d. Empati pada Remaja dan Dewasa
Pada usia remaja dan dewasa muda, individu dapat mengembangkan empati yang lebih abstrak dan kompleks. Mereka mulai memahami bahwa emosi dan pengalaman hidup orang lain bisa sangat bervariasi, dan respons mereka terhadap perasaan orang lain lebih dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan pengalaman pribadi. Remaja dan dewasa muda cenderung lebih mampu melihat dunia dari sudut pandang orang lain dan mempertimbangkan perasaan serta kebutuhan orang lain dalam pengambilan keputusan mereka.
3. Empati dan Moralitas
Bagi Hoffman, empati sangat berkaitan dengan perkembangan moral seseorang. Dia berpendapat bahwa kemampuan untuk merasakan empati terhadap orang lain berfungsi sebagai dasar bagi munculnya perilaku moral. Dalam banyak kasus, empati memotivasi individu untuk bertindak dengan cara yang menguntungkan orang lain, seperti menolong atau menunjukkan kebaikan. Sebagai contoh, anak-anak yang lebih empatik cenderung lebih mampu untuk berbagi, membantu teman-teman mereka yang sedang kesulitan, dan menunjukkan perilaku prososial lainnya.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
Hoffman juga mengidentifikasi beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan empati pada individu. Faktor-faktor ini termasuk pengalaman sosial, pengaruh keluarga, serta faktor-faktor biologis dan kognitif. Misalnya, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang mendukung pengembangan empati---seperti dengan orang tua yang menunjukkan perhatian dan memahami perasaan mereka---cenderung memiliki tingkat empati yang lebih tinggi. Selain itu, pengalaman-pengalaman hidup, seperti melihat atau merasakan penderitaan orang lain, juga dapat memperkuat kemampuan untuk berempati.
5. Empati dan Pengaruh Sosial
Menurut Hoffman, pengaruh sosial seperti norma-norma budaya dan sosial dapat memengaruhi cara seseorang mengekspresikan empatinya. Dalam beberapa budaya, misalnya, empati mungkin lebih sering terlihat dalam bentuk tindakan membantu orang yang lebih tua atau yang membutuhkan, sementara dalam budaya lain, empati mungkin lebih banyak diekspresikan melalui dukungan emosional atau pengertian. Pengaruh sosial ini memperlihatkan bahwa empati juga sangat dipengaruhi oleh konteks sosial yang lebih besar, termasuk harapan sosial dan budaya.
6. Kesimpulan
Teori empati Martin Hoffman memberikan wawasan penting tentang bagaimana empati berkembang dari bayi hingga dewasa. Melalui tahapan perkembangan ini, empati bukan hanya dilihat sebagai reaksi emosional spontan terhadap perasaan orang lain, tetapi sebagai kemampuan yang semakin kompleks yang melibatkan aspek kognitif dan afektif. Dalam pandangan Hoffman, empati adalah dasar dari perilaku moral dan prososial, dan perkembangan empati yang baik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, lingkungan, dan pengalaman hidup. Dengan demikian, empati bukan hanya tentang merasakan perasaan orang lain, tetapi juga tentang memahami dan meresponsnya dengan cara yang sesuai dan bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI