Mohon tunggu...
Andi Tribuns
Andi Tribuns Mohon Tunggu... -

Manusia yang manusiawi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendobrak Tradisi Transaksional

8 April 2014   21:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:54 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13969438111491597933

Catatan:  Untuk 9 April 2014 ku

"Aku percaya Tuhan ada," ungkap seorang pria itu menanggapi banyaknya praktik money politic yang diketahui dan dilakukan para caleg melalui kroni-kroninya.

Betapa tidak, ketika hari tenang berlangsung para kroni-kroni caleg tertentu tetap saja masih melakukan "serangan" kepada warga ketika malam harinya. Demikianlah  kesaksian yang diungkapkan pria berprofesi sebagai tukang jahit sekaligus timses caleg.

Serangan yang dilakukan itu, tidak hanya berupa uang saja. Kebutuhan rumah tangga seperti sembako, kain juga menjadi peluru dalam serangan itu. Berharap, pemberian tersebut berbekas dan memilih caleg yang dimaksud.

Gencarnya serangan dan masih melekatnya tradisi transaksional "ada uang ada suara", tidak menyurutkan bapak ini. Ia percaya, Tuhan ada dan tidak tidur. Apa yang selama ini dia perjuangkan akan menuai hasil yang maksimal. Begitulah semangatnya.

Pria ini merupakan tim sukses dari seorang caleg dari partai tertentu. Menurut dia, selama tiga bulan mengarungi proses pemilihan legislatif, sudah banyak yang dilalui. Selama itu pula, tidak lebih dari Rp 200 ribu yang dia terima dari caleg yang dipercayai tersebut. Itupun benar-benar digunakan untuk kebutuhan operasional.

Menyerahkah ia? Tidak, meskipun tidak diguyur rupiah untuk memenangkan calon, ia tetap bekerja keras semampunya bersama timses lainnya. Karena ia percaya, bahwa caleg yang bersih tidak akan menghambur-hamburkan uang untuk membeli suara.

"Pada prinsipnya, apabila caleg itu menang karena sudah menghambur-hamburkan uang, ketika jadi tidak akan memikirkan kita. Karena, dia sudah membeli suara kita," katanya.

Oleh karena itu, meskipun tanpa didukung dana melimpah dari caleg dukungannya dia berusaha berjuang sampai titik darah penghabisan. Pasalnya, ia percaya caleg tersebut memang tidak ber-money politic dan dia percaya TUhan ada.

Berbeda dengan timses lainnya dan dari partai berbeda. Dirinya berprinsip, tak ada kemenangan tanpa uang. Jangan berharap menang kalau tidak memiliki modal besar.

"Impossible lah kalau tidak ada uang akan menang. Ini zamannya transaksional, ada uang ada suara," demikian ungkapannya.

Bahkan, dirinya memberi saran kepada caleg dukungannya untuk menyerang habis-habisan atau menyerah dari sekarang. Maksud dia, ketika caleg bermodal besar tidak bisa ditundukkan dengan uang bermodal sedikit, maka ambil keputusan apakah hanya akan menjadi pentonton atau pemeran.

Dua prinsip yang diusung, memang berbeda dan bertolak belakang. Satu, ingin mendobrak kejayaan transaksional. Kedua, mengikuti budaya transaksional.

Jawabannya, 9 April 2014 ketika hari pencoblosan tiba. Siapa yang terpilih, dan dari jalur mana mereka berjuang, harapannya mereka benar-benar menjadi wakil rakyat, wakil rakyat yang memperhatikan rakyat bukan memalingkan muka pada rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun