Gemercik air yang mengalir lembut. Dinginnya udara pegunungan seolah membisik nurani untuk bertafakkur. Sujud demikian khusyu setelah terbasuh sejuknya air wudhu. Masjid Hidayatul Muna menjadi tempat terbaik para musafir untuk meredakan pegal karena perjalanan panjang, Tasikmalaya-Bandung.
Masjid yang dibangun tahun 2000 ini, seolah "hidup". Ia begitu ramah melayani pengunjungnya. Keramahannya nampak dari fasilitas yang memberi ketenangan bagi siapapun yang berkunjung.Â
Kopi dan teh tersaji gratis, silakan seduh sendiri. Tempat bermain anak disediakan, taman ditata apik, kolam ikan dengan air alam yang tak pernah berhenti mengalir itu menambah sejuk suasana.
Masjid ini seolah ingin berkata, inilah Islam yang menjadikan kebersihan sebahagian dari iman. Memanifestasi nama Allah dalam Asmaul Husna: Al Barri, Yang Maha Penderma. Masjid ini juga mewakil sifat Allah dalam penggalan sabda Rasul "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan,...."
Sulit menemukan sampah di masjid yang terletak di Kampung Citaluk, Desa Sukatani, Kecamatan Ciawu, Kabupaten Garut ini. Keramik lantai masjid begitu bening, mengajak jiwa untuk bersujud menyembah dan memuji keagunganNya. Seolah masjid ini, potongan surga yang jatuh ke bumi.
Sebagaimana fungsi masjid, Ia tidak hanya sebagai sarana untuk hal ukhrawi tetapi juga menjadi bahagian dari muamalah. Masjid Hidayatul Muna telah menjadi bahagian dari ibadah sosial dengan memberi ruang publik bagi siapapun dengan menyediakan tempat beristirahat yang lapang dan tenang, taman bermain anak, toilet yang sangat bersih serta minuman gratis.
Sejenak saja saya singgah di tempat ini, tetapi rasa takjub telah memberi saya kesan yang dalam. Saya mencoba untuk memerhatikan rumah-rumah di sekitar masjid. Terlihat nampak sederhana, namun bersih indah. Teringatlah saya dengan pesan almarhum kakek, bahwa masjid akan menjadi gambaran masyarakat disekitar lingkungannya. Seindah, semewah, sederhana dan sebersihnya tempat ibadah maka seperti itulah karakter masyarakatnya.
Masjid yang berada di kilometer 12 ini juga tak melupakan menyiapkan sarana pengembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dalam kompleks masjid terdapat kedai yang menyediakan makanan dan minuman khas Bumi Pasundan.Â
Dodol, Kue Batang, Bajigur serta beberapa jenis gorengan tersedia disana. Terdapat pula terapi mengatasi lelah dengan berendam kaki ke dalam kolam yang dipenuhi ikan-ikan kecil. Masjid ini juga berfungsi menggerakkan ekonomi masyarakat. Masjid pada fungsinya memang adalah pusat peradaban.
Berendam kaki di kolam itu saya tidak mencobanya, saya baru mendapatkan informasi setelah menelusuri beberapa testimony tentang masjid cantik ini dibeberapa situs. Informasinya, pengunjung dapat membayar Rp. 5000 untuk menikmati terapi ikan.
Sungguh, baru pertama kali ini saya mendapati masjid seindah dan sesejuk ini. Masjid yang arealnya tidak ada yang mubasir ini, semua dimanfaatkan tetapi tidak membuat kesannya menjadi sumpek. Justru terasa begitu lapang.
Sesuai namanya, Hidayatul Muna-telah menjadi Doa. Hidayah bagi orang-orang yang mencita-citakan atau pun yang menginginkan. Hidayah bagi para musafir yang dalam perjalanan menuju sesuatu yang dicitakan. Bergelut, mencari nafkah untuk keluarga. Mungkin pula sementara dalam perjalanan untuk berikhtiar menemukan jodoh.
Jika Anda dalam perjalanan pagi dari Tasimalaya menuju Bandung atau kota Garut. Maka Anda akan berada di Masjid ini pada waktu dhuha. Waktu yang diridhoi Allah untuk bermunajat memohon kelapangan rezeki dan keselamatan perjalanan.
Inilah surga di tanah Parahiyangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H