Media komunitas inilah yang menjadi sasaran promosi awal kami. Jika mereka update di medsos kami keroyok like dan koment positif.Â
Kepentingannya, nothing to lose. Semata karena kami bersahabat. Saling membantu saat cedera berlari, berbagi biaya ketika hendak ikut event serta menunggu setia di garis finish bagi kawan yang berkecepatan kura-kura, seperti saya.
Lho, kok komunitas berlari urus usaha!?Â
Iya, iyalah....pelari komunitas kan bukan pekerjaan. Kami bukan atlet. Lebih banyak kami pelari hore. Berkomunitas karena hobby yang sama, keinginan untuk sehat bersama. Mereka berusaha, kami dukung.
Kepeduliaan saya terhadap usaha mereka muncul karena mereka memulai dari bawah. Meniti usaha dengan merangkak, kumpul modal susah payah, tapi semangatnya sepenuh hati, walau tetap santuy.
Santuy karena resiko rugi minim, asyik produksi tanpa beban. Jika kualitas kurang, dikoreksi kawan sendiri. Teman komunitas siap jadi kelinci percobaan- tapi pengalaman saya, kreatifitas usaha mereka bernilai jual.Â
Saya pernah mengalaminya saat awal merintis usaha. Sulit dan berliku. Cari modalnya sulit, kembali modalnya lama, walau dalam ekspektasi awal, balik modalnya hanya 6 bulan.Â
Ternyata, 5 tahun baru berjalan normal. Sekarang diperhadapkan lagi dengan new normal. Butuh adaptasi, perlu inovasi.
Berniaga itu butuh kekuatan mental dalam bertahan. Pengusaha itu pejuang. Pengalaman membuatnya kreatif. Tantangan menjadikannya berdaya saing.
Spirit Marathoners ada dikami, karena kami pelari jarak jauh. Bukan mengandalkan kecepatan tetapi daya tahan. Finish adalah tujuan, mutlak dicapai walau cedera menghantam.Â