Seputar Film
Film dokumenter berdurasi 20 menit ini bertema kebudayaan, program kerja sama dengan Kemendikbud melalui pendanaan Indosiana, sebagai upaya merekam maestro tradisi lisan. Yayasan Tana Sanggamu Sindue sebagai penerima fasilitasi dana hibah, menggandeng Eldiansyah atau akrab disapa Ancha, untuk menyutradarai proyek tradisi lisan/tutur, serta melibatkan Iksam Djahidin Djorimi yang merupakan arkeolog dan kurator museum Sulawesi Tengah sebagai tim peneliti. Secara keseluruhan, film dokumenter ini hadir dengan percaya diri di tengah badai stigma negatif terhadap Balia.
kelihatan bahwa sang sutradara mencari metode dan cara pengemasan yang tepat untuk film yang mengangkat unsur budaya dalam durasi waktu yang terbilang singkat. Hingga tidak begitu membahas tuntas tentang apa itu Balia, mungkin juga diakibatkan karena terkungkung dalam satu tema "merekam maestro" yang membatasinya. Hal ini juga yang sedikit memperlihatkan kebingungan atas pesan apa yang akan disampaikan, disisi lain ada topik Balia yang dibahas, tapi disisi lainnya sang maestro patut ditonjolkan. Dua hal ini yang menjadi kebingungan yang samar dalam film dokumenter ini.
Itu mengapa film dokumenter ini tidak bisa berjalan sendirian, baiknya selalu ditemani sang sutradara (orangtua). Karena kalau sewaktu-waktu ada orang-orang yang bertanya selepas pemutaran tentang apa-apa saja menyoal isi film, kiranya butuh jawaban mendalam dan penuh tanggung jawab. Sebelum pertanyaan itu disusupi lagi oleh jawaban negatif tanpa dasar. Terakhir, untuk menutup tulisan ini, barangkali untuk mereka yang masih dalam proses dialog tentang Balia mungkin tidak akan puas akan tulisan ini. Itu sudah barang tentu karena seperti tulisan di atas, Untuk menilai atau menyimpulkan serta memberi komentar atas suatu tradisi. bijaknya, membutuhkan proses pencarian yang cukup lama serta metode yang tepat, sebab semuanya menyangkut soal peradaban yang sudah barang tentu jauh diyakini dan dilaksanakan dalam satu lingkup masyarakat.