Maka ketika pemimpin Saudi, Qatar, Mesir, Jordan, dan Turki mendukung oposisi Syiria bersama pihak Barat (Eropa-AS) mereka berhitung tentang powert + market ini juga. Hal yang sama dapat dihitung dengan alasan mengapa Rusia, Cina, Iran, tetap mem-backup Assad di forum internasional. Apa keuntungannya bagi mereka?.
Demikian pula setelah tiga tahun perang, maka kita melihat bagaimana sekarang Junta Militer Mesir pasca tumbangnya Mursi dari Ikwanul kembali ingin berdamai dengan Syiria dan mengelola kembali keseimbangan konflik dengan israel. Dimana Mesir bertanggungjawab di front Sinai, dan Syiria di front Goland.
Kita juga melihat bagaimana kemarin PM Erdogan Turki yang paling keras bersuara anti Assad berkunjung ke Iran untuk memperbaiki hubungan baik dengan Iran dan Syiria sekaligus meminta bantuan minyak dan gas.
Rupanya dua tahun lebih berjuang demi Eropa dalam kasus Syiria sama sekali tidak memberikan profit yang menguntungkan bagi Turki. Sehingga tidak salah membalik sikap 180 derajat mendukung mereka yang kemarin disebut lawan.
Ini kondisi lapangan yang kemudian dapat diproyeksikan ke konferensi yang tengah berlangsung di Jenewa II. Bahwa ternyata hasilnya hanya unanimitas bahwa masing-masing pihak bersikap dengan sikap awal masing-masing.
Bagi delegasi pemerintahan Assad konferensi jenewa bukanlah hal penting daripada sekedar menghargai pergaulan internasional tokh bagi mereka SNC bukanlah oposisi yang merakyat.
Kedua bahwa di lapangan daerah-daerah enklave yang dikuasai oposisi dan milisi bersenjata sudah membuka dirinya bagi bantuan makanan dan masuknya pemerintah Syiria. Hal ini dibaca sebagai kemenangan dan penyerahan diri yang elegan dari pihak oposisi di lapangan.[ ]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H