Mohon tunggu...
Andi Hermawan
Andi Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa fakultas ekonomi, penjual buku dan biasa menulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ketika Barat "dilecehkan" Masyarakat "Antah-berantah"

21 Oktober 2022   16:56 Diperbarui: 22 Oktober 2022   15:29 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam masa tahanan, mereka diperlakukan layaknya hewan buruan, mereka dipertontonkan dan dipajang di tengah kampung "Sekitar dua ribu orang berkumpul untuk menonton kami. Kami telanjang dan dalam keadaan yang menyedihkan untuk menjadi tontonan" (halaman 31). 

Kisah Woodard ini menyingkap banyak tabir, memberikan sedikit pengetahuan baru tentang kebudayaan dan peradaban manusia di pantai barat Sulawesi yang meliputi Palu, Donggala, Mandar dan Makassar saat itu. Wiliam Vaughan benar-benar menulisnya dengan kacamata Woodard, sampai-sampai hal yang intim juga tidak luput dari tulisannya, memang sedetail mungkin.

Buku ini juga menggambarkan perseteruan antara kerajaan di sekitar Teluk Palu yang melibatkan mereka sebagai tentaranya. Memang tidak dijelaskan apa alasan sering terjadinya perang, karena semuanya hanya berdasar pengalaman Woodard sebagai tawanan. 

Kurang lebih dua setengah tahun mereka hidup sebagai tawanan, dibawa ke sana kemari untuk dipertontonkan pada setiap raja, bahkan dijadikan rebutan antar kerajaan.

 Namun, selama masa menjadi tawanan Woodard punya kawan karib yang menurutnya paham dan mengerti akan kondisinya saat itu, ia dikenal dengan sebutan Tuan Haji. 

Sosok misterius yang disegani oleh seluruh raja, bahkan sosok Tuan Haji bebas untuk melewati perbatasan-perbatasan kerajaan, walau kerajaan tempat ia tinggal sedang berseteru dengan kerajaan yang akan ia lewati. Sosok ulama yang juga dipercayai oleh Henry atau John Herbert, Gubernur Balambangan. Tuan Haji bertugas pula membantu orang-orang Inggris yang terdampar di daerah itu dan membawanya ke pelabuhan Inggris yang ada di daerah itu.

Tuan Haji adalah sosok ulama, juga kawan yang baik bagi Woodard. Kesaksian Woodard juga bisa kaya akan informasi mengenai bentang alam, kebiasaan, ternak, perkebunan dan semua hal mengenai kawasan tidak lepas dari peran Tuan Haji yang memang satu-satunya orang yang ia anggap kawan sekaligus penolong selama ia dan awaknya jadi tahanan. 

Namun, sekuat apapun pengaruh Tuan Haji, ia tidak dapat mengintervensi keputusan raja mengenai nasib Woodard serta awak lainnya. "Ini bukan cara memperlakukan orang dalam kebiasaan bangsaku, bahwa saya tidak melakukan kejahatan apapun. Saya hanya ingin pulang kepada istri saya dan bukan tinggal di tengah-tengah orang-orang kejam di sini. Saya bicara sambil menangis, yang kemudian membuat sang ulama itu pun ikut menangis" (halaman 47).

Walaupun dengan gaya penceritaan yang hidup, tidak mudah untuk mengerti jika membaca tidak dibekali peta, Woodard memang seorang pelaut handal, dengan mudahnya ia mengira-ngira angka-angka kordinat, letak, ketinggian, jarak, dan mata angin setiap tempat yang ia lalui maupun singgahi. Hasil wawancara Woodard dikemas layaknya cerita petualangan fiksi oleh William Vaughan. 

Sangking luwes dan polosnya Woodard bertutur tentang apa yang ia dan beberapa awaknya rasakan selama jadi tahanan kerajaan, dengan mudah dapat menggugah imajinasi. 

Mungkin inilah setitik sejarah yang tidak pernah direncanakan, diintervensi dan berkepentingan, menjelma kisah yang sukar diterima hegemoni barat saat ini yang dikenal dengan kedigdayaan dan heroiknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun