Buku ini juga bisa dijadikan pintu baru dalam referensi sejarah kebudayaan daerah khususnya Sulawesi Tengah yang lekat akan tradisi bertutur/lisan, hingga begitu sukar untuk menggali referensi maupun catatan mendalam mengenai kebudayaannya dan di perparah lagi atas klaim dalam peta kebudayaan nasional  disusun oleh Nugroho Notosusanto yang merujuk pada karya Albert Christian Kruyt dan Dr Nicolaus Adriani yang berjudul De Bare'e-sprekende, isinya menyatakan bahwa suku yang mendiami kawasan Sulawesi Tengah Adalah orang-orang Toraja, itu mengapa kawasan ini disebut Toraja Barat dalam buku karya Kruyt dan Adriani, padahal itu adalah sebuah kesalahan.
Barangkali William Vaughan juga sadar bahwa kisah Woodard patut dituliskan agar bisa dijadikan navigasi kebudayaan apabila sewaktu-waktu ada pelaut-pelaut lain yang terdampar di daerah pantai Barat Sulawesi yang Woodard sebut 'antah-berantah', paling tidak mereka sudah punya rujukan bagaimana laku hidup masyarakatnya. Harapannya hanya satu, sebagai pengingat serta pengalaman berharga.
"Jika saya memperoleh kemalangan dalam kecelakaan kapal, semoga saya akan berlabuh di sebuah daratan yang penuh persahabatan"Â
WILLIAM VAUGHAN
London, Juli 1804
- Judul: Kisah Petualangan David Woodard c.s
- Penulis: William Vaughan
- Penerjemah: Stev Aryanto, Ito Lawputra
- Penerbit: Nemu Publishing
- Cetakan: Pertama, Maret 2022
- Tebal: vi + 128 halaman
- ISBN: 978-623-99425-0-2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H