Mohon tunggu...
Andi Harianto
Andi Harianto Mohon Tunggu... Freelancer - Kesederhanaan adalah kekuatan

Tinggal di Kota Kecil Bantaeng, 120 Kilometer, arah Selatan Kota Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Spirit Usaha Marathoners, Santuy Bertumbuh Dimasa Sulit

5 Juni 2020   13:14 Diperbarui: 5 Juni 2020   13:31 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Spirit Marathoners (Image: pngflow.com )

Modal cekak tak masalah, sebab yang besar sulit diraih. Setidaknya, bagi pemula. Merintis usaha butuh taktik. Keterbatasan modal, bukan halangan. Jadikan tantangan.

Konsiten mengembangkan usaha, akan membuat arus kas lancar. Bank mudah memberi kredit. Saya mengalaminya. 

Kurang lebih 12 tahun mengembangkan bisnis apotek, bank lancar kucurkan kredit. Setiap tengat waktu pelunasan hampir kelar, kredit baru datang ditawarkan.

Timbang-timbang dulu, kemampuan membayar perlu dihitung. Macet kredit, macet usaha.

Kala wabah melanda, keringanan pembayaran diberikan. Cukup bayar bunga saja atau perpanjangan waktu kredit. Okelah, karena memang bisnis saat ini, karut marut tak karuan.

Jangan terpukau kisah ini, karena cerita keren ini bukan tentang saya. Tentang kawan komunitas berlari saya. Sahabat yang dimasa pandemi ini, justru lebih kreatif membuka pintu rezekinya, walau modalnya cekak.

Bantaeng Runners Community (BRC), nama komunitas kami. Kini, menjelang 4 tahun berdiri. Rerata mereka diusia produktif. Kisaran 20 - 35 tahun. Saya, di atas angka 40. Lebihnya, jangan ditanya.

Bantaeng Runners (Image: dokpri)
Bantaeng Runners (Image: dokpri)

Melihat upaya mereka, motivasi saya pompakan. Semangat digelorakan, saya membuat kampanye kecil-kecilan.

'Belanjalah di warung sahabat", demikian inti promonya. Saya pun membuat daftar members yang lagi merintis usaha. Lengkap dengan jenis jualannya.

Lebih banyak dari mereka berniaga makanan. Tetapi juga ada disektor jasa seperti pengelasan, perakitan rangka baja, percetakan, produksi batako dan jasa titip barang. 

Jual beli langsung juga ada seperti gerai hand phone, ATK, souvenir, gorden, sepatu, kopi, madu dan barang kreatif-millenials lainnya.

Konten kreatif lagi menjanjikan. Dua diantaranya menggagas konten kreatif di istagram dan youtube. Semoga sukses.

Anggota BRC yang memiliki usaha ATK, pengadaan perlengkapan lari dan jasa cetak undangan (Image: Nasrun Nas)
Anggota BRC yang memiliki usaha ATK, pengadaan perlengkapan lari dan jasa cetak undangan (Image: Nasrun Nas)

Ternyata ada 17 anggota telah membangun usahanya, banyak diantaranya baru memulai saat covid merebak. Bertambah lagi saat Ramadhan lalu.

Hanya 3 termasuk saya, sudah membangun bisnis sebelum kami berkomunitas. Kami bertiga, semuanya mengap-mengap disituasi kini. Daya beli menukik tajam. Distribusi barang terhambat covid.

Tidak main-main, 47% UMKM menurut survei harus terhenti. Karyawan dirumahkan. Sumber datanya valid, diucapkan sendiri Pak Menkop UMKM, Teten Masduki.  Beritanya dilansir bisnis.tempo.com.

47% UMKM Bangkrut Karena Pandemi Corona

Saat pandemi menghantam pengusaha besar dan UMKM yang telah mapan, justru pelaku usaha baru bermunculan. Setidaknya di lingkungan kecil saya.

Ada yang hancur, ada yang beradaptasi juga beberapa yang bertumbuh. Walau disadari lebih banyak yang hancur, setidaknya yang bertumbuh dapat lebih eksis karena lahir disaat sulit.

Anggota BRC Pemilik gerai handphone, travel umrah dan usaha ascesoris (image: facebook Roris Wijoyo)
Anggota BRC Pemilik gerai handphone, travel umrah dan usaha ascesoris (image: facebook Roris Wijoyo)

Mengapa saya peduli dan turut mensupport kawan-kawan saya itu, sebab saya tahu rerata mereka adalah pegawai honorer atau pun karyawan yang dirumahkan.

Bukan maksud mengecilkan profesinya, semata ingin menggabarkan bahwa siapa pun berhak bahagia. Peran ganda bekerja kantoran sekaligus berniaga dapat dilakukan.

Istilah saya,  OMEGA (Osaha menambah gaji). O harusnya U, tetapi biar saja begitu, agar kesan akronimnya keren.

Modal mereka kecil, tetapi tidak meminjam. Jika pun meminjam, pasti mereka enggan memberitahuku. Ehe.

Disinilah kampanye belanja di warung sahabat itu penting. Sebab pemodalnya berasal dari anggota komunitas sendiri. Taktiknya, Bagaimana?

Bayar di depan. Ada uang barang dipesan. Beri modal untuk beli bahan dulu baru dikerja, setidaknya setengah harga. Demikian caranya. Kami tidak khawatir, sebab kepercayaan diantara kami telah terjalin kuat.

Tentu diantara kami sudah bermodal agak kuat, walau belumlah terlalu tegak.

Saling percaya sudah pasti, karena disituasi normal, kami 3 kali seminggu bertemu. Jadwal latihan kami rutin di area jogging. Juga, sering barengan ikut event. Kami begitu sehati.

"Membeli barang dari sahabat sendiri sama dengan membantunya bangkit. Jika mereka sukses, komunitas jadi kokoh. Kualitas mungkin tidak sama di tempat lain, tapi harga sudah pasti bersahabat" demikian bunyi promosinya.

Usahanya designer grafis, percetakan dan konveksi. Sahabat kami ini juga menjadi desainer BRC (Image: Ince Bantayank)
Usahanya designer grafis, percetakan dan konveksi. Sahabat kami ini juga menjadi desainer BRC (Image: Ince Bantayank)

Jumlah kami 108 di WAG, 464 anggota di group FB. Lumayan pula pengikut kami di Istagram.

Media komunitas inilah yang menjadi sasaran promosi awal kami. Jika mereka update di medsos kami keroyok like dan koment positif. 

Kepentingannya, nothing to lose. Semata karena kami bersahabat. Saling membantu saat cedera berlari, berbagi biaya ketika hendak ikut event serta menunggu setia di garis finish bagi kawan yang berkecepatan kura-kura, seperti saya.

Lho, kok komunitas berlari urus usaha!? 

Iya, iyalah....pelari komunitas kan bukan pekerjaan. Kami bukan atlet. Lebih banyak kami pelari hore. Berkomunitas karena hobby yang sama, keinginan untuk sehat bersama. Mereka berusaha, kami dukung.

Kepeduliaan saya terhadap usaha mereka muncul karena mereka memulai dari bawah. Meniti usaha dengan merangkak, kumpul modal susah payah, tapi semangatnya sepenuh hati, walau tetap santuy.

Santuy karena resiko rugi minim, asyik produksi tanpa beban. Jika kualitas kurang, dikoreksi kawan sendiri. Teman komunitas siap jadi kelinci percobaan- tapi pengalaman saya, kreatifitas usaha mereka bernilai jual. 

Sahabat kami ini memiliki usaha batako dan sarang walet (Image: Facebook Muhardin H. Mugo)
Sahabat kami ini memiliki usaha batako dan sarang walet (Image: Facebook Muhardin H. Mugo)

Saya pernah mengalaminya saat awal merintis usaha. Sulit dan berliku. Cari modalnya sulit, kembali modalnya lama, walau dalam ekspektasi awal, balik modalnya hanya 6 bulan. 

Ternyata, 5 tahun baru berjalan normal. Sekarang diperhadapkan lagi dengan new normal. Butuh adaptasi, perlu inovasi.

Berniaga itu butuh kekuatan mental dalam bertahan. Pengusaha itu pejuang. Pengalaman membuatnya kreatif. Tantangan menjadikannya berdaya saing.

Spirit Marathoners ada dikami, karena kami pelari jarak jauh. Bukan mengandalkan kecepatan tetapi daya tahan. Finish adalah tujuan, mutlak dicapai walau cedera menghantam. 

Teruslah berlari karena waktu membatasi. Yakinlah, di etape berikutnya ada kawan sediakan air minum. Di titik finish, banyak sahabat menunggu menyambutmu. Demikian spirit kami.

Pelari adalah spirit pantang menyerah. Pelari mampu mengukur kemampuan bergeraknya melalui latihan rutin. Pelari dapat memprediksi kapan finish sewajarnya dicapai. Demikianpun jika berniaga.

Seperti bisnis, jangan dipaksa terpacu, karena tubuh punya batas. Mencapai batas harus kuat, tetapi jangan tertekan. Tetaplah riang gembira, sebab masalah tidak selesai hanya dengan mengeluh.

Saat para BRC santuy menikmati marathonnya (image: Dokpri)
Saat para BRC santuy menikmati marathonnya (image: Dokpri)

Ketakutan semua orang adalah kekuatan modal dan resiko rugi. Tapi, strategi dagang yang mengandalkan pelanggan komunitasnya dapat memperkecil resiko. Yah, pada saat usaha baru dirintis.

Jika bangkrut, lebih karena manajemen pribadi. Atau memang kondisi yang mengharuskan tikar digulung. Jangan menyerah, tetap santuy, bentangkan tikar niaga dibidang yang lain. 

Motivasinya, buatlah rute berlari yang baru, sebagaimana usaha ada prospeknya. Tentukan di titik mana finish akan dicapai. Di titik mana start dimulai. Sebab ikhtiar tidak selamanya lancar.

Manajemen pribadi yang paling penting adalah kepercayaan. Tanpa itu, jenis usaha apa pun akan hancur. Terakhir dan yang paling utama adalah sedeqah, sebab saling berbagi adalah pintu rezeki.

Selamat berusaha kawan, teruslah jadikan perniagaanmu berlari. Adaptasi dan inovasi akan membuktikan siapa yang bertahan. Situasi sulit ini akan berakhir. Mari menjalaninya suka cita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun