Mohon tunggu...
Andika Prasetio
Andika Prasetio Mohon Tunggu... Guru - Pelajar/mahasiswa

Main Bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari martin hoffman

20 Januari 2025   09:12 Diperbarui: 20 Januari 2025   09:12 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori empati dari Martin Hoffman adalah salah satu pendekatan psikologis yang berfokus pada bagaimana individu merasakan dan memahami perasaan orang lain, serta bagaimana proses ini berkembang sepanjang kehidupan. Hoffman mengembangkan teori empati melalui serangkaian tahapan yang menggambarkan bagaimana kemampuan untuk merasakan empati meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup. Teori ini menyarankan bahwa empati bukan hanya sekadar kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain, tetapi juga proses yang kompleks yang melibatkan keterampilan kognitif dan afektif.

1. Pendahuluan tentang Empati Menurut Hoffman

Empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan, baik secara emosional maupun kognitif. Hoffman berpendapat bahwa empati merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan sosial dan moral individu. Sebagai bagian dari teori perkembangan moralnya, Hoffman melihat empati sebagai elemen utama dalam kemampuan seseorang untuk merespons kebutuhan dan perasaan orang lain.

2. Tahapan-Tahapan Perkembangan Empati

Hoffman mengusulkan bahwa empati berkembang melalui serangkaian tahapan yang berbeda, yang masing-masing melibatkan bentuk empati yang semakin kompleks seiring bertambahnya usia dan pematangan kognitif dan emosional seseorang. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:

a. Tahap Perkembangan Empati pada Bayi (Empati Dini)

Pada usia yang sangat muda, bayi dapat menunjukkan respons terhadap perasaan orang lain. Misalnya, bayi bisa menangis ketika mendengar bayi lain menangis. Hoffman menyebut ini sebagai bentuk empati yang masih sangat sederhana, di mana bayi secara afektif merasakan emosi orang lain, meskipun belum memiliki pemahaman kognitif tentang perasaan tersebut. Tahap ini mencerminkan pemahaman empati yang lebih bersifat instinktif dan otomatis.

b. Empati dalam Anak-Anak Kecil (Empati Sosial Awal)

Pada usia sekitar dua hingga tiga tahun, anak-anak mulai menunjukkan empati yang lebih terarah dan relevan secara sosial. Mereka bisa merasakan bahwa seseorang merasa kesedihan atau kebahagiaan dan cenderung ingin membantu. Meskipun masih terbatas pada reaksi langsung terhadap perasaan orang lain, anak-anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perasaan yang berbeda dari perasaan mereka sendiri. Pada tahap ini, empati mulai melibatkan komponen kognitif, meskipun masih sederhana.

c. Empati pada Anak Lebih Tua (Empati yang Lebih Komplek)

Seiring dengan perkembangan kognitif dan sosial, anak-anak yang lebih besar mulai memahami bahwa perasaan orang lain bisa berbeda tergantung pada situasi dan perspektif individu. Mereka mulai bisa merasakan empati secara lebih mendalam dan bisa mengidentifikasi perasaan orang lain, serta lebih mampu memberikan respons yang sesuai, misalnya dengan memberikan dukungan atau perhatian. Pada tahap ini, empati mencakup pemahaman yang lebih canggih tentang motif dan alasan di balik perasaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun