Senyum Ibu
Hari keempat
Aku diantar ibu lagi
Di depan gerbang sekolah
Ibu bilang
Tidak ada ultraman di sekolah lagi titik
Ibu meminta aku mengulangi dan aku mengulangi
Tidak ada u l t r a m a n di sekolah lagi
T i t i k .
Ultraman balik tanya
Tapi ultraman boleh salim sama ibu kan?
Ibu bilang boleh
Ibu mengulurkan tangan
Ultraman salim
Ibu memberikan senyumnya
Ultraman suka senyum ibu
Goblok
Aku masuk kelas
Tidak ada ultraman
Jo mengejekku
Dia melet-melet
"Ultraman wagu!" katanya
Bu guru masuk, aku tak membalas
Bu guru minta mengulangi hafalan Pancasila
Bud dan Ber bisa
Nai dan Aku bisa
Jo lupa
Aku ngakak paling keras
"Presiden Goblok!" kataku
Jengkel
Presiden Jengkel!
Dia ingin memukulku
Dadaku membusung menantangnya
Presiden berlari
Aku berlari
Presiden kejar Ultraman
Aku Naik meja
Dia Naik kursi
Bu Guru ikut mengejar
Aku tetap mengejeknya
Dia membalas juga
"Ultraman goblok! Ultraman goblok!"
Aku berhenti di atas meja
Kubalas dia, "Presiden goblok!"
Untung saja aku ingat kata ibu
Tidak ada ultraman di sekolah
Jadi ku tunda pukul wajahnya
Tidak Sakit, Tapi Malu
Bu Guru nggebrak papan tulis
Seisi kelas diam
Aku disetrap
Jo disetrap
Aku ditampar
Jo ditampar
Aku menunduk
Jo menangis
Ini tidak sakit
tapi malu
Sebaiknya Ganti Cita-Cita
Bu Guru melotot
Bu Guru bertanya kenapa
Aku bilang Aku Ultraman
Jo bilang Jo Presiden
Bu guru membentak
Tidak ada ultraman!
Presiden harusnya baik!
Kalian tidak sopan!
Ku tantang,
Bu Guru lebih tidak sopan!
Ultraman itu ada!
Ultraman itu aku!
Aku ditampar lagi
Sakit dan malu
Bu Guru membentak
kamu harus sopan!
Ultraman itu tidak ada!
kamu sebaiknya ganti cita-cita!
Aku diam dan dendam
Aku lupa kata ibu
T i d a k  a d a  u l t r a m a n  d i  s e k o l a h
Tidak Sopan
Pulang sekolah
Bu Guru datang pada ibu
Bu Guru bilang pada ibu
Katanya aku tidak sopan
Kubilang Bu Guru lebih tidak sopan
Ibu menamparku
Ibu tidak membelaku
Aku menangis
Bu Guru bilang
sekarang ibu tau sendiri
sekarang ibu minta maaf
sekarang aku tau
sekarang u l t r a m a n  t i d a k  a d a.
Â
Tidak Tersenyum
Hari kelima
Aku diantar Ibu ke sekolah
Di depan gerbang aku turun dari motor
Ibu tidak berpesan apa-apa
Ibu mengulurkan tangannya
Aku salim
Ibu tidak tersenyum
Aku sedih
Ibu berbalik arah dan pulang
Bagaimana Cara Tidak Sedih?
Di dalam kelas
Bu Guru mengajari berdoa yang baik sebelum belajar
Bu Guru mengajari duduk yang baik saat belajar
Bu Guru mengajari bicara yang baik pada orang lain
Bu Guru mengajari banyak hal
Tapi Bu Guru tidak mengajari bagaimana tidak sedih
Kangen Senyum Ibu
Hari keenam
Aku masih diantar Ibu ke sekolah
Ibu masih menurunkanku di depan gerbang
Ibu masih diam
Ibu masih mengulurkan tangannya
Aku masih salim
Ibu masih tidak tersenyum
Ibu masih tidak suka
Aku masih kangen senyum ibu
Ibu masih berbalik arah dan pulang
Aku masih mengalungi gembesku
Aku masih menggeledek tasku
Aku masih masuk ke kelasku
Aku masih sedih
Tidak, Tidak Akan, Lagi
Hari ketujuh
Ibu tidak mengantarku ke sekolah
Ibu tidak menurunkanku di depan gerbang
Ibu tidak berpesan apapun
Ibu tidak mengulurkan tangannya
Ibu tidak ada
Ibu tidak akan mengantarku ke sekolah lagi
Ibu tidak akan menurunkanku di depan gerbang lagi
Ibu tidak akan berpesan apapun lagi
Ibu tidak akan mengulurkan tangannya lagi
Ibu tidak akan hidup lagi
Perasaan Jadi Beban
Tidak lupa
Bu Guru dan teman-teman datang ke rumahku yang duka
Menyampaikan turut berbelasungkawa
Eyang Kakung mengucapkan terima kasih setulusnya
Bu Guru bertanya
Kiranya apa penyebab meninggalnya?
Eyang bilang perasaannya
Bagaimana bisa?
Perasaan jadi beban pikirannya
Pikirannya memicu kambuh asam lambung yang sudah naik ke kepala
Kata dokter kemungkinannya dua
Stroke atau meninggal tiba-tiba
Ibuku diberi takdir yang kedua
Disuruh Sabar
Bu Guru pulang
Sebelumnya Bu Guru mengajariku sabar
Setelah Bu Guru olok-olok ultramanku
Setelah Bu Guru paksa ibu menamparku
Setelah Bu Guru buat aku malu di depan ibu
Bu Guru masih mengajariku sabar
Sabar sabar sabar sabar
Apakah Bu Guru bisa sabar
Coba mendukung aku jadi ultraman?
Siapa yang pertama tanya
Apa cita-citanya
Apakah Bu Guru bisa sabar
Coba tak marah-marahi aku dan presiden goblok itu
Aku begini karena presiden goblok itu ketawa paling keras
Dia mengolok-olok cita-citaku jadi ultraman
Jadi siapa yang harus diajar sabar?
Kamu Harus Ikhlas
Sebelumnya lagi Bu Guru mengajariku ikhlas
Katanya Aku harus ikhlas
Katanya biar Ibu tenang di alam sana
Ibu tenang di alam sana
Tapi aku apa bisa tenang di alam sini?
Guru Sepertimu
Ibu yang terakhir aku lihat
Ibu yang diam
Ibu yang marah
Ibu yang kecewa
Ibu yang hilang senyumnya
Ibu yang terakhir aku lihat
Ibu yang itu
Ibu Guru sepertimu tak tahu
Bagaimana merawat aku
Ibu Guru sepertimu
Tak pantas jadi Guruku!
Gara-Gara Aku?
Hari ke delapan
Tidak di sekolah
Aku tidak berangkat
Aku sedih sekali
Aku coba cari tau
Kenapa Ibu meninggal tiba-tiba
Tapi tak ada jawabannya
Harus Terbiasa
Hari ke sembilan
Aku berangkat ke sekolah
Seperti biasanya masuk ke dalam kelas
Seperti biasanya aku duduk ditempat dudukku
Seperti biasanya Bu Guru mengajar segala yang baik
Seperti biasanya Bu Guru mengajak menghafal Pancasila
Seperti biasanya aku melakukan perintah Bu Guru
Seperti biasanya Bu Guru tidak mengajari untuk tidak sedih
Seperti biasanya semuanya biasa-biasa saja
Dan akhirnya aku yang harus terbiasa
Â
Nai
Aku masih menunduk
Ada yang duduk disebelahku
Aku masih menunduk
Kutanya ada apa?
Dia diam saja
Dia tidak bilang apa-apa
Aku mengangkat kepala
Ternyata Nai
Sepertinya Nai tersenyum dibalik maskernya
Senyum terlihat dari matanya
Kutanya mau apa?
Mau temani kamu saja
Kata Nai
Nai Jadi Bu Guruku
Nai bilang
Jangan marah sama Bu Guru
Kataku terserahku
Nai bilang
Kalau begitu sekarang aku Bu Gurumu
Kataku keNaipa aku harus mau?
Nai bilang
Karena aku percaya ultraman
Ultraman tidak boleh sedih
Telat dijemput
Nunggu Jemputan
Kelas sudah sepi
Sudah pulang semua
Kecuali Nai dan aku
Nai tanya
Belum pulang?
Ku bilang
Eyang jemput telat
Nai bilang
Aku juga dijemput telat
Ku bilang
Aku ndak nanya
Nai cemberut
Ingat Ibu
Eyang lama sekali
Aku jadi ingat Ibu yang jemput tepat waktu
Aku menangis
Ada Nai
Aku tak peduli
Nai duduk sebelahku
Nai diam saja
Waktu berlalu
Nai diam saja
Nai masih duduk di sebelahku
Aku capek sendiri
Kutengok jamku
Kakek lama sekali
Sejam
Aku hampir menangis karena ingat Ibu
Nai kasih tisu
Nai tetap diam saja
Tanya Eyang
Eyang lama sekali
Nai baru saja pamit dijemput
Eyang datang dengan motor astrea
Aku tak berani protes
Eyang minta maaf
Ku bilang tak apa-apa
Ku tanya
Yang, Eyang
Aku boleh tanya-tanya sama Eyang?
Aku boleh kangen Ibu?
Kata Eyang boleh
Eyang tanya
Kamu Nangis?
Ibu pasti sedih kalau aku nangis
Kata Eyang
Ultraman tidak menangis
Tapi aku menangis
Tapi kata Bu Guru tidak ada ultraman
Tapi kata ibu tidak ada ultraman di sekolah
Kata Eyang
Kamu jadi ultraman yang pertama
Ultraman harus bikin Ibu bahagia disurga
Bosan Di Sekolah
Hari kesepuluh
Aku bosan sekolah, kataku
Kata temanku
Sekolah itu untuk cari ilmu
Kata temanku juga
Sekolah buat kejar cita-cita
Kata temanku lagi
Sekolah biar tak menyesal dikemudian hari
Kataku, sekolah itu cuma duduk-duduk saja
Pekalongan, 11 Januari 2024
Andika Nugraha Firmansyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H