Mohon tunggu...
Dr. Andi Hermawan M.Pd
Dr. Andi Hermawan M.Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru Swasta

Menulis adalah Caraku bersyukur dan mensyukuri Karunia Allah SWT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Menggunakan Diagram Ishikawa

27 Oktober 2022   15:57 Diperbarui: 28 Oktober 2022   13:47 2427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Diagram Ishikawa menurunnya mutu lulusan (andi hermawan)

Total Quality Management (TQM) adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Namun masih banyak lembaga pendidikan yang belum menerapkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi peningkatan mutu SMK PGRI 2 Cibinong Kabupaten Bogor. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.  Dengan subjek penelitian Kepala Sekolah, guru, siswa, dan komite. Sumber penelitian adalah dokumen laporan sekolah, dan juga hasil wawancara. Data dianalisis menggunakan Diagram Ishikawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMK PGRI 2 Cibinong Kabupaten Bogor dapat meningkatkan mutu lulusan dengan pola mengoptimalkan sumber daya internal sebagai titik tolak pemanfaatan dukungan eksternal. Berdasarkan temuan penelitian direkomendasikan agar Kepala Sekolah menyusun dokumen tahunan secara efektif sesuai rencana strategis dan melakukan evaluasi capaian program untuk menetapkan tindak lanjut pencapaian visi misi sekolah.

Kata kunci: total quality management, mutu pendidikan, mutu lulusan, diagram ishikawa 

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global, tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong para siswa untuk bisa mendapatkan prestasi terbaik. Globalisasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern semakin nyata pengaruhnya dalam mewujudkan pasar dan persaingan bebas terbuka. Dalam keadaan seperti ini, semua lembaga khususnya pendidikan dituntut untuk mampu menciptakan efisiensi, mengutamakan mutu, kepuasan konsumen dan memanfaatkan peluang dengan cepat agar dapat bersaing dan bertahan. Adanya persaingan merupakan unsur yang tidak bisa ditawar lagi. Suatu organisasi atau lembaga dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas dengan cara membangun suatu sistem peningkatan kualitas dan menentukan standar (TQM) Total Quality management atau disebut dengan manajemen mutu terpadu.

Salah satu permasalahan krusial bangsa ini memasuki abad ke-21 adalah rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan. Kualitas pendidikan di Indonesia pada masa ini cukup memprihatinkan.Ini dibuktikan dengan hasil dari survei kemampuan pelajar yang dirilis Programme for International Student Assessment (PISA) Desember 2019 di Paris, yang menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Berada di peringkat ke-6 terbawah, masih kalah dari negara tetangga seperti Brunei Darussalam dan Malaysia. Education Index dari Human Development Reports (2017), juga menyebut Indonesia berada di posisi ke-7 di ASEAN dengan skor 0,622. Skor tertinggi diraih Singapura (0,832), Brunei Darussalam (0,704), Malaysia (0,719), Thailand dan Filipina sama-sama memiliki skor 0,661. Ini menegaskan. bahwa indikator pendidikan yang rendah menjadi penyebab daya saing lemah.Data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016, mengumumkan mutu pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-10 dari 14 negara berkembang. Sedangkan kualitas guru sebagai bagian penting dalam pendidikan, berada di urutan ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia. Hal tersebut mungkin tidak perlu dibantah. Karena faktanya, memang 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.

Kekerasan di sekolah masih sering terjadi. Sudah berapa banyak siswa yang kehilangan nyawa akibat kekerasan di dunia pendidikan? Hasil dari survei Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PP & PA) mengenai kekerasan terhadap anak yang dilakukan pada tahun 2013 menemukan bahwa anak usia 13 - 17 tahun menunjukkan 1 dari 3 anak laki-laki dan 1 dari 5 anak perempuan mengalami salah satu bentuk kekerasan fisik/emosional/ seksual dalam 12 bulan terakhir. Dan berdasarkan data pantauan yang diperoleh dari Ikhtisar Eksekutif Stranas PKTA 2016 - 2020 menyebutkan bahwa sebanyak 84% siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah. Lalu 45% siswa laki-laki mengatakan bahwa guru atau petugas sekolah adalah pelaku kekerasan. Dan 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik oleh teman sebayanya. Lalu 75% siswa berkata pernah melakukan kekerasan di sekolah, dan 22% siswa perempuan mengatakan bahwa guru atau petugas sekolah merupakan pelaku kekerasan.

 

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMK PGRI 2 Cibinong Kabupaten Bogor pada tanggal 17 September 2021 mengenai mutu lulusan mengatakan bahwa sejak sekolah ini berdiri belum pernah diadakan evaluasi tentang standar kelulusan. Dari data yang diperoleh dari tahun 2018 sampai 2021 menggambarkan bahwa rata-rata mutu lulusan di SMK PGRI 2 Cibinong Kabupaten Bogor masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata: a) Bahasa Indonesia 7,49, b) Bahasa Inggris 6,22, c) Matematika 5,73, dan d)  Kejuruan 7,52.

Dari kajian standar tersebut di atas terdapat kesenjangan antara kondisi sekolah dan kondisi ideal yang diharapkan sekolah. Kesenjangan ini menjadi masalah dan sekolah berupaya untuk mengatasinya secara bertahap dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat memenuhi Standar Kelulusan. Adapun dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di sekolah dapat diselesaikan dengan membuat rencana strategis dalam rangka meningkatkan mutu kelulusan. Dengan merumuskan rencana strategi peningkatan mutu kelulusan akan memudahkan sekolah dalam menentukan strategisnya, sehingga dapat dipakai oleh sekolah sebagai pegangan dana arahan dalam mencapai kinerja sekolah yang berkualitas.

Berdasarkan latar  belakang seperti tersebut diatas, permasalahan penelitian ini adalah faktor apa saja yang menjadi akar masalah dalam meningkatkan mutu lulusan dan bagaimana rencana strategi dalam peningkatan mutu lulusan. Suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu strategi.  Menurut Sanjaya (2006:126) strategi merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan datau keberhasilan dalam mencapai tujuan.  Sedangkan Menurut Chandler dikutip oleh Rangkuti (2006 : 3) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan metode yang digunakan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan strategi terlebih dahulu harus menentukan rumusan tujuan yang jelas dan menentukan faktor - faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan. setiap organisasi pasti berharap bahwa setiap tujuan yang telah ditetapkan dapat meninkatkan mutu organisasi. Hal tersebut akan dapat di lihat dari kinerjanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun