Mohon tunggu...
Andika NugrahaFirmansyah
Andika NugrahaFirmansyah Mohon Tunggu... Guru - Aktif di Sokola Sogan, Komunitas Belajar berbasis minat dan bakat.

Seorang pembelajar yang berteman dengan anak-anak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepuluh Hari Pertama Sekolah

11 Januari 2024   16:15 Diperbarui: 11 Januari 2024   16:36 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dokumen Pribadi

 

 

Hafalan Pancasila

Hari pertama sekolah

Aku diantar ibu

Aku merengek karena ditinggal ibu

Aku dibujuk Bu Guru masuk ke kelas

Di dalam kelas aku diajari menghafal Pancasila

Aku dan teman-teman disuruh menirukan

Pancasila, Pancasila

Satu, Satu

Ketuhanan Yang Maha Esa, Ketuhanan Yang Maha Esa

Dua, Dua

Kemanusiaan yang adil dan beradab, kemanusiaan yang adil dan beradab

Tiga, Tiga

Persatuan Indonesia, persatuan endonesya

Ulangi..

Persatuan Indonesia, persatuan Indonesia

Empat, Empat

Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan, ....

Ayo ditirukan ...

Oh kepanjangan ya? ...

Kerakyatan yang dipimpin, kerakyatan yang dipimpin

oleh khidmat kebijaksanaan, oleh khidmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan perwakilan, dalam permusyawaratan perwakilan

lima, lima

keadilan sosial, keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia, bagi seluruh rakyat Indonesia

Ditanya Ibu

Sepulang sekolah aku dijemput ibu

Aku ditanya tadi belajar apa?

Kubilang belajar menghafal Pancasila

Kata Ibu, Aku hebat!

 

Jadi Ultraman

Hari kedua sekolah

Aku masih diantar ibu ke sekolah

Gembes dikalungkan

Tas gledekan bergambar ultraman

Aku sudah tidak merengek

Karena kata Ibu aku hebat

Aku senang sekali

karena ultraman juga hebat

aku masuk kelas

Ibu guru bertanya cita-cita teman-temanku

Bud, Jo, Ber dan Nai.

Bud ingin jadi polisi, semua tepuk tangan

Jo ingin jadi presiden, semua tepuk tangan

Ber ingin jadi dokter, semua tepuk tangan

Nai ingin jadi guru, semua tepuk tangan

Aku ingin jadi ultraman! semua tertawa

Bu Guru juga ikut menahan tawa

Ditertawakan

Hari ketiga sekolah

Aku memutuskan untuk jadi Ultraman

Ultraman yang hebat berangkat lebih pagi

Ultraman tidak diantar ibu

Ultraman berangkat sendiri

Ultraman bawa gembes dikalungkan

Ultraman pakai tas gledekan

Ultraman pakai sarung batik diikat di leher

Ultraman lihat sekolah sudah ramai

Ultraman lari-lari cari Jo

Ultraman ingat dia tertawa paling keras

Ultraman tidak suka ditertawakan

Ultraman melihat Jo

Ultraman pukul wajah Jo

Ultraman lihat Jo jatuh dan menangis

Ultraman bilang, "Sukurin kamu, Jo!"


Dijemput Ibu 

Pulang sekolah Ultraman dijemput ibu

Ibu marah karena Ultraman tidak pamit

Ibu Jo datang dengan wajah merah

Ibu Jo marah pada ibu

Wajah Jo jadi biru

Katanya aku nakal

Ibu minta maaf

Ultraman bilang

Ultraman tidak nakal

Ultraman bilang

Jo yang nakal

Ultraman ingin pukul muka Jo lagi

Ibu Jo marah-marah lagi

Ibu minta maaf lagi

Ibu bilang

Sudah! tidak ada ultraman-ultramanan lagi !

Jo meringis

Ultraman Suka Senyum Ibu

Hari keempat

Aku diantar ibu lagi

Di depan gerbang sekolah

Ibu bilang

Tidak ada ultraman di sekolah lagi titik

Ibu meminta aku mengulangi dan aku mengulangi

Tidak ada u l t r a m a n di sekolah lagi

T i t i k .

Ultraman balik tanya

Tapi ultraman boleh salim sama ibu kan?

Ibu bilang boleh

Ibu mengulurkan tangan

Ultraman salim

Ibu memberikan senyumnya

Ultraman suka senyum ibu

Goblok

Aku masuk kelas

Tidak ada ultraman

Jo mengejekku

Dia melet-melet

"Ultraman wagu!" katanya

Bu guru masuk, aku tak membalas

Bu guru minta mengulangi hafalan Pancasila

Bud dan Ber bisa

Nai dan Aku bisa

Jo lupa

Aku ngakak paling keras

"Presiden Goblok!" kataku

Jengkel

Presiden Jengkel!

Dia ingin memukulku

Dadaku membusung menantangnya

Presiden berlari

Aku berlari

Presiden kejar Ultraman

Aku Naik meja

Dia Naik kursi

Bu Guru ikut mengejar

Aku tetap mengejeknya

Dia membalas juga

"Ultraman goblok! Ultraman goblok!"

Aku berhenti di atas meja

Kubalas dia, "Presiden goblok!"

Untung saja aku ingat kata ibu

Tidak ada ultraman di sekolah

Jadi ku tunda pukul wajahnya

Tidak Sakit, Tapi Malu

Bu Guru nggebrak papan tulis

Seisi kelas diam

Aku disetrap

Jo disetrap

Aku ditampar

Jo ditampar

Aku menunduk

Jo menangis

Ini tidak sakit

tapi malu

Sebaiknya Ganti Cita-Cita

Bu Guru melotot

Bu Guru bertanya kenapa

Aku bilang Aku Ultraman

Jo bilang Jo Presiden

Bu guru membentak

Tidak ada ultraman!

Presiden harusnya baik!

Kalian tidak sopan!

Ku tantang,

Bu Guru lebih tidak sopan!

Ultraman itu ada!

Ultraman itu aku!

Aku ditampar lagi

Sakit dan malu

Bu Guru membentak

kamu harus sopan!

Ultraman itu tidak ada!

kamu sebaiknya ganti cita-cita!

Aku diam dan dendam

Aku lupa kata ibu

T i d a k  a d a  u l t r a m a n  d i  s e k o l a h

Tidak Sopan

Pulang sekolah

Bu Guru datang pada ibu

Bu Guru bilang pada ibu

Katanya aku tidak sopan

Kubilang Bu Guru lebih tidak sopan

Ibu menamparku

Ibu tidak membelaku

Aku menangis

Bu Guru bilang

sekarang ibu tau sendiri

sekarang ibu minta maaf

sekarang aku tau

sekarang u l t r a m a n  t i d a k  a d a.

 

Tidak Tersenyum

Hari kelima

Aku diantar Ibu ke sekolah

Di depan gerbang aku turun dari motor

Ibu tidak berpesan apa-apa

Ibu mengulurkan tangannya

Aku salim

Ibu tidak tersenyum

Aku sedih

Ibu berbalik arah dan pulang

Bagaimana Cara Tidak Sedih?

Di dalam kelas

Bu Guru mengajari berdoa yang baik sebelum belajar

Bu Guru mengajari duduk yang baik saat belajar

Bu Guru mengajari bicara yang baik pada orang lain

Bu Guru mengajari banyak hal

Tapi Bu Guru tidak mengajari bagaimana tidak sedih

Kangen Senyum Ibu

Hari keenam

Aku masih diantar Ibu ke sekolah

Ibu masih menurunkanku di depan gerbang

Ibu masih diam

Ibu masih mengulurkan tangannya

Aku masih salim

Ibu masih tidak tersenyum

Ibu masih tidak suka

Aku masih kangen senyum ibu

Ibu masih berbalik arah dan pulang

Aku masih mengalungi gembesku

Aku masih menggeledek tasku

Aku masih masuk ke kelasku

Aku masih sedih

Tidak, Tidak Akan, Lagi

Hari ketujuh

Ibu tidak mengantarku ke sekolah

Ibu tidak menurunkanku di depan gerbang

Ibu tidak berpesan apapun

Ibu tidak mengulurkan tangannya

Ibu tidak ada

Ibu tidak akan mengantarku ke sekolah lagi

Ibu tidak akan menurunkanku di depan gerbang lagi

Ibu tidak akan berpesan apapun lagi

Ibu tidak akan mengulurkan tangannya lagi

Ibu tidak akan hidup lagi

Perasaan Jadi Beban

Tidak lupa

Bu Guru dan teman-teman datang ke rumahku yang duka

Menyampaikan turut berbelasungkawa

Eyang Kakung mengucapkan terima kasih setulusnya

Bu Guru bertanya

Kiranya apa penyebab meninggalnya?

Eyang bilang perasaannya

Bagaimana bisa?

Perasaan jadi beban pikirannya

Pikirannya memicu kambuh asam lambung yang sudah naik ke kepala

Kata dokter kemungkinannya dua

Stroke atau meninggal tiba-tiba

Ibuku diberi takdir yang kedua

Disuruh Sabar

Bu Guru pulang

Sebelumnya Bu Guru mengajariku sabar

Setelah Bu Guru olok-olok ultramanku

Setelah Bu Guru paksa ibu menamparku

Setelah Bu Guru buat aku malu di depan ibu

Bu Guru masih mengajariku sabar

Sabar sabar sabar sabar

Apakah Bu Guru bisa sabar

Coba mendukung aku jadi ultraman?

Siapa yang pertama tanya

Apa cita-citanya

Apakah Bu Guru bisa sabar

Coba tak marah-marahi aku dan presiden goblok itu

Aku begini karena presiden goblok itu ketawa paling keras

Dia mengolok-olok cita-citaku jadi ultraman

Jadi siapa yang harus diajar sabar?

Kamu Harus Ikhlas

Sebelumnya lagi Bu Guru mengajariku ikhlas

Katanya Aku harus ikhlas

Katanya biar Ibu tenang di alam sana

Ibu tenang di alam sana

Tapi aku apa bisa tenang di alam sini?

Guru Sepertimu

Ibu yang terakhir aku lihat

Ibu yang diam

Ibu yang marah

Ibu yang kecewa

Ibu yang hilang senyumnya

Ibu yang terakhir aku lihat

Ibu yang itu

Ibu Guru sepertimu tak tahu

Bagaimana merawat aku

Ibu Guru sepertimu

Tak pantas jadi Guruku!

Gara-Gara Aku?

Hari ke delapan

Tidak di sekolah

Aku tidak berangkat

Aku sedih sekali

Aku coba cari tau

Kenapa Ibu meninggal tiba-tiba

Tapi tak ada jawabannya

Harus Terbiasa

Hari ke sembilan

Aku berangkat ke sekolah

Seperti biasanya masuk ke dalam kelas

Seperti biasanya aku duduk ditempat dudukku

Seperti biasanya Bu Guru mengajar segala yang baik

Seperti biasanya Bu Guru mengajak menghafal Pancasila

Seperti biasanya aku melakukan perintah Bu Guru

Seperti biasanya Bu Guru tidak mengajari untuk tidak sedih

Seperti biasanya semuanya biasa-biasa saja

Dan akhirnya aku yang harus terbiasa

 

Nai

Aku masih menunduk

Ada yang duduk disebelahku

Aku masih menunduk

Kutanya ada apa?

Dia diam saja

Dia tidak bilang apa-apa

Aku mengangkat kepala

Ternyata Nai

Sepertinya Nai tersenyum dibalik maskernya

Senyum terlihat dari matanya

Kutanya mau apa?

Mau temani kamu saja

Kata Nai

Nai Jadi Bu Guruku

Nai bilang

Jangan marah sama Bu Guru

Kataku terserahku

Nai bilang

Kalau begitu sekarang aku Bu Gurumu

Kataku keNaipa aku harus mau?

Nai bilang

Karena aku percaya ultraman

Ultraman tidak boleh sedih

Telat dijemput

Nunggu Jemputan

Kelas sudah sepi

Sudah pulang semua

Kecuali Nai dan aku

Nai tanya

Belum pulang?

Ku bilang

Eyang jemput telat

Nai bilang

Aku juga dijemput telat

Ku bilang

Aku ndak nanya

Nai cemberut

Ingat Ibu

Eyang lama sekali

Aku jadi ingat Ibu yang jemput tepat waktu

Aku menangis

Ada Nai

Aku tak peduli

Nai duduk sebelahku

Nai diam saja

Waktu berlalu

Nai diam saja

Nai masih duduk di sebelahku

Aku capek sendiri

Kutengok jamku

Kakek lama sekali

Sejam

Aku hampir menangis karena ingat Ibu

Nai kasih tisu

Nai tetap diam saja

Tanya Eyang

Eyang lama sekali

Nai baru saja pamit dijemput

Eyang datang dengan motor astrea

Aku tak berani protes

Eyang minta maaf

Ku bilang tak apa-apa

Ku tanya

Yang, Eyang

Aku boleh tanya-tanya sama Eyang?

Aku boleh kangen Ibu?

Kata Eyang boleh

Eyang tanya

Kamu Nangis?

Ibu pasti sedih kalau aku nangis

Kata Eyang

Ultraman tidak menangis

Tapi aku menangis

Tapi kata Bu Guru tidak ada ultraman

Tapi kata ibu tidak ada ultraman di sekolah

Kata Eyang

Kamu jadi ultraman yang pertama

Ultraman harus bikin Ibu bahagia disurga

Bosan Di Sekolah

Hari kesepuluh

Aku bosan sekolah, kataku

Kata temanku

Sekolah itu untuk cari ilmu

Kata temanku juga

Sekolah buat kejar cita-cita

Kata temanku lagi

Sekolah biar tak menyesal dikemudian hari

Kataku, sekolah itu cuma duduk-duduk saja

Pekalongan, 11 Januari 2024

Andika Nugraha Firmansyah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun